Sebut 42.000 Babi Mati Karena ASF, Gubsu Merasa Dilema Lakukan Pemusnahan
sentralberita|Medan~Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menyebut babi yang mati di Sumatera Utara sudah mencapai 42.000 ekor akibat hog cholera atau kolera babi dan african swine fever atau demam babi afrika. Dia merasa dilema dalam penanganan babi di Sumut pasca keluarnya pernyataan tentang ASF dari kementrian Pertanian.
“Ada dilema di situ. Kalau saya iyakan untuk persoalan menjadikan bencana, berarti semua babi harus dimusnahkan,” katanya kepada wartawan usai sholat Ashar di Masjid Agung, Medan, Senin (6/1/2020).
Dijelaskannya, resiko jika babi dimusnahkan, akan seperti yang terjadi di Cina yang selama 20 tahun berikutnya belum diizinkan untuk memelihara babi sampai dinyatakan tempat itu steril. “Mampukah itu. Saya masih mencari peluang yang lain,” katanya.
Edy menambahkan, yang dilakukan saat ini adalah mengantisipasi masuknya dari luar ke dalam dan sebaliknya agar tidak menular ke tempat yang lain. Hal lainnya adalah memperketat pos-pos yang ada, menyiapkan dan membantu rakyat untuk mengubur babi yang mati sehingga tidak dibuang sembarangan.
Sebelumnya, kata dia, ada anggaran sebesar Rp 5 miliar dari pusat untuk penanganan babi di Sumut dan sudah terserap bahkan akan ada dianggarkan di APBD. “Memang terjangkit ASF dan selayaknya itu dimusnahkan. Sekarang sudah 42 ribu sekian. Saya lihat satu bulan ini,” katanya.
Dikatakannya, rakyat di Sumut berbeda dengan rakyat di luar. Apalagi, lanjut dia, Natal kemarin (peternak) mau tahun baru memelihara babi untuk keluarganya, untuk anak sekolahnya dan segala macam. “Bayangin kalau ini dimusnahkan dengan harga yang diatur oleh kita, ini kan perlu kita pikirkan. Paham ini ya. Kasih kesempatan Gubernur untuk berpikir,” katanya.
Jumlah kematian babi yang disebutnya sebanyak 42.000 ekor, berbeda dengan yang disebut Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, MUhaimin D, sebanyak 35.886 ekor. Virus ini yang sebelumnya merebak di 16 kabupaten/kota, kini sudah menular ke 2 kabupaten lainnya, yakni di Mandailing Natal (66 ekor) dan Batubara (6 ekor).
Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia mengatakan, 16 kabupaten/kota tersebut merupakan kantong populasi babi di Sumut. Virus hog cholera maupun ASF dapat menyerang dengan cepat. Begitupun, berdasarkan ilmunya, babi di Sumut bisa habis semuanya. “Sumut itu punya 33 kabupaten/kota. Kematian babi ini terjadi di 16 kabupaten/kota. Kita fokus menjaga di 16 ini. Jangan sampai bertambah,” katanya.
Untuk diketahui, dalam salinan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 820/KPTS/PK.320/M/2019 tentang pernyataan wabah penyakit demam babi afrika (African Swine Fever) pada beberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, 16 kabupaten/kota tersebut yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan Medan.(SB/01)