Penyaluran Pinjaman Fintech di Sumbagut Tumbuh 428,5 Persen

sentralberita|Medan~Kinerja penyaluran pinjaman yang signifikan terjadi pada industri fintech peer to peer lending dengan akumulasi pinjaman di Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) mencapai Rp3,28 trilliun tumbuh 428,5 persen, dengan jumlah peminjam (borrower) sebanyak 984.329 borrower yang tumbuh 462,2 persen.

Kepala OJK Regional 5 Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) Yusup Ansori mengatakan hal itu kepada wartawan di sela acara pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan tahun 2020 di Hotel Santika Dyandra Medan Selasa (4/2/2020).

Sedangkan kredit perbankan di wilayah kerja OJK KR 5 Sumbagut di lima provinsi yakni Aceh, Sumut, Sumbar, Riau dan Kepri masih tumbuh positif sebesar 4,31 persen dengan nominal kredit mencapai Rp423,83 triliun.

“Pertumbuhan kredit didorong oleh pertumbuhan kredit investasi 10,13 persen,” kata Yusup.

Pertumbuhan kredit tersebut diiringi dengan risiko kredit yang terkendali dengan rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,76 persen.

Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh positif sebesar 6,97 persen menjadi sebesar Rp456,95 trilliun. “Dengan perkembangan kredit dan DPK tersebut, kinerja intermediasi perbankan masih
terjaga di level yang cukup tinggi dengan rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) sebesar
92,75 persen,” kata Yusup.

Baca Juga :  Diakui Belum Maksimal, Perumda Tirtanadi Berkomitmen Tingkatkan Pelayanan, Forwadi Harus Dukung Sepenuhnya

Bahkan, secara spesifik, kredit salah satu BPD, yaitu PT Bank Sumut, mampu
tumbuh 8,93 persen (yoy) atau lebih tinggi dari pertumbuhan kredit nasional 6,08 persen dan
menjadi pertumbuhan tertinggi bank tersebut dalam 10 tahun terakhir.

Penyaluran pembiayaan/penyertaan Modal Ventura di Sumbagut mencapai Rp152,95 miliar dan Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi dengan persentase pertumbuhan tertinggi kedua secara nasional sebesar 74,40 persen. Sementara itu, Sumatera Barat menempati urutan ke-2 jumlah pembiayaan modal ventura terbanyak di luar Pulau
Jawa.

Dari sisi Dana Pensiun, industri dimaksud mencatat aset dan investasi masing-masing sebesar Rp3,91 trilliun dan Rp3,65 trilliun, atau tumbuh masing-masing sebesar 10,85 persen dan 9,64 persen.

Dari sisi industri jasa keuangan non bank, penyaluran pembiayaan oleh industri
Perusahaan Pembiayaan di Sumbagut tergolong baik. Portofolio pembiayaan tahun 2019 mencapai Rp45,07 triliun atau 9,6 persen terhadap portofolio nasional.

“Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah pembiayaan tertinggi
secara nasional di luar Pulau Jawa, mencapai Rp17,55 triliun, dengan Non Performing Financing (NPF) yang cukup rendah 2,15 persen,” kata Yusup.

Baca Juga :  Kompatir Berikan Penghargaan kepada Dewan Pengawas Tirtanadi

Perbankan Syariah

Yusup menambahkan, aset perbankan syariah di Sumatera Bagian Utara tumbuh double digit 13,58 persen. Hal tersebut menunjukkan minat masyarakat makin tinggi untuk menggunakan produk perbankan syariah, serta mendorong market share perbankan syariah di Sumbagut meningkat dari 11,24 persen pada tahun 2018 menjadi 12,15 persen pada akhir tahun 2019, melampaui market share perbankan syariah nasional (6,13 persen).

Dalam mendukung pilar Penguatan Keuangan Syariah Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024, ada 2 bank yang berkantor pusat di wilayah kerja OJK Regional 5 Sumatera Bagian Utara, PT Bank Nagari dan PT Bank Riau Kepri, telah berencana melakukan konversi dari konvensional menjadi syariah.

Apabila terealisasi maka komposisi aset bank syariah terhadap total aset perbankan nasional akan bertambah 0,54 persen atau tumbuh dari 6,13 persen menjadi 6,67 persen (posisi 31 Desember 2019).

Sementara itu, Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank Sumut juga sudah merencanakan spin off paling lambat tahun 2023. (SB/Wie)

-->