Harga Emas Anjlok Saat AS-China Capai Kesepakatan Dagang

Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin

sentralberita|Medan~ Saat China dan AS melakukan kesepakatan tahap satu dalam perundingan dagang. Harga emas di akhir pekan kemarin khususnya hari jumat mengalami penurunan yang sangat tajam.

Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin Selasa (15/10) mengatakan harga emas anjlok 1 persen lebih. Harga emas saat itu sempat terpuruk hingga ke level 1.480 dolar AS per once troy nya.

“Kinerja harga emas mengalami penurunan seiring dengan ekspektasi membaiknya kinerja instrumen keuangan lainnya, yang dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan memegang emas,” kata Gunawan.

Seperti anjuran sebelumnya, investor emas harus mewaspadai perkembangan ekonomi global agar tidak mengalami kerugian yang signifikan. Walaupun demikian, tren harga emas masih akan tetap memiliki prospek yang bagus kedepannya. Setidaknya ada beberapa alasan yang mendukungnya.

Pertama, meskipun hubungan dagang antara AS dan China membaik, namun masalah hubungan dagang antara AS dengan Eropa masih berpeluang memburuk. Pelaku pasar masih mengkuatirkan adanya kemungkinan meningkatnya tensi dagang antara AS dengan negara selain China. Ini bisa membuat pelaku pasar cenderung memilih emas.

Kedua, adanya ketidakjelasan masalah Brexit (British Exit) saat ini. Dimana Brexit ini sangat memungkinkan membuat Eropa kembali masuk dalam krisis yang berkepanjangan, serta menjadi sentiment negatif bagi ekonomi global.

Baca Juga :  Pemkab Langkat dan Bulog Laksanakan Operasi Pasar di Kecamatan Stabat

Ketiga, adanya kemungkinan tren penurunan suku bunga acuan di AS yang bisa saja membuat kinerja US Dolar kembali terpuruk. Hal ini bisa membuat harga emas kembali mengalami kenaikan. Karena emas dan US Dolar cenderung bergerak berlawanan.

Keempat, meskipun terjadi kesepakatan antara AS dengan china, tidak ada jaminan bahwa hubungan dagang kedua negara ini akan membaik di masa yang akan datang. Banyak pelaku pasar yang masih meragukan bahwa hubungan kedua negara ini sepenuhnya akan pulih setelah tercipta kesepakatan dagang kemarin. Karena pada dasarnya kesepakatan dagang akhir pekan kemarin belum sepenuhnya menyelesaikan masalah kedua negara secara komperhensif.

Gunawan menyebut emas, masih berpeluang untuk menguji level posikologis 1.500 dolar AS per once troynya. Sejauh ini harga emas diperdagangkan di kisaran 1.485 dolar AS per once troy nya.

CPO RI

Gunawan menambahkan perang dagang antara AS dengan China yang mencapai kesepakatan tahap I sepertinya tidak memberikan sentimen besar bagi harga CPO. Harga sawit atau CPO dalam satu tahun belakangan ini sangat berfluktuasi dalam rentang 1.800 Ringgit per ton ke 2.400 ringgit per tonnya. Kinerja harga CPO belum mengalami pemulihan seiring dengan masih banyaknya sentiment negatif yang menyelimuti CPO tersebut.

Baca Juga :  Polres Labuhan Batu Peduli,  Kirim Tim Kesehatan Guna Mengecek Kondisi Kelompok Masyarakat Yang Lakukan Aksi Teatrikal Kubur Diri 

Sejauh ini, harga CPO masih bertahan di kisaran 2.400 ringgit per ton. Tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pelaku pasar pun sejuah ini masih mengkuatirkan kemungkinan hubungan dagang antara AS – China tersebut justru tidak berlangsung baik di tahun-tahun mendatang. Karena meskipun terjadi kesepakatan sebelumnya, namun kesepakatan tersebut belum membahas secara detail dan komperhensif terkait dengan perang dagang yang berlangsung selama ini.

“Disisi lain, saya melihat tren harga sawit ini masih akan terombang ambing dengan sentimen eksternal tersebut. Saya melihatnya begini, jika tidak tercipta hubungan dagang yang kondusif, maka harga sawit masih akan berpeluang untuk mengalami penurunan,” katanya.

Terlebih justru terjadi perang dagang yang lebih luas, ditambah ketidakpastian masalah geopolitik di eropa, atau dikenal dengan istilah Brexit. Namun Gunawan mengaku kita tetap mensyukuri ada perkembangan positif antara AS dan China belakangan ini. Namun, kita tetap harus mewaspadai kemungkinan memburuknya hubungan dagang lain, atau tren pelemahan ekonomi global yang cenderung menggiring ekonomi dunia cenderung masuk dalam resesi. Ini sangat berbahaya tentunya.

“Intinya Sumut harus tetap waspada dalam menghadapi tantangan ekonomi kedepan,” jelasnya. (wie)

-->