BPS: Memenangkan Persaingan, Perlu Data Perkebunan Yang Akurat


Kepala BPS Sumut Syech Suhaimi memukul gong didampingi Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan BPS RI Hermanto bin Ashari Prawiro, Kepala Dinas Perkebunan Sumut Herawati dan Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Sumut Timbas Ginting di Hotel Grand Mercure Medan Rabu (24/7).

sentralberita|Medan~Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan BPS RI
BPS: Untuk Memenangkan Persaingan, Perlu Data Perkebunan Yang Akurat menegaskan untuk memenangkan persaingan antar negara, perlu data perkebunan yang strategis, akurat, berkualitas, bermanfaat serta data informasi nyata di lapangan.

Hal itu diungkapkan Hermanto pada acara “Perusahaan Perkebunan Tahun 2019 Provsu” dengan tema “Sinergi antar stakeholder merupakan energi menuju satu data perkebunan” di Hotel Grand Mercure Medan Rabu (24/7).

Hadir di sana sebagai pembicara Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Syech Suhaimi, Kepala Dinas Perkebunan Sumut Herawati, Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Sumut Timbas Ginting serta peserta dari kalangan pengusaha perkebunan daerah ini dengan moderator Dwi Pranoto.

Ia menyebut data akurat perkebunan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sangat penting mengingat sektor pertanian 2018 (didalamnya ada sub sektor perkebunan) paling tinggi mencapai 35 persen, tanaman pangan 32 persen, tanaman hortikultura 15 persen, peternakan 16 persen dan jasa pertanian serta perburuan 2 persen.

BPS mendata ada 127 komoditas perkebunan, dari jumlah itu ada 7 komoditas (kelapa sawit, karet, tebu, kopi, kakao, teh dan tembakau) dengan share 80 persen terhadap PDB perkebunan.

Ia mengatakan pengumpulan data perkebunan dilakukan kerjasama antara BPS dengan Kementerian Pertanian. BPS melakukan. Survei Perusahaan Perkebunan Triwulan/Tahunan dan Survei Perusahaan Perkebunan (SKB BPS-PTPN) dengan aplikasi berbasis web.

Baca Juga :  Pj Gubernur: Pekan Inovasi dan Investasi Bangun Daya Saing Ekonomi Sumut

Untuk mendukung data perkebunan rakyat, BPS melakukan survei rumah tangga komoditas rumah tangga perkebunan. Penyajian statistik perkebunan meliputi data luas, produksi, ekspor dan impor komoditas perkebunan strategis.

Kadis Perkebunan Sumut Herawati
menyebut data perkebunan memang banyak belum sinkron. Data BPS komoditas perkebunan ada 127 dengan 7 komoditas unggulan, sedangkan data sesuai UU Nomor 3 tahun 2014 ada 137 dengan lima komoditas unggulan yakni sawit, karet, kakao, kopi dan tebu.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Syech Suhaimi menambahkan di Sumatera Utara, ada tiga sektor utama yang sangat besar golongannya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah ini yakni pertanian, industri dan perdagangan.

“Di sektor pertanian, paling besar dari perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura. Jadi yang menopang ekonomi Sumut ada di sektor perkebunan,” tegasnya.

Suhaimi mengatakan sektor perkebunan memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Sumut seperti sisi ekspor terbesar dari industri pengolahan 92 persen selebihnya 8 persen. Dari jumlah indistri pengolahan itu industri lemak minyak nabati mencapai 40 persen.

Menurut dia, tiga sektor tersebut membuat pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama 2019 di Sumut mencapai 5,18 persen. Di mana sektor pertanian dan perkebunan ada 20,74 persen, dukungan cukup besar dari sektor industri ada 19,45 persen dan sektor perdagangan dengan komposisinya 18,66 persen.

Baca Juga :  BTN Berkomitmen Untuk Melindungi Data Pribadi Nasabah

“Peranan perkebunan di Sumut tidak bisa kita pandang sebelah mata. Untuk itu pemerintah harus memberi regulasi yang jelas terhadap perkembangan dari perkebunan tersebut,” katanya.

Suheimi menambahkan saat ini bahwa perusahaan perkebunan di Sumut ada pertambahan. Namun ada penurunan sejak 2017 terutama dalam perusahaan pengolahan kelapa sawit.

“Kalau kita lihat, kemungkinan ada kebijakan internasional yang mungkin berdampak kurang baik bagi pengembangan CPO kita terutama dari kebun sawit,” jelasnya.

Adapun luas perkebunan sawit di Sumut sampai tahun 2017 ada sekitar 1,3 juta hektar dengan produksi sekitar 4,1 juta ton.

Sekretaris Gapki Sumut Timbas Ginting mengatakan pihaknya sepakat menyatukan data kelapa sawit. “Dengan data-data statistik yang update mudah-mudahan bisa meningkat perkebunan kelapa sawit,” katanya.

Timbas menyebut data yang disepakati dan akurat mampu menghempang isu negatip tentang kelapa sawit. Sebab tak ada yang bisa menandingi keunggulan minyak nabati dari sawit. “Namun kalau data sawit kita sama dan akurat maka semua isu negatip sawit bisa diatasi,” jelas Ginting. (SB/wie)

-->