Pengamat Ekonomi Sumut: Penyesuaian Turun Harga BBM Non Subsidi, Pertamina Lebih Kompetitif

sentralberita | Medan ~  PT Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial & Trading Pertamina, terus berkomitmen melakukan evaluasi harga jual produk-produk BBM non subsidi atau jenis bahan bakar umum (JBU) secara berkala. Pada periode 1 November 2023, Pertamina Patra Niaga kembali melakukan penyesuaian turun harga untuk Pertamax Series dan Dex Series.

Terkait hal ini, Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan untuk BBM non subsidi, penyesuaian turun harganya sangat tepat, dilakukan melihat mekanisme pasar dan sesuai dengan kebijakan masing-masing badan usaha.

“Ketika harga biaya produksinya keekonomian mengalami penurunan dan harga jualnya sekarang sudah di atas harga keekonomian saya pikir cukup rasional bagi badan usaha melakukan penyesuaian harga BBM Non Subsidi. Ditambah pada bulan Oktober kenaikan harga minyak mentah dunia dipicu oleh terjadinya konflik antara Hamas dengan Israel. Dan saat ini harga minyak tersebut ditransaksikan dikisaran $81 per barelnya,” terang Gunawan, Rabu (1/11/2023).

Menurutnya harga BBM Pertamina untuk yang non subsidi, jika dibandingkan dengan harga dari kompetitor Pertamina terpantau masih lebih kompetitif. Harga baru yang berlaku untuk provinsi dengan besaran Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) sebesar 7,5% seperti di wilayah Sumatera Utara.

“Pertamina masih lebih unggul jika membandingkan selisih harga jual BBM-nya. Akan tetapi gambaran fluktuasi harga minyak non subsidi ini harus bisa diterjemahkan bahwa itulah harga keekonomian BBM pada dasarnya,” ungkap Gunawan.

Seperti kita ketahui, untuk seluruh produk jenis gasoline (bensin) Pertamina mengalami penyesuaian turun harga. Sejak dilakukan penyesuaian harga terakhir pada 1 November 2023 dibandingkan periode Oktober 2023 untuk wilayah Sumatera Utara, Pertamax (RON 92) turun menjadi Rp14.000 per liter, dari sebelumnya Rp14.300. Sedangkan Pertamax Turbo (RON 98), turun menjadi Rp15.800 per liter dari sebelumnya Rp16.950.

Untuk produk jenis gasoil (diesel) yakni Dexlite (CN 51), disesuaikan menjadi Rp17.300 per liter dari sebelumnya Rp17.550. Pertamina Dex (CN 53) turun menjadi Rp18.100 per liter dari sebelumnya Rp18.250.

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting, menjelaskan harga baru per 1 November 2023 ini sudah sesuai dengan penetapan harga yang diatur dalam Kepmen ESDM No.245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga JBU atau BBM non subsidi.

Adapun harga BBM non subsidi bersifat fluktuatif, sehingga Pertamina melakukan evaluasi secara berkala mengikuti tren dan mekanisme pasar. Pertamina melakukan penyesuaian harga mengikuti tren harga minyak dunia dan harga rata-rata publikasi minyak.

Baca Juga :  Cegah Narkotika, Sat Polairud Polres Tanjung Balai Tingkatkan Kewaspadaan di Perairan

“Harga BBM non subsidi Pertamina mempertimbangkan berbagai aspek diantaranya minyak mentah, publikasi MOPS dan Kurs, agar Pertamina tetap dapat menjamin penyediaan dan penyaluran BBM hingga ke seluruh pelosok Tanah Air,” jelas Irto.

Irto menambahkan, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mendapatkan penugasan pendistribusian BBM hingga ke pelosok negeri, pihaknya berkomitmen penuh untuk menyediakan dan menyalurkan BBM berdasarkan prinsip Availability, Accessibility, Affordability, Acceptability dan Sustainability.

“Pertamina Patra Niaga berkomitmen menyediakan pasokan produk BBM berkualitas di seluruh wilayah Indonesia. Tidak hanya di kota-kota besar namun ke seluruh pelosok negeri, dengan harga yang kompetitif,” tambahnya.

Untuk informasi mengenai seluruh harga produk Pertamina terbaru, masyarakat dapat mengakses halaman website
https://www.pertamina.com/id/news-room/announcement/daftar-harga-bahan-bakar-khusus-non-subsidi-tmt-1-november-2023-zona-3 atau menghubungi Pertamina Call Center (PCC) 135.
——————————————————-
Media Contact
Susanto August Satria
Area Manager Communication Relation & CSR Sumbagut
PT Pertamina Patra Niaga
Sub Holding Pertamina Commercial & Trading
E : susanto.satria@pertamina.com
[2/11 06.18] Husni Lubis Sentral: Kepala Unit Edukasi Layanan Jasa KSEI Ruth Yendra Indriyatmi pada sosialisasi di Kantor Perwakilan PT BEI Sumut Jalan H Juanda Medan Rabu (1/11).

