Belum Menjadi Kebijakan Lewat Mekanisme, Suheri : Kader Golkar Diusung Harus Potensial Secara Sosial dan Finansial

sentralberita|Medan~Menanggapi hasil Rapat Pleno Partai Golkar Sumut,Jum’at (26/7/2019) di Kantor DPD Partai Golkar Sumut tentang Golkar Sumut mengusung kader murni terutama yang memiliki suara terbanyak pada Pileg 2019 yang lalu, mendapat respon dan menjadi pembahasan dari salah seorang kader SOKSI Sumut Suheri Harahap, M.Si.

Suheri Harahap, M.Si kader SOKSI Sumut

Kepada sentralberita.com, Minggu (28/7/201) beliu menyatakan bahwa hasil rapat pleno yang dihadiri DR. Ahmad Doli Kurnia Tanjung (Plt Ketua Partai Golkar Sumut) masih cenderung dianggap sebagai motivasi dan legitimasi politik dalam mewujudkan solidaritas kader partai, belum menjadi sebuah kebijakan (policy) yang sudah diatur dan disepakati bersama lewat mekanisme partai. Apalagi selama ini minimnya kader yang bisa diandalkan atau lebih memilih safety player dengan tokoh-tokoh potensial di daerah.

Menurut Suheri yang juga Dosen Fakultas Ilmu Sosial UINSU ini, Partai Golkar Sumut masih sulit mempraktekkan ide untuk membuat terobosan yang menguatkan kader partai maju pada Pilkada 2020. Menurutnya ada dua alasan:

Pertama, kondisi dinamika politik internal yang terjadi di Golkar pasca pencopoton Ngongesa Sitepu. Diperlukan stabilitas internal bagi Plt (Pelaksana Tugas) menjada elemen kekuatan semua stakeholder dan pemangku kepentingan dari sisi internal.

Kita berharap kedudukan jabatan sebagai Pelaksana Tugas (Plt) harus bisa mengantarkan Partai Golkar sampai melaksanakan Musda dengan konsolidasi tanpa melakukan proses pergantian (Plt) di Kabupaten/Kota.

Baca Juga :  Kebangkitan Nasional, Sutarto Dorong Sumut Miliki Perda Pertanian Organik

Apalagi menjelang Munas dan Musda terjadi polarisasi dukungan. Tapi kita yakin Golkar sudah terbiasa dan mampu keluar dari krisis internal.

Selama ini, kata Suheri, pola top down yang dibuat dengan evaluasi sepihak dan tarikan kepentingan yang cukup tinggi dan cenderung berafiliasi dengan kekuatan penguasa (pemerintah) membutuhkan model pertarungan pragmatis bergeser ke pertarungan ideologis, sehingga banyak kader partai lebih memilih lewat jalur independen.

Mungkinkah konsep kader murni bisa menang? Dan mengapa opsi banyak kader partai lebih memilih lewat jalur independen. Ditambah lagi kebijakan DPP Partai Golkar yang selama ini dianggap tidak konsisten dengan perjuangan pada pencalonan kader murni (internal).

Ditambah kebijakan DPP Partai Golkar yang lebih memilih elektabilitas dan probability menang tanpa melihat latarbelakang kader murni atau kader karbitan.

Kedua, istilah kader murni jangan sampai menyempit pada
mereka yang lolos di DPRD saja. Tapi perlu dibahas secara komprehensif yang harus dilihat dari aspek sosial dan Finansial, dimana kader murni adalah mereka yang sudah berbuat dan memelihara hubungan sosial dengan masyarakat setempat. Jadi punya track record sosialnya, moral sosial dan visi pembangunan sosial budaya dan ekonomi yang mumpuni. Artinya benar-benar mendapat dukungan dari berbagai unsur masyarakat.

Baca Juga :  Marga Sagala Sedunia Dukung Penuh Edy-Hasan Sagala Pimpin Sumut

Sementara dari aspek finansial,istilah kader murni bukanlah mereka yang memenangkan Pileg 2019 saja dengan suara terbanyak tapi bagaimana dengan finansial kader murni yang akan diusung
pada Pilkada Kabupaten/Kota ?

Pertanyaannya adalah bagaimana dengan finansial kader murni yang akan kita usung? Bisakah partai Golkar bisa menghapus istilah ‘uang sampan’, meminimalisir praktek politik uang, atau bukankah hal tersebut tidak menjadi pertimbangan sebagai faktor finansial?

Kita harus berprasangka baik dengan gagasan hasil Rapat Pleno Partai Golkar Sumut. Semoga hasil-hasil kebijakan dan dinamika politik menjelang Munas, Musda dapat terlewati dengan konsep kebersamaan dan terus memberdayakan potensi Ormas yang ada seperti Ormas MKGR, GM KOSGORO 1957, SOKSI, AMPI dll.

Menurut Suheri yang juga mantan Sekretaris DPD KNPI Sumut ini, berjalannya mesin partai pada Pilkada 2020 sampai ke tingkat Pokkar (Desa) dan militansi elemen pendukung lainnya akan memudahkan kader murni memenangkan pertarungan Pilkada 2020.

Begitu juga terhindarnya Partai Golkar dari konflik internal akan bisa memberikan keperacayaan kembali masyarakat kepada partai Golkar yang berjuang untuk rakyat. Bersama rakyat kita menang, ujurnya.(SB/01)
.

-->