Sidang KAMI, Soal Demo Omnibuslaw, Saksi Sebut Tidak Ada Provokasi dan Pelemparan

sentralberita| Medan ~Sidang Perkara Nomor 151 dan 153/Pid.Sus/2021/PN.Mdn atas nama Khairi Amri (KA) dan Wahyu Rasasi Putri (WRP) Ketua dan Anggota KAMI Medan,
kembali digelar di Ruang Cakra 8 Pengadilan Negri (PN) Medan dengan angenda keterangan Saksi A de Charge dari pihak Terdakwa (Rabu 7 April 2021).
Eka Putra Zakran, SH atau akrab dipanggil Epza, Kepala Divisi Informasi dan Komunikasi (Infokom) Korps Advokat Alumni UMSU (KAUM) mewakili segenap jajaran pengurus KAUM yang juga merupakan para Penasehat Hukum kedua Terdakwa (KA dan WRP) menyampaika pihaknya menghadirkan dua orang saksi fakta dari untuk meringankan Terdakwa.
“Saksi fakta yang kita hadirkan ini adalah saksi yang mengetahui, melihat, mendengar dan menyaksikan secara nyata dan faktual tentang suatu peristiwa yang terjadi sesungguhnya di tempat kejadian perkara”.ujar EPZA.
Kedua saksi terdakwa tersebuat, yaitu Bebby Kartika Subandi 48 tahun alias bunda Gendis dan Mualna Sinaga 48 tahun alias bunda AAn.
Kedua saksi yang dihadirkan oleh terdakwa merupakan saksi yang meringankan atau disebut saksi A de Charge yaitu guna melakukan pembelaan atas dakwaan yang ditujukan bagi diri terdakwa. Hal ini diatur pada Pasal 65 KUHAP, jelas Epza.
Pada peristiwa aksi demo menolak disahkannya Undang-Undang Omnibus Law di depan DPRD Sumut, kedua saksi fakta kita tersebut memang berada ditempat kejadian perkara. Jadi paham betul mereka tentang peristiwa apa sebenarnya yang terjadi.
Terungkap dalam persidangan, sebelum pemeriksaa saksi a de charge, Jaksa Penuntut Umum (JPU) meminta kepada Majelis Hakim yang diketuai Jarihat Simarmata untuk terlebih dahulu memeriksa, Briptu Iman Saputra Harefa, Penyidik Polisi yang menyita barang bukti, karena ada perbedaan pernyataan antara KA yang menyebut uang disaku celanya Rp 230ribu, sementara menurut Harefa Rp500rb beserta Masker dan yang lainnya.
Husni Tanjung, Penasehat Hukum Terdakwa mempertanyakan kepada Harefa, apakah saksi ada melihat sejumlah uang saat KA diperiksa? Ada gak saksi melihat itu? Terus saat KA diperiksa, ada gak penasehat hukumnya?
Lalu secara tegas Harefa menjawab, Tidak. Harefa hanya menerima serah terima barang bukti. Setelah pemeriksaan Briptu Harefa, sidang dilanjutkan dengan agenda pemeriksaan saksi a de charge terhadap Bunda Gendis dan Bunda Aan secara sekaligus.
Bunda Aan dalam keterangannya menjelaskan bahwa dia mengenal kalau KA adalah ketua KAMI Medan akan tetapi tidak mengenal WRP. Bunda Aan mengetahui setelah setengah jam KA ditangkap oleh polisi di daerah lapangan merdeka.
Lebih jauh bunda Aan menjelaskan kehadirannya ke lokasi demo adalah untuk mencari anaknya. Ketika ditanya oleh Husni Tanjung, ada gak kalau KA mengajak orang untuk aksi, dengan tegas bunda Aan menjawab tidak.
Ketika ditanya didalam grup WA ada gak KA mengajak untuk membuat kerusuhan, secara tegas bunda Aan menjawab tidak. Ketika ditanya ada gak KA menghasut atau mengajak demo pakai pengeras suara, secara tegas bunda Aan menjawab tidak ada.
Bunda Gendis dalam keterangannya menjelaskan bahwa dia bukan merupakan anggota KAMI Medan. Bunda gendis menjelaskan bahwa mereka ketemu kebetulan dekat Masjid Pengadilan Negeri Medan setelah shalat Ashar.
Saat berjumpa mereka saling bertegur sapa tentang kabar masing-masing. Setelah bincang-bincang mereka mau melihat demo, kemudian di cegat oleh aparat kepolisian, karena mereka ditanya bukan mahasiswa, makanya diusir dan dusuruh balik kanan lagi ke Masjid, lalu disaat itulah KA diamanankan.
Ketika ditanya oleh Husni Tanjung, ada gak KA membawa Batu, secara tegas bunda gendis menjawab sama sekali KA tidak ada membawa batu dan tidak ada sedikitpun memprovokasi, makanya dia beran ketika mengetahui besok hari kalau KA ditangkap polisi lewat siaran televisi.(SB/FS)