Harga Ayam Naik, KPPU Selidiki Apakah Spekulan Ikut Bermain

Kepala KPPU Kanwil I Ridho Pamungkas berbicara kepada wartawan di kantornya Jalan Gatot Subroto Medan Selasa (13/6).

 sentralberita | Medan ~ Belakangan ini harga ayam ras terus mengalami kenaikan hingga mencapai Rp41.000 per kg, utamanya di kota Medan dan  melihat itu Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I  akan menyelidiki perilaku di pasar atau apakah ada spekulan yang ikut bermain.

“KPPU melihat apakah ada perilaku yang salah atau ada spekulan bermain di bisnis ayam dan telur ini. Padahal produk ini tak tahan lama. Sehingga dari praktek spekulan tak ditemukan,” tegas Ridho Pamungkas, Kepala KPPU Kanwil I kepada wartawan dalam Forum Jurnalis yang digelarnya di kantor KPPU Jalan Gatot Subroto Medan Selasa (13/6).

Setelah KPPU memantau ke pasar-pasar tradisional, ternyata untuk harga pangan, pantauan harga ayam ras hingga Rp41.000 per kg. “Ini  warning bagi pemerintah dan kita bahwa ada masalah pada suplay and demand. KPPU akan terus menyoroti dimana masalahnya,” terang Ridho.

Menurut Ridho, pihaknya sudah memanggil dua perusahaan ternak ayam dan telur, ternyata memang tidak ditemukan praktek spekulan. Yang ada saat ini ketika harga ayam mahal, konsumen menahan pembelian karena daya beli menurun. “Kenyataan harga pakan ternak tinggi karena pengaruh ke harga jagung yang juga naik sehingga peternak menaikkan harga ayam dan telur sehingga biaya produksi juga meningkat,” ungkap Ridho.

Harga pakan sekarang Rp6.300 per kg, sedangkan di HET pemerintah Rp5.000 per kg. Sisi lain, kalau harga jagung jatuh, petani merugi. Ditambah jagung fase penanaman bulan Juni sehingga stok turun dan harga jadi melambung.

“Kalau ayam ini memang dari produksinya pakan yang berpengaruh. Meskipun sudah cukup lama harga pakan ini naik (mahal) tapi lonjakannya sekarang,” jelasnya.

Untuk itu, saat ini KPPU Kanwil I masih terus mendalami mengenai kenaikan harga ayam ras yang terjadi hingga diatas harga acuan. Memang harga acuan ini sifatnya lebih mengontrol. Namun disebutkan Rhido bila harga sudah ketinggian artinya ada masalah.

Dalam kondisi ini, KPPU Kanwil I menunggu seberapa lama harga yang naik ini bertahan. Selain itu, Ridho juga mencontohkan untuk harga telur ayam yang kini juga masih tinggi dan sulit turun. Diduga karena harga faktor biaya produksi yang naik pula.

“Jadi kalau jual di harga dibawah produksi sulit ya. Informasi yang kita dapatkan untuk harga telur ayam dikisaran Rp1.550 per butir sampai Rp1.900 per butir. Penyebab harga naik ini juga dikarenakan adanya kenaikan harga pada pakan yang tinggi ini info dari pedagang yang hanya mengambil keuntungan sekitar Rp50 per butir,” jelasnya.

Masalahnya pada harga pakan ini sangat bergantung pada jagung, sedangkan jagung bergantung dengan harga pupuk dan pupuk bergantung lagi pada impor.

“Ini semua berkaitan. Salah satunya kalau impor berkaitan dengan Rusia dan Ukraina yang mempengaruhi harga,” terangnya. 

Ia menilai bila harga produksi ini tetap bertahan tinggi, kemungkinan akan terjadi proses keseimbangan pasar yang baru. “Produsen kan gak mau jual murah yang merugikan mereka. Sedangkan konsumen pun bila harga tinggi akan mengurangi konsumsinya. Masalah apakah ada pemain besar disini belum kita temukan indikasinya. Sedangkan bila masalah pakan masih terus kita dalami apakah ada praktek kartelnya,” ungkap Ridho. (wie)