Cuaca Ekstrem Terjang Desa Bagan Kuala, Puluhan Rumah Rusak, Warga Harap Pemecah Ombak

sentralberita | Serdang Bedagai – Cuaca ekstrem yang melanda perairan Selat Malaka selama tiga hari terakhir membawa dampak serius bagi masyarakat pesisir Desa Bagan Kuala, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
Sedikitnya 29 rumah warga di Dusun I Desa Bagan Kuala dilaporkan rusak akibat hantaman ombak besar dan timbunan pasir yang menerjang kawasan pesisir pada Rabu (22/10/2025) malam. Kondisi itu memaksa warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, seperti masjid dan rumah pintar desa yang berada di dataran lebih tinggi.
Tak hanya permukiman, tiga sampan gurita milik nelayan setempat juga karam dihantam ombak di pintu muara. Beruntung, berkat kesigapan Pemerintah Desa Bagan Kuala dan masyarakat yang turun langsung ke lokasi, seluruh nelayan berhasil dievakuasi dengan selamat.
“Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Semua nelayan selamat, hanya saja perahu mereka masih tertinggal di laut. Setelah ombak reda, baru akan kita lakukan evakuasi,” ujar Kepala Desa Bagan Kuala, Safril, saat dikonfirmasi di lokasi kejadian, Kamis (23/10/2025).
Menurut Safril, fenomena gelombang tinggi seperti ini kini tak lagi bersifat musiman seperti lima atau sepuluh tahun lalu, melainkan terjadi hampir setiap tahun. Kondisi tersebut memperparah abrasi pantai yang semakin mendekati permukiman warga.
“Lima tahun lalu, jarak rumah warga dari bibir pantai masih sekitar 150 meter. Sekarang tinggal 10 meter saja,” ungkapnya.
“Diperkirakan setiap tahun abrasi mencapai 20 sampai 30 meter. Karena cuaca ekstrem tak bisa diprediksi, bisa saja dalam setahun terjadi dua kali. Ini tentu sangat mengkhawatirkan keselamatan warga,” tambah Safril.
Ia menuturkan, Pemerintah Desa Bagan Kuala telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Sergai untuk mencari solusi jangka panjang. Salah satu usulan yang telah disampaikan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI melalui Dinas Perikanan Kabupaten Sergai ialah pembangunan pemecah ombak di sepanjang garis pantai Bagan Kuala.
“Kami berharap pemerintah pusat dapat segera merealisasikan pembangunan pemecah ombak. Jika tidak, warga akan terus dihantui rasa takut setiap kali gelombang tinggi datang,” ujarnya.
Selain itu, kata Safril, hasil musyawarah bersama masyarakat dan pemerintah daerah juga telah menyepakati rencana relokasi rumah warga yang berada terlalu dekat dengan bibir pantai, untuk mengurangi risiko korban jika bencana kembali terjadi.
“Proposal pembangunan pemecah ombak dan relokasi sudah kami ajukan. Semoga bisa segera disetujui, agar warga dapat hidup lebih aman dan tenang,” harapnya.
Untuk sementara, Pemerintah Desa Bagan Kuala mengimbau seluruh nelayan agar tidak melaut dan tidak menempati rumah hingga kondisi cuaca benar-benar membaik.
“Kami minta masyarakat bersabar. Jangan dulu melaut, apalagi tinggal di rumah yang dekat pantai. Kondisi malam hari lebih berisiko karena ombak bisa datang tiba-tiba,” imbau Safril.
Pemerintah desa bersama pihak kecamatan dan aparat terkait kini terus memantau kondisi cuaca dan situasi warga di lapangan. Bantuan darurat berupa logistik dan kebutuhan pokok telah disalurkan untuk warga terdampak. Namun hingga Kamis siang, Dinas Sosial Kabupaten Sergai dilaporkan belum turun langsung meninjau lokasi bencana.
Masyarakat berharap pemerintah daerah dan pusat segera turun tangan dengan langkah konkret untuk mengantisipasi dampak berkelanjutan dari abrasi dan perubahan iklim yang kian dirasakan warga pesisir. (SB/ARD)
