Prof OK Saidin Pimpin PB Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia Gantikan Syamsul Arifin

sentralberita|Medan~Prof Dr OK Saidin SH Mhum, 62 tahun, dikukuhkan sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI) periode 2023-2028 di Hotel Grand Inna, Medan, Sabtu (4/5/2024).
Baca Juga:
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) tersebut, Jumat (3/5) malam, dipilih secara aklamasi dalam Musyawarah Luar Biasa (Munaslub), menggantikan Alm Dato’ Seri Syamsul Arifin, mantan Gubernur Sumatera Utara, yang wafat Oktober 2023 lalu. Selama masa enam bulan, PB MABMI dipimpin Ketua Harian Syah Affandin SH, yang sekaligus mempersiapkan Mubeslub.

Pengukuhan dilakukan Sultan Serdang, Tuanku Achmad Tala’ah Syariful Alam, didampingi Sultan Deli Tuanku Machmud Arya Laman Tjitji Perkasa Alam, Sultan Kualuh Tengku Zainul Arifin, Sultan Aceh, Tuanku Muhammad ZN Al-Hajj, Perwakilan di-Pertuan Besar Kota Pinang, Tengku Ismail Manan.

OK Saidin gelar Datuk Seri Amar Lela Cendekia sebelumnya Ketua Dewan Pakar PB MABMI. Setelah dikukuhkan, OK Saidin melantik Pengurus Besar MABMI masa bakti 2023-2024. Pengurus Harian antara lain Asrin Naim, Fredy Haberman, Ramli Sutanegara, Daniel Morzad, Ismail Effendi, dan Asro Kamal Rokan (Ketua), Dato’ Milhan Yusuf (Sekretaris Umum), Dato’ Syahril Tambuse (Wakil), Dr Edy Ikhsan, SH, MA (Bendahara), drg Wahid Khusyairi MM (Wakil Bendara), serta sejumlah ketua-ketua departemen.

Ketua Panitia Pelaksana Mubeslub, Azrin Marydha menyebutkan, Mubeslub ini dihadiri para Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, PB Himpunan Mahasiswa Melayu Indonesia, dan juga Pengurus Perwakilan dari Malaysia.
“Alhamdulillah Mubeslub ini dapat berlangsung dengan baik, lancar, dan dipenuhi dengan semangat bermusyawarah untuk mencapai mufakat, penuh dengan kedamaian dan rasa persaudaraan yang kuat,” kata Azrin.

OK Saidin saat ini menjabat Ketua Program Studi Magister dan Doktor Ilmu Hukum USU, Ketua Komisi Banding Merek Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Ketua Yayasan Melayu Raya, dan dikenal pula sebagai kolumnis berbagai media nasional.

Di hadapan peserta Munaslub setelah pengukuhan, OK Saidin mendorong semua komponen kepengurusan sama-sama mengangkat harkat dan martabat Melayu. “Ibarat tubuh, saya ini lengan yang tentu saja tidak dapat menggerakkan seluruh tubuh. Mari kita bergerak bersama untuk meraih kejayaan, harkat, dan martabat Melayu,” ujarnya.

Sultan Deli Tuanku Machmud Laman Tjitji Perkasa Alam dalam sambutannya, mengharapkan semua pengurus kompak dalam dapat melaksanakan tugasnya. “Kekompakan menjadi unsur penting untuk kemajuan MABMI,” ujar Sultan termuda, yang lahir pada 29 Agustus 1998.

Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia adalah wadah masyarakat Melayu berhimpun, memusyawarahkan keberadaan adat dan kebudayaan Melayu di daerah, provinsi, nasional, bahkan Dunia Melayu.
MABMI berdiri pada 1971 di Sumatera Utara, oleh sejumlah tokoh adat dan budaya Melayu, di antaranya Tengku Luckman Sinar, Tengku Amin Ridwan, Tengku Nurdin, Achmad Tahir, dan Raja Sahnan.
Pada 1973, Musyawarah Besar menetapkan Prof Tengku Amin Ridwan, Ph.D sebagai Ketua Umum. Masa itu, MABMI melakukan berbagai kegiatan, di antaranya adalah sejumlah
penelitian mengenai bahasa dan budaya Melayu, mengembangkan kesenian dan budaya Melayu, yang bekerjasama dengan Prof. Dr. Margareth Kartomi, guru besar etnomusikologi dari Monash University Australia.
Ketua Umum berikutnya,Tengku Luckman Sinar, S.H, yang dikenal sebagai sejarawan, menulis sejumlah buku dan makalah tentang sejarah, budaya, dan adat Melayu yang menjadi rujukan kalangan akademisi maupun masyarakat umum.
Tengku Luckman Sinar memimpin MABMI hingga 2004. Kemudian, MABMI dipimpin Syamsul Arifin hingga 2023. Mantan Gubernur Sumatera Utara dan mantan Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar itu wafat pada Oktober 2023.
Kini, MABMI kembali dipimpin akademisi, Prof Dr OK Saidin SH Mhum, akademisi Fakultas Hukum USU.

Terpilihnya OK Saidin, yang memiliki latar belakang akademisi, menurut Asro Kamal Rokan, mengembalikan MABMI kembali ke semangat awal berdirinya MABMI. “Kembali ke khittah, menjadi independen lebih bebas bergerak untuk memajukan puak Melayu, ” ujar Asro, salah seorang Ketua PB MABMI itu. (Diurnawan)