Rakerda Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting, Sumut Jadi Penyangga Penurunan Stunting Angka Secara Nasional
sentralberita| Medan~Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Sumut berlangsung di Hotel Santika Medan, Tujuannya dan dalam rangka pencapaian target program percepatan penurunan stunting Sumut tahun 2024 yang dilaksanakan BKKBN Sumut , Senin (25/3/2024).
Dihadiri antar lintas berbagai instansi/lembaga di Sumatera Utara dan Kabuaten/Kota se-Sumut, Skretaris Utama Drs.Taviv Agus Rayanto, MS.i, PLt Gubernur Sumut Hassanuddin dan Kepala Perwakilan BKKBN Sumut , Dr. Munawar Ibrahim, S.KP, MPH, Rakerda mengangkat thema: “Optimalisasi Bonus Demografi dan Peningkatan SDM Menuju Indonesia Emas 2045”.
Dalam konfrensi pers, Taviv Agus Rayanto menyampaikan apresiasi kepada Sumatera Utara yang menyelenggarakan Rakerda walau sesungguhnya Rakerda dilaksanakan setelah Rakernas, tetapi pejadwalannya oleh Wakil Presiden terlambat, maka seizin beliu Rakerda bisa dilaksanakan dengan tetap nantinya sinkronisasi antara pusat dan daerah.
Menurutnya, banyak hal yang menjadi dasar kebijakan nasional bagaimana orientasi Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting dilakukan. BKKBN mengacu pada konsep utama kuantitas dan kwalitas.
Melihat cita-cita tahun 2045, kenapa kemudian pemerintah isu stunting sangat penting, karena anak baru lahir sekitar 4 juta setiap tahunnya anak-anak baru lahir, diproksikan generasi anak-anak itu di tahun 2045 kelak mengisi pembangunan.Jika mereka-mereka tidak cerdas maka tidak akan mempunyai daya saing nasional dan internasional.
Sebelumnya telah diundang pertemuan lima gubernur Jawa, satu-satunya Gubernur Sumatera Utara itu hanya turun 0,1 dari 21,6 turun menjadi 21,5, bahkan ada provinsi yang mengalami kenaikan. Satu-satunya penurunannya adalah Bali di bawah 10 persen tepatnya 7,2 persen yang paling rendah penutunan stuntinya secara nasional.
Sumatera Utara turun 2,2 persen, kita bersyukur karena Sumut jumlah penduduknya termasuk padat walaupun penurunannya tidak tidak tinggi tapi orangnya banyak. Jadi akan mempengaruhi jumlah nasional. Karena itulah sebetulnya kenapa Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jateng plus satu satu-satunya di luar Jawa adalah Sumatera Utara yang akan menjadi penyengga penurunan stunting angka secara nasional.
Oleh karena itu, kata Taviv Agus Rayanto, perlu kerja keras seluruh elemen masyarakat di Sumatera Utara. Saya pesankan, pertama untuk jangka pendek penurunannya stunting target 14 persen saat ini masih 21,5 persen, maka untuk bisa turun drastis kegiatan-harus betul-betul. Yakni fokus kepada ibu hamil harus sehat sehingga lahir anak yang bukan bersiko stunting. Kemudian anak-anak yang mudah dikoreksi stunting berusia 2 tahun, itu harus diperhatikan kebutuhannya dangan baik. Inilah kepentingan jangka pendek yang harus dilakukan sampai bulan Oktober 2024, pintanya.
Dia pun menyebut optimis target 14 persen penurunan stating bisa tercepai. “Kita optimis, apalagi belajar dari negara-negara yang berbasis stunting, mereka turun berhasil hanya 4-5 persen setiap tahunnya. Dengan itu, Kita optimis berhasil,”ujarnya seraya menyebut jika pelayanan dan kerja keras dilakukan bukan tidak mungkin Indonesia penurunan melebihi dari angka tersebut fokus aja misalnya kepada ibu hamil dan anak dua tahun.
Tantangannya, ungkapnya, anggarannya untuk stunting secara nasional 30 triliun, tapi jika dicermati penggunaannya keselurhannya bukan hanya untuk stunting semata karena digunakan instansi lainnya misalnya di kesehatan. Bahkan pembiyaan makanan tambahan saja untuk stunting hanya 1,2 triun saja, selebihnya untuk BPJS misalnya. Demikiannya juga di Kemensos hampir 27 triliun untuk PKH misalnya.
PJ Gubsu Hassanuddin menyampaikan, penurunan stuting di Sumut 14 persen nantinya optimis bisa tercapai. Perkembangan stunting di Sumut awalnya 21,1 persen saat ini sudah 18, 9 persen target keberhasilan nantinya tahun 2024 yakni 14, 5 persen penurunan stunting di Sumut. Terhadap anggaran yang ada terus dilakukan dan evaluasi agar sesuai dengan sasaran yang diharapkan dan akan dilakukan taransparan.
Hassanudin menyampaikan mengikuti dan mendukung program Percepatan Penurunan Stunting dari Pemerintah Pusat. Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut tahun 2024 menganggarkan Rp370 miliar.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, angka prevalensi stunting di Sumatera Utara (Sumut) berhasil turun menjadi 18,9%, atau berkurang sekitar 2,2%, dari tahun sebelumnya 2022 sebesar 21,1%.
Sesuai data SKI 2023, Sumut berada di urutan sembilan dengan angka prevalensi stunting terendah se-Indonesia. Angka prevalensi Sumut tersebut juga berada di bawah angka prevalensi nasional yakni 21,5%.
Disampaikan juga, upaya pengendalian prevalensi stunting di Sumut, merupakan prioritas daerah bahkan nasional. Untuk itu, perlu jadi perhatian bersama seluruh pihak. Bahkan dana Desa yang ada pun boleh digunakan untuk pencegahan dan penanggulangan stunting di desa masing-masing.
Menurutnya, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, salah satunya akses layanan kesehatan di daerah terpencil. Untuk itu, Pemprov Sumut berkomitmen terus meningkatkan efektivitas program intervensi yang ada. Sembari mengembangkan inisiatif baru yang lebih inovatif dan terarah. (SB/01)