Nilai Aset Investor Medan Capai Rp24,9 Triliun

sentralberita  | Medan ~ PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) bekerja sama dengan
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Indonesia SIPF (SIPF) menyelenggarakan sosialisasi dan edukasi di kota Medan Rabu (1/11).

Sosialisasi yang digelar di Kantor Perwakilan PT BEI Sumut di Jalan H Juanda Medan itu diikuti wartawan media cetak dan online Kota Medan dengan narasumber Kepala Unit Edukasi Layanan Jasa KSEI Ruth Yendra Indriyatmi, Direktur Indonesia SIPF Mariska Aritany Azis dan Kepala Perwakilan PT BEI Sumut Muhammad Pintor Nasution.

Pada kegiatan tersebut, KSEI memaparkan tentang pertumbuhan investor pasar modal, termasuk nilai aset investor provinsi Sumatera Utara yang mencapai Rp 24,9 triliun.

Kepala Unit Edukasi Layanan Jasa KSEI Ruth Yendra Indriyatmi menyampaikan pertumbuhan investor muda di
Indonesia masih cukup signifikan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2018, jumlah investor 30 tahun ke
bawah berada di kisaran 39 persen. Jumlah tersebut meningkat menjadi 60 persen pada tahun 2023. “Seiring dengan semakin meningkatnya antusiasme anak muda untuk berinvestasi di pasar modal,” ungkap Ruth.

Sejalan dengan meningkatnya minat anak muda untuk menjadi investor pasar modal, maka sosialisasi dan edukasi kepada mahasiswa menjadi salah satu fokus utama KSEI.

Baca Juga :  Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut Salurkan 30.813 KL Avtur Selama Penerbangan Haji 2024

Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan literasi tentang pasar modal. Minat dan partisipasi mahasiswa untuk mulai berinvestasi dapat menjadi fondasi kokoh untuk perkembangan dan ketahanan pasar modal Indonesia.

Ruth menambahkan, anak muda semakin cerdas dalam menentukan pilihan investasinya, termasuk investasi di pasar modal. Sektor industri yang sahamnya banyak dimiliki anak muda rata-rata memiliki
kapitalisasi yang cukup besar, sehingga faktor fundamental menjadi pertimbangan anak muda dalam menentukan saham pilihan.

Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pasar modal Indonesia, khususnya regulator dalam hal menyediakan sarana dan infrastruktur yang memadai, karena milenial dan gen z sangat identik dengan perkembangan teknologi dan era digital.

Dengan demikian, layanan pasar modal mulai dari pembukaan rekening, proses transaksi hingga penyelesaiannya harus dapat dilakukan secara mudah dan transparan.

Ruth menyampaikan, KSEI bersama dengan berbagai pihak melakukan program peningkatan literasi pasar modal melalui kerja sama dengan perguruan tinggi. “Hal ini cukup efektif karena berhasil mengajak mahasiswa sebagai investor muda untuk mulai berinvestasi di pasar modal,” kata Ruth.

Ia menjelaskan per 20 Oktober 2023, nilai
investasi investor muda berusia 30 tahun ke bawah dan 31—40 tahun sudah mencapai Rp160,76 triliun.

“KSEI berharap dalam jangka waktu lima hingga sepuluh tahun ke depan, mereka akan menjadi investor pasar modal yang berkualitas dan paham berinvestasi, sehingga mampu mendukung ketahanan pasar
modal Indonesia,” kata Ruth.

Medan memiliki potensi cukup besar yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara yang baik.

Berdasarkan data KSEI per 20 Oktober 2023, jumlah investor pasar modal di Provinsi Sumatera Utama menempati urutan ke-6 jumlah investor dari 34 provinsi di Indonesia.
Jumlah investor pasar modal di Medan sebanyak 204.656 ribu dengan nilai aset sebesar Rp24,9 triliun.

Dari sisi pendidikan, investor di Medan didominasi 54,84 persen lulusan SMU ke bawah, disusul dengan Sarjana yang
mencapai 34,34 persen.

Hingga 20 Oktober 2023, jumlah investor di pasar modal Indonesia mencapai 11,8 juta investor, yang mencakup investor pemilik saham, obligasi, dan reksa dana.

Jumlah investor pasar modal yang berusia di
bawah 30 tahun tercatat sebanyak 56,78 persen dan 30-40 tahun sebanyak 23,40 persen. Sehingga total investor berusia muda telah mencapai 80,18 persen dengan nilai asset sebesar Rp160 triliun.

Secara demografi komposisi investor pasar modal individu didominasi 62,38 persen.(01/red)

-->