BI: 2019 Ekonomi Sumut Tumbuh 5,0 – 5,4 Persen


Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumut Wiwiek Sisto Widayat berbicara kepada wartawan kemarin.

sentralberita|Medan~ Bank Indonesia (BI) memperkirakan tahun 2019 ekonomi Sumatera Utara dapat tumbuh di kisaran 5,0-5,4 persen (yoy), lebih tinggi dari tahun 2018 sebesar 5,18 persen, sedangkan pada kuarter (triwulan) 1/2019 sudah tumbuh 5,30 persen.

“Kita harus optimis,” tegas Wiwiek Sisto Widayat, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara kepada wartawan di Medan Sabtu (13/7).

Wiwiek menjelaskan optimisme tersebut terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah serta perbaikan net ekspor yang cukup signifikan di tengah kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi yang sedikit mengalami pertambahan dari tahun sebelumnya.

Ia menyebut prospek pertumbuhan ekonomi itu juga karena ada beberapa faktor yakni akselerasi konsumsi pemerintah tahun 2019 sejalan dengan peningkatan anggaran secara keseluruhan tahun, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Peningkatan alokasi transfer daerah untuk dana desa dan bantuan sosial serta dana alokasi umum (DAU) dengan adanya tambahan alokasi untuk Dana Kelurahan.

Faktor lainnya peningkatan net ekspor didistribusikan oleh deselerasi impor barang konsumsi didukung oleh kestabilan nilai tukar. Sementara itu, net ekspor antar daerah juga membaik ditopang oleh kegiatan CPO dengan perluasan implementasi program Biodiesel 20 (B20).

Baca Juga :  Pertamina Bentuk Satgas di Sumut Untuk Hadapi Kebutuhan Energi Selama Ramadhan dan Idul Fitri

Namun menurut Wiwiek, risiko terhadap perekonomian Sumut antara lain adanya rencana percepatan penerapan program Biodiesel 30 (B30). Intensitas pembangunan dari proyek infrastruktur pemerintahan baru yang lebih tinggi melebihi perkiraan awal, khususnya di semester II tahun 2019.

Risiko lainnya, jelas Wiwiek, penurunan World Trade Volume (WTV) akibat pertambahan ekonomi global yang lebih dalam dari perkiraan semula. Keterlambatan harga CPO internasional akibat peningkatan produksi minyak nabati lainnya dan dampak kampanye hitam (black campaign) sawit Indonesia di pasar luar negeri.

“Tren peningkatan harga pangan dan tiket pesawat juga dapat menahan konsumsi dan aktivitas pariwisata sehingga menjadi risiko bagi perekonomian Sumut,” jelas Wiwiek.

Ia menambahkan pada triwulan 1/2019 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,30 persen, kinerjanya ditopang oleh permintaan domestik, didorong oleh konsumsi pemerintah sejalan dengan realisasi bansos dan belanja barang. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi juga masih cukup baik meski melambat seiring dengan moderasi konsumsi masyarakat pasca momen perayaan natal dan tahun baru serta realisasi belanja modal pelaku usaha belum maksimal di awal tahun.

Baca Juga :  Neraca Perdagangan Sumut Surplus 404,44 Juta Dolar AS


Dari sisi lapangan usaha, kata Wiwiek, pertumbuhan ekonomi kuarter 1 tersebut juga didorong oleh sektor konstruksi sejalan dengan berlanjutnya proyek infrastruktur pemerintah yang bersifat multiyears serta tingginya pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi seiring dengan persiapan Pilpres dan Pileg 2019.

“Secara historis, pertumbuhan kuarter pertama merupakan tertinggi sejak tahun 2014 dan saat ini memiliki pangsa ekonomi 23,33 persen, terbesar di Sumatera melebihi Provinsi Riau,” kata Wiwiek.

Pangsa ekonomi Provinsi Riau 22,42 persen, Sumsel 13,13 persen, Lampung 10,59 persen, Sumbar 7,34 persen, Jambi 6,48 persen, Kepulauan Riau 4,88 persen, Aceh 4,72 persen, Babel 2,19 persen dan Bengkulu 2,13 persen. (SB/wie)

-->