BI Perkirakan Inflasi Nasional Minggu Ketiga Juni Turun Jadi 0,53 Persen

sentralberita|Jakarta~ Bank Indonesia (BI) memantau inflasi sampai minggu ke-3 Juni 2019 diperkirakan turun menjadi 0,53 persen mtm, yoy 3,26 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan hal itu kepada wartawan Jumat (21/6) terkait kebijakan BI dan perkembangan ekonomi terkini.

Penyumbang inflasi masih sama dengan bulan juni banyak berkaitan dengan idul fitri antara lain cabai merah, tarif angkutan, daging ayam dan beberapa bahan makanan.

“Setelah penurunan tarif, inflasi sudah turun,” jelasnya.

Menyinggung investasi dan aliran modal asing, Perry menyebut update persepsi investor asing ke Indonesia membaik, beberapa indikator seperti terlihat dari Credit Default Swap (CDS) atau indikator resiko investasi turun dari 101.94 menjadi 87,9.

Aliran modal asing masuk, ytd Rp130,24 triliun terdiri dari Surat Berharga Nasional (SBN) Rp72,96 triliun dan saham Rp58,95 triliun. “Dalam minggu-minggu terakhir memang investor asing net beli. Apalagi minggu lalu ada lelang SBN dan minggu ini terjadi aliran modal asing masuk,” ujar Perry..

Sebagaimana data transaksi 17-20 Juni aliran modal asing di pasar saham dan SBN Rp23,67 triliun, diantaranya SBN Rp22,66 triliun.

Nilai tukar

Menyinggung nilai tukar, Perry mengatakan nilai tukar stabil bahkan cenderung menguat ditutup Rp14.180 per dolar AS dan pada akhir minggu lalu sempat turun di bawah Rp14.100 per dolar AS meskipun sekarang sedikit di atas Rp14.100 per dolar AS.

“Faktornya aliran modal asing masuk semakin tinggi dan prospek ekonomi Indonesia membaik,” ujarnya.

Dari komunikasi yang kita dengar, kata Perry, pada 27-28 Juni akan luangkan waktu lebih banyak untuk melakukan pembahasan dan kita harapkan ada hal-hal positif. Setidaknya tarif perdagangan yang ada jangan ditambah atau ditingkatkan.

“Semoga ada resolusi atau progres yang lebih baik. Itu yang terus kita cermati dari pertemuan kedua pemimpin negara itu,” katanya.

Perry menyebut kunci dari menguatkan pertumbuhan investasi swasta yaitu perbaikan prospek ekonomi baik dalam dan luar negeri.
Selain itu, sinergi antara BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemerintah dan pengusaha untuk meningkatkan investasi swasta

“BI memberikan signal selain menjaga stabilitas juga mendorong pertumbuhan melalui makroprudensial, SP dan pendalaman pasar keuangan,” ungkapnya.

BI juga memberikan signal untuk menurunkan BI rate, namun demikian kita melihat timing dan mencermati kondisi global dan kondisi neraca pembayaran

BI akan melakukan stimulasi di moneter dan makroprudensial. Mendorong ekspor : memperhatikan hubungan dagang atara AS-Tiongkok. “Kita bisa memanfaatkan pasar Amerika yang selama ini dipasok oleh Tiongkok. Kita identifikasikan dan kita diskusikan dengan pemerintah untuk melakukan upaya-upaya mendorong ekspor ke Amerika melalui hubungan bilateral. Misal ekpor garmen, elektroniik, baja, furniture,” ungkapnya.

Sinergi antara BI, pemerintah, OJK dan dunia usaha untuk mendorong investasi swasta. Stimulus fiskal dari pemerintah. (SB/wie)