Pangsa Ekonomi Sumut Terbesar di Sumatera

Kepada Perwakilan BI Sumut Wiwiek Sisto Widayat, Deputi Direktur Pengembangan Ekonomi KPw BI Provinsi Sumut Demina R Sitepu, Asisten Direktur Sistem Pembayaran BI KPw Sumut Achmad Darimi dan wartawan toto bersama di Taman Simalem Resort, Tanah Karo Kamis (26/9).

sentralberita|Medan~ Pangsa ekonomi Sumatera Utara (Sumut) ke Sumatera sebesar 22-23 persen yang merupakan terbesar di Sumatera (10 provinsi) sehingga ekonomi daerah ini pengaruhnya cukup besar.

“Ekonomi Sumut bisa mempengaruhi ekonomis Sumatera,” tegas Wiwiek Sisto Widayat, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumatera Utara Kepada wartawan di sela pelatihan dan media gathering wartawan ekonomi dan bisnis Kota Medan Jumat (26/9).

Ia menyebut pangsa ekonomi di Bengkulu saja hanya 2 persen, sedangkan Sumatera Barat 7 persen, Aceh 2,25 persen, Bangka Belitung 2 persen. Kalau ekonomi Sumut bisa menggeliat 6 persen saja sudah bisa memberikan dampak cukup besar ke ekonomi Sumatera.

“Jadi, masyarakat Sumut harusnya berbangga hati karena provinsinya memberi pangsa ekonomi besar pada Sumatera,” ujarnya.
Tahun ini, kata Wiwiek, prospek ekonomi menguat didukung oleh berkelanjutannya proyek-proyek strategis multiyears di Sumatera Utara serta perbaikan daya beli masyarakat.

Dia meyakini prospek pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2019 ke depan menguat didukung oleh berlanjutnya proyek-proyek strategis multiyears di Sumut serta perbaikan daya beli masyarakat. Tercatat pertumbuhan ekonomi Sumut mencapai 5,25 persen (yoy) tumbuh sedikit lebih rendah dari triwulan I 2019 (5,30 persen, yoy).

Pencapaian tersebut lebih tinggi dari nasional (5,05 persen, yoy) dan Sumatera (4,62 persen, yoy) dengan pangsa pasar ekonomi Sumut 23,18 persen yang merupakan terbesar pangsanya diantara provinsi-provinsi lainnya di Sumatera.
Dia menilai perlambatan disebabkan oleh kontraksi dari sisi ekspor sejalan dengan perlambatan ekonomi global serta penurunan harga komoditas kelapa sawit di pasar internasional.

“Namun demikian, perekonomian masih ditopang oleh perbaikan konsumsi rumah tangga didukung oleh realisasi THR menjelang HBKN Ramadan dan Idulfitri,” ujarnya.

Baca Juga :  BPS: Mei 2024 Inflasi Sumut 4,26 Persen, Jauh Di Atas Nasional

Sedangkan investasi juga meningkat terutama dari komponen bangunan seiring dengan realisasi belanja modal pemerintah yang sudah mulai berjalan. Dari sisi lapangan usaha, perlambatan ekonomi disebabkan oleh sektor industri pengolahan terutama pada subsektor industri makanan dan minuman serta tembakau.

“Secara historis, pertumbuhan ekonomi masih cukup stabil jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara spasial, pertumbuhan Sumut merupakan yang tertinggi ketiga diantara 10 provinsi di Sumatera,” tandasnya.

Ia menyebutkan, neraca perdagangan Sumut juga masih tercatat surplus di tengah tekanan eksternal mencapai 1,91 miliar dolar AS dengan komoditas ekspor utama yakni lemak dan minyak nabati (1,58 miliar dolar AS), karet dan barang dari karet (0,59 miliar AS) dan produk kimia (0,50 miliar AS). Sedangkan komoditas impor utama yaitu, mesin dan pesawat mekanik (0,15 miliar AS), ampas/sisa industri makanan (0,07 miliar AS) serta plastik dan barang dari plastik (0,08 miliar AS).

“Ekonomi Sumut tahun 2019 diprakirakan dapat tumbuh lebih tinggi dari 2018 yakni di kisaran 5,1-5,5 persen (yoy),” ungkapnya.

Optimisme ini terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah serta perbaikan net ekspor yang cukup signifikan.

Di tengah kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi yang sedikit mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya. Diakuinya, meskipun diprakirakan dapat tumbuh lebih tinggi, ekonomi Sumut tetap memiliki resiko yakni resiko upside dan downside.

Disebutkannya, resiko upside berupa rencana percepatan penerapan program Biodiesel 30 dan intensitas pembangunan dari proyek infrastruktur pemerintahan baru yang lebih tinggi melebihi perkiraan awal khususnya di semester II 2019.

Sementara, resiko downsidenya berupa penurunan WTV akibat perlambatan ekonomi global yang lebih dalam dari perkiraan semula, perlambatan harga CPO internasional akibat peningkatan produksi minyak nabati lainnya dan dampak black campaign serta tren peningkatan harga pangan dan tiket pesawat yang dapat menahan konsumsi dan aktivitas pariwisata.

Baca Juga :  Member JLC Asal Pasuruan Menangkan Hadiah Utama JLC Lucky Draw 2023

Media Gathering

Kantor Perwakilan BI Sumut menggelar pelatihan dan media gathering di Taman Simalem Resort, Tanahjalan Karo 26-28 September 2019. Acara itu diikuti sekitar 55 wartawan di Kota Medan.

Prospek pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut), inflasi dan isu resesi hingga dampak perang dagang AS – Tiongkok terhadap Indonesia, perkembangan Fintech menjadi pembahasan dalam kegiatan Pelatihan dan Media Gathering Wartawan Kota Medan Tahun 2019 digelar Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara.

Wiwiek menuturkan, kegiatan ini dilaksanakan untuk menjalin komunikasi serta berbagi informasi mengenai situasi ekonomi yang ada di Sumut maupun nasional.

“Komunikasi memang sangat diperlukan guna mengetahui apa saja informasi perbankan, inlfasi, dan informasi mengenai moneter serta kondisi ekonomi di Sumut,” kata Wiwiek

Hadir pada pembukaan itu Deputi Direktur Pengembangan Ekonomi KPw BI Provinsi Sumut Demina R Sitepu, Asisten Direktur Sistem Pembayaran BI KPw Sumut Achmad Darimi, Manajer KPw BI Provsu Fransiska Oktavianti Sihaloho.
Pada kesempatan itu Wiwiek juga mengungkapkan kredit properti tumbuh melambat. Untuk itu, kata Wiwiek, BI mendorong masyarakat melakukan investasi rumah.

Dalam pelatihan mengusung isu perkembangan ekonomi terkini, tantangan dan prospek perekonomian itu juga menampilkan Asisten Direktur Sistem Pembayaran BI KPw Sumut Ahmad Darimi sebagai pembicara.

Pelatihan dan Gathering Wartawan Kota Medan Tahun 2019 ini akan ditutup oleh Deputi Direktur Pengembangan Ekonomi KPw BI Provinsi Sumut Demina R Sitepu pada Jumat (27/9). (SB/wie)

-->