Pengamat Lingkungan: Proyek PLTA Batang Toru Ancam Spesies, Hutan dan Lingkungan Petani di Tapsel

Pengamat Lingkungan dari Universitas Sumatera Utara (USU), Jaya Arjuna

sentralberita | Medan ~ Kasus tewasnya seorang tenaga kerja asing (TKA) di PT Perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara (Sumut) bernama Wang Jian tewas akibat tertimpa batu, ternyata berbuntut panjang. Kasus tersebut mendapat sorotan dan kritikan keras dari Anggota DPRD Sumut hingga Pengamat Lingkungan

Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Partai NasDem, Berkat Kurniawan Laoli meminta pemerintah setempat khususnya Pusat agar segera melakukan investigasi terhadap perusahaan tersebut.”Karena patut dicurigai jika perusahaan tidak mematuhi aturan tentang keselamatan pekerja yabg ada di tambang tersebut,” tegas Anggota Komisi B membidangi kehutanan dan perekonomian ini menjawab konfirmasi wartawan melalui telepon selularnya di Medan, kemarin.

Kali ini Pengamat Lingkungan dari Universitas Sumatera Utara (USU), Jaya Arjuna juga angkat bicara terkait proyek PLTA Batang Toru tersebut. Dia mengaku prihatin proyek tersebut akan mengancam sebanyak 801 ekor spesies terakhir Orangutan Tapanuli, ribuan nelayan dan petani di Batang Toru, hingga ratusan hektar hutan.

“Saya Jaya Arjuna, dosen di Universitas Sumatera Utara yang selama 31 tahun fokus pada masalah AMDAL. Sebagai sarjana teknik, tentu saya sangat mendukung program pembangunan yang pastinya dengan niat untuk kebaikan rakyat Indonesia. Tapi pembangunan PLTA Batang Toru di Sumatera Utara membuat saya khawatir jika tidak diawasi secara ketat khususnya dampak lingkungannya,”sebutnya

“Dari hitung-hitungan yang saya buat, jika PLTA Batang Toru ini dibangun, fluktuasi air yang besar akan merusak kondisi sungai secara permanen. Lingkungan di sekitar sungai seperti persawahan juga akan terkena imbas. Akibatnya, ribuan nelayan dan petani akan terancam kehidupan dan penghidupannya,”bebernya.

Dia mengaku, jika mereka kehilangan sumber mata pencahariannya, pasti akan merambah ke sumber kehidupan terdekat, yaitu hutan. “Pada akhirnya proyek ini akan turut merusak hutan sekitar yang jadi habitat 801 ekor spesies terakhir Orangutan Tapanuli,”katanya.

Aoalagi, banyak orang di dunia saat ini juga sedang menyoroti ancaman terhadap Orangutan Tapanuli karena spesies ini baru ditemukan dan sudah terancam punah. “Apakah kita sebagai orang Indonesia diam saja melihat ancaman ini?,”tegasnya.

“Saya berharap Menteri LHK dan Menteri ESDM memikirkan kembali soal dampak kerusakan akibat PLTA Batang Toru dan segera stop proyek ini. Saya yakin bukan hanya saya aja yang khawatir soal ini. Kalau kita bersuara bersama, pasti yang berwenang akan mendengarkan. Tolong dukung dan sebarkan petisi ini,”ucapnya.(01/red)