BI Rate Tetap 6 Persen

sentralberita|Jakarta~Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 24-25 April 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00 persen,  suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.     

“Keputusan tersebut sejalan dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal perekonomian Indonesia,” kata Onny Widjanarko, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) dalam siaran persnya di Jakarta Jumat (26/4).     

Sementara itu, jelas Onny, untuk mendorong permintaan domestik Bank Indonesia memperluas kebijakan yang lebih akomodatif antara lain dengan: Meningkatkan ketersediaan likuiditas dan mendukung pendalaman pasar keuangan melalui penguatan strategi operasi moneter;Mendorong efisiensi pembayaran ritel melalui perluasan layanan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia/SKNBI (penambahan waktu dan percepatan setelmen, peningkatan batas nominal transaksi, dan penurunan tarif).    Juga upaya mendorong sisi supply transaksi Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), khususnya melalui penyederhanaan ketentuan kewajiban underlying transaksi;Mendorong implementasi penyelenggara sarana pelaksanaan transaksi di pasar uang dan pasar valas (market operator);Mengembangkan pasar Surat Berharga Komersial (SBK) sebagai alternatif sumber pendanaan jangka pendek oleh korporasi;Mendorong perluasan elektronifikasi bansos non tunai, dana desa, moda transportasi dan operasi keuangan pemerintah.      

Baca Juga :  Inovasi Gerakan Serentak Pj Gubernur Agus Fatoni Berhasil Turunkan Inflasi Sumut Hingga 2,06% Dibawah Nasional

Koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait juga terus dipererat guna mempertahankan stabilitas ekonomi, khususnya dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan, serta menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan, khususnya dalam memperkuat permintaan domestik dan mendorong ekspor, pariwisata dan aliran modal asing.   

Perbaikan ekonomi global lebih rendah dari prakiraan, sementara ketidakpastian pasar keuangan berkurang. Ekonomi AS tumbuh melambat dipengaruhi menurunnya pendapatan dan keyakinan pelaku usaha, terbatasnya stimulus fiskal pasca berakhirnya penurunan pajak korporasi, serta berlanjutnya permasalahan struktural di pasar tenaga kerja.          

“Demikian pula ekonomi Tiongkok masih melambat, meskipun telah dilakukan ekspansi fiskal melalui pemotongan pajak dan pembangunan infrastruktur,” ungkapnya.   

Menurutnya,  perbaikan ekonomi Eropa diprakirakan lebih lambat akibat melemahnya ekspor dan belum selesainya permasalahan di sektor keuangan serta berlanjutnya tantangan struktural terkait kondisi aging population.

Demikian juga perbaikan ekonomi negara-negara Amerika Latin dan Timur Tengah lebih rendah dari prakiraan. Sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia, volume perdagangan dan harga komoditas global menurun, kecuali harga minyak yang naik pada periode terakhir karena faktor geopolitik.         

Baca Juga :  Prof Ridha Berikan  Ratusan Bungkus Nasi untuk Korban Banjir Kampung Aur Medan, Warga Terharu dan Senang

“Respons kebijakan moneter global tidak seketat prakiraan semula sehingga ketidakpastian pasar keuangan global berkurang,” katanya.     Perkembangan ekonomi global di satu sisi memberikan tantangan dalam mendorong ekspor, namun berkurangnya ketidakpastian keuangan global di sisi lain berdampak positif bagi aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
     

Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2019 diprakirakan tetap kuat ditopang permintaan domestik.  Konsumsi tetap tinggi didukung terjaganya daya beli dan keyakinan masyarakat serta berlanjutnya stimulus fiskal, termasuk melalui bantuan sosial dan belanja terkait Pemilu.

Investasi sedikit melambat sejalan pola musiman awal tahun dan diprakirakan kembali menguat pada triwulan-triwulan berikutnya didukung keyakinan dunia usaha yang membaik serta proyek infrastruktur yang berlanjut.   

“Namun demikian, peran ekspor neto belum kuat sejalan dampak melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan menurunnya harga komoditas,” jelas Onny.   

Ke depan, Onny memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi tetap kuat ditopang permintaan domestik sejalan keyakinan pelaku ekonomi yang tetap terjaga. Bauran kebijakan Bank Indonesia, Pemerintah, dan otoritas terkait akan terus diperkuat guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik yang diprakirakan berada dalam kisaran 5,0-5,4 persen. (SB/rel/wie)

-->