Hati Hati! Obesitas dapat Memperparah Gejala Covid-19

Jihan Zata Lini Nurhadi

Oleh: Jihan Zata Lini Nurhadi|sentralbarita~Hingga saat ini, pandemi Covid-19 belum juga berakhir. Bahkan angka penularan dan kematian masih terus meningkat dari hari ke hari.

Hingga Rabu (19/10), jumlah kasus penderita covid-19 yang sudah terkonfirmasi sebanyak 365.240, kasus meninggal sebanyak 12.617 dan sembuh 289.243.

Virus Covid-19 merupakan virus baru yang awalnya muncul di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Sejak saat itu, insidensi penularan virus di kota tersebut semakin meningkat bahkan karena penyebarannya yang sangat cepat, virus ini sudah menyebar ke seluruh dunia.

Pada jumat (31/1), Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah virus covid-19 berstatus gawat darurat dan menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia

Penderita Covid-19 yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta, dapat memperparah kondisi dari orang tersebut. Tak hanya itu, imunitas tubuh yang lemah juga dapat membuat tubuh tak berdaya dalam melawan Covid-19. Namun, baru-baru ini Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengungkap satu lagi kondisi yang bisa memperparah infeksi Covid-19 yaitu obesitas.

Orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko untuk penyakit berat yang terkait dengan Covid-19. Obesitas didefinisikan sebagai orang yang memiliki indeks massa tubuh antara 30 dan 40, dengan obesitas berat didiagnosis saat BMI 40 atau lebih.

CDC berujar, jika seseorang termasuk dalam kategori itu, maka dapat meningkatkan risiko penyakit menjadi parah akibat Covid-19. Kematian orang yang mengidap obesitas dan terinfeksi Covid-19 meningