11 KK Luput dari Bantuan Pemerintah, Polsek Medan Timur Kunjungi

sentralberita|Medan~Sebanyak sebelas Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di Jalan Madia Utomo Gang Opung Lingkungan III Kelurahan Tegal Rejo,Kecamatan Medan Timur yang terdampak pandemi corona luput dari perhatian pemerintah daerah.

Selama pandemi corona, 11 kepala keluarga ini mengaku baru sekali menerima bantuan yaitu berupa beras seberat 5 Kg. Mereka juga mengaku tidak terdata sebagai penerima bantuan sosial dan BLT.

Salah satu warga yang luput dari perhatian pemerintah adalah Murni Rumintar boru Sormin yang mengalami cacat permanen akibat penyakit gula yang dideritanya.

Kaki kiri wanita 43 tahun ini terpaksa diamputasi dan kini terpaksa menggunakan kursi roda dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Boru Sormin ini tak dapat menahan air matanya saat personil Polsek Medan Timur mengunjunginya di rumah kontrakannya.

Baca Juga :  Kanwil Kemenagsu Lantik Kepala SMA Negeri Katolik Samosir, Berikan Satu Bingkai Pembelajaran Agar Bisa Bersaing

Isak tangis ibu dua anak ini semakin menjadi saat Kanit Intel Polsek Medan Timur Ipda Handel Sembiring di dampingi Kepala Lingkungan III Erida Safitri Siregar menyerahkan bantuan sembako kepada dirinya yang duduk di kursi roda.

Dirinya tak henti- henti mengucapkan terima kasih kepada polisi yang sudah mau menjenguk dan menyantuninya dengan memberikan beras serta bahan pokok lainnya.

” Terima kasih pak. Terima kasih pak,” ucapnya berkali-kali.

Murni mengaku, sejak pandemi corona, dirinya bersama 10 warga lain yang tinggal di gang Opung tidak pernah menerima bantuan apapun.

” Hanya sekali dapat bantuan beras 5 Kg dan tidak tahu dari siapa. Setelah itu hingga saat ini belum ada terima bantuan lagi,” ungkap Murni sambil menghapus air matanya.

Baca Juga :  Pengamat: KPU Medan Harusnya Komunikatif, Nyatanya Minim Komunikasi

Murni mengatakan, keluarganya tidak terdata sebagai penerima Bansos atau BLT.

” Kami sangat berharap perhatian pemerintah,” pintanya.

Murni dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan semi permanen bersama sejumlah warga lainnya.

” Suami saya kerjanya hanya buruh bangunan. Jangankan beli beras beli makser aja ga bisa,” terangnya. (SB/01)

-->