Kisah Sang Pengrajin Kulit: “Ingin Lebih Dikenal Orang”

sentralberita|Medan~ Di tangan Asima Murni Br Panggabean segala jenis produk mulai dari dompet,tas, tali pinggang dan lain-lain, yang terbuat dari kulit ini bisa menjadi cantik dan menawan.

” Saya memulai usaha ini sejak tujuh tahun lalu. Semua itu berangkat karena saya ingin menciptakan lapangan pekerjaan. Dan, kebetulan juga persaingan waktu itu masih sedikit,” kata Lidya memulai obrolannya pada www.sentralberita.com di rumahnya sekaligus galerynya Jl Bilal Ujung, Rabu ( 4/9 ).

Menurut Lidya, usaha kerajinan dari kulit ini dipelajarinya secara otodidak dan pengalaman. Jadi,” ini bukan usaha turun temurun malah saya berencana akan menurunkannya pada semua anak saya kelak, Zaky, Syalom, Danis dan Mika,” ujar Lidya yang membuat logo Lidya Collections pada semua produknya.

Wanita yang memiliki prinsip hidup berteman sebanyak banyaknya dari teman kita mendapat sahabat dari sahabat kita mendapat saudara ini mengaku hampir semua fhasion wanita di produksinya. Mulai dari dompet, tas wanita, sepatu, tali pinggang, clut aksesories dan lain-lain yang kesemuanya berbahan kulit asli.

Wanita empat putra ini selalu menggunakan bahan kulit ikan pari. Atau bisa juga dari kulit ular phytone. ” Begitu juga untuk paduan ulos memakai kulit ular phytone yang di mix,” jelas Lidya lirih.

Baca Juga :  Kisah Ihsan dan Irsan, Saudara Kembar yang Lulus SNBP di UI dan UM

Karena semua produk Lidya adalah limited edition jadi rata-rata banyak yang beli berdasarkan pesanan. ” Kalau pesanan orang kan bisa minta modelnya sesuai permintaan. Baik model mau pun warna semua dibikin sesuai pesanan. Sehingga itulah ciri khas saya,” ungkap Lidya panjang lebar.

Untuk pesanan ini bisa mencapai 80% berbanding 20% dibandingkan yang sudah ready.Untuk pesanan siapnya bisa sekitar 2 minggu.

Untuk bahan baku Lidya masih mengambil dari Sumatera dan Jawa. Apakah menggunakan bahan baku kulit dianggap tidak melestarikan lingkungan❓.” Jangan kawatir karena saya menggunakan kulit yang sudah ada izin. Untuk masalah bahan baku kulit ini saya sudah kerjasama dengan pabrik pengolahannya,” ungkap Lidya berbinar.

Jika ada yang mau memesan barang dengan Lidya. ” Saya selalu minta Dp 50% dari customer jadi saya tak perlu minjam duit ke pihak manapun.”

Harga tas di bandrol Lidya mulai dari harga Rp 500 ribu sampai dengan Rp 18 juta. Begitu juga harga dompet dipatok mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 1 juta.

Selain ada gallery, Lidya juga menawarkan semua produknya melalui online. Sehingga,” pelanggannya hampir ada di seluruh kota besar di Indonesia,” papar Lidya menjelaskan setiap hari pengrajinnya bisa memproduksi 5 item,” kalau sebulan bisa mencapai 60 – 80 item tergantung kesulitan dan bahan baku.”

Baca Juga :  JR Saragih, Bapak Pendidikan Warga Kurang Mampu: Dari Penyemir Sepatu hingga Pencetak Generasi Cerdas

Bagi seorang pengrajin seperti Lidya kerja sama dengan pihak terkait seperti Departemen Perdagangan & Perindustrian, Kadin, Dinas Koperasi dan lain-lain tentu sangat dibutuhkan. Terutama untuk kebutuhan pameran.

Dalam dunia usaha pastilah ada suka duka yang dihadapi. Begitu pula dengan Lidya. Biasanya wanita empat puluh tahun ini kesulitan dalam soal penyamakan kulit. Karena,” itu memakan waktu yang cukup lama,” kata Lidya mengaku dia pernah mendapat Piagam Penghargaan UKM unggulan terbaik.

Duka yang lain juga dialami Lidya saat dia ditipu orang.” Ditekong teman sendiri dari belakang atau ada orang yang membatali pesanan tiba-tiba,” aku wanita yang bersuamikan Andrianyah.

Waktu tujuh tahun bukan waktu yang sebentar bagi seorang Lidya. Begitu pun Lidya tetap bercita cita ingin usahanya menjadi lebih besar. ” Semakin banyak pelanggan, terutama pelanggan secara partai besar dan berkesinambungan serta dapat merekrut tenaga kerja lebih besar lagi,” ujar Lidya dengan mantap.( Debbi )

-->