Kematian Babi Terus Bertambah di 18 Kabupaten, Penanganan Tunggu Arahan Gubernur Sumut


sentralberita|Medan~Virus hog cholera atau kolera babi dan african swine fever (ASF) masih merebak di Sumatera Utara (Sumut). Jika sebelumnya hanya menyerang di 16 kabupaten/kota, perkembangan terakhir kematian babi juga terjadi di 2 kabupaten lainnya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Muhaimin D, berdasarkan data yang disebutkan oleh kepala seksinya, Sugeng, 2 kabupaten tersebut yakni Batubara dan Mandailing Natal (Madina). Muhaimin mengatakan, jumlah kematian babi per 5 Januari 2020, angkanya sudah 35.886 ekor.

Muhaimin yang baru saja menggantikan posisi Mulkan Harahap yang sudah pensiun per 1 Januari 2020 mengatakan, pihaknya masih menunggu arahan untuk penanganan selanjutnya. Di Kabupaten Batubara, terjadi kematian sebanyak 66 ekor dan Mandailing Natal 6 ekor. “Iya ada pertambahan kabupaten yang ada kematian. Di Madina dan Batubara,” katanya, Senin (6/2/2020).

Mengenai virus ASF, pihaknya belum mendapatkan surat dari Kementrian Pertanian. Dijelaskannya, salinan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 820/KPTS/PK.320/M/2019 tentang pernyataan wabah penyakit demam babi afrika (African Swine Fever) pada beberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara diketahuinya melalui aplikasi percakapan WhatsApp.

Baca Juga :  HUT ke-79 PMI, Fatoni Ajak Seluruh Kabupaten/Kota Turut Bantu Majukan PMI Sumut

“Itu ditetapkan Menteri pada 12 Desember 2019, tapi surat resmi dari Kementrian belum kami terima. Hanya dari wa-wa saja. Mungkin itu ditujukan ke Gubernur. Belum ada tembusan, belum ada yang resmi dari gubernuran,” katanya.

Karena itu, lanjut Muhaimin, pihaknya masih menunggu arahan dari Gubernur untuk penanganan selanjutnya. “(Soal pemusnahan), kita masih menunggu arahan dari Gubernur lah. Atau coba sama Kadis lah. Sore ini ada rapat evaluasi di Gubernuran,” katanya.

Diberritakan sebelumnya, 16 kabupaten yang dinyatakan sebagai daerah wabah penyakit demam babi afrika yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan Medan.

Baca Juga :  Dirgahayu ke-17 Partai Gerindra, Bobby Nasution: Selalu Dukung Pembangunan yang Dilakukan Pemko Medan

Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia mengatakan, 16 kabupaten/kota tersebut merupakan kantong populasi babi di Sumut. Virus hog cholera maupun ASF dapat menyerang dengan cepat. Begitupun, berdasarkan ilmunya, babi di Sumut bisa habis semuanya.

“Sumut itu punya 33 kabupaten/kota. Kematian babi ini terjadi di 16 kabupaten/kota. Kita fokus menjaga di 16 ini. Jangan sampai bertambah,” katanya.,

kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Azhar Harahap sebelumnya juga sudah mengatakan, bahwa langkah yang dilakukan antara lain dengan bio security yakni membatasi lalu lintas ternak, tidak saling berkunjung khususnya di kandang yang terjadi kematian akibat hog cholera dan ASF dan tidak membuang bangkai ke sungai maupun ke hutan, serta menjaga sanitasi kandang dan ternak.(SB/01)

-->