Pemuda Muhammadiyah dan Gemabudhi Medan Kutuk Tragedi Kemanusiaan di Myanmar

Sentralberita| Medan~ Pemuda Muhammadiyah Kota Medan dan Generasi Muda Buddhis (Gemabudhi) Kota Medan melaksanakan pertemuan baru-baru ini di gedung DPRD Kota Medan untuk merespon berita tentang Muslim Rohingya. Tokoh Muda tersebut ingin mengantisipasi timbulnya isu konflik sektarian di Rohingya.
Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Medan Eka Putra Zakran, SH didampingi sekjen Datuk Imam Marzuki, MA menyatakan pertemuan ini merespon atas tragedi kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya di Myanmar jelas merupakan amanat penderitaan Muslim internasional bersamaan dengan nilai spiritual momentum Idul Adha.
Begitu juga Generasi Muda Buddhis (Gemabudhi) Kota Medan Drs. Wong Chun Sen Tarigan, M.Pd menyatakan keprihatinan secara mendalam atas krisis kemanusiaan yang telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian materil yang besar di bumi Burma tersebut. Beliau juga meminta pemerintah Myanmar segera menghentikan perbuatan yang keji dan sadis terhadap etnis Rohingya tersebut.
Kembalikan stabilitas keamanan di Myanmar dan lakukan rekonsiliasi atas nama persamaan hak hidup sebagai manusia. Kami menilai tragedi Rohingya merupakan konflik geopolitik, yakni masalah perebutan kekuasaan, dengan dugaan didasari pada perebutan secara paksa tanah dan sumber daya, khususnya minyak dan gas di wilayah itu.
Mendesak atas nama masyarakat internasional melaui PBB untuk turun tangan menyelesaikan kasus-kasus HAM yang selalu menyandera masyarakat Rohingya. Begitu juga organisasi ASEAN, Organisasi Konferensi Islam (OKI), nyaris belum memberikan langkah tegas menyikapi pelanggaran HAM berat oleh junta militer Myanmar.
DPD Gemabudhi Kota Medan meminta supaya Pemerintah Indonesia khususnya Menteri Luar Negeri segera menyerukan penghentian penindasan yang terjadi atas Etnis Rohingya di Myanmar dan memberikan bantuan kemanusiaan dan langkah Diplomasi. Termasuk mengecam terjadinya tindakan yang sangat tidak manusiawi dan jauh dari hati nurani serta pelanggaran HAM yang fatal terhadap perempuan dan anak-anak.
Gemabudhi juga meminta stabilitas keamanan di Myanmar untuk hentikan pengguna kekerasan, berikan perlindungan kepada semua, apapun etnis dan Agamanya. Segera berikan bantuan kemanusiaan.
Tragedi kemanusiaan terhadap Muslim Rohingya mesti menjadi semangat bagi seluruh kalangan masyarakat internasional membangun solidaritas untuk selalu mendesak agar tidak adanya penindasan terhadap kelompok minoritas. Pemerintah Myanmar tak mengakui dan tak memberi status kewarganegaraan kepada mereka. Sebagai akibat tiadanya kewarganegaraan, etnis Rohingya tak bisa mengakses pendidikan, layanan kesehatan, dan bahkan pekerjaan yang layak.
Pemerintah Myanmar dan juga Aung San Suu Kyi sebagai simbol demokratisasi Myanmar, sama halnya berjalan di tempat dan gagal dalam penegakan nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan.
Persoalan memperlakukan pluralitas dan kemajemukan masyarakat serta integrasi sosial dapat bercermin pada Indonesia khususnya masyarakat Kota Medan. Dengan demikian, Indonesia bisa menjadi model berdemokrasi, Bagaimana mengelola perbedaan-perbedaan antara mayoritas dan minoritas tanpa harus melalui konflik berkepanjangan.(SB/husni l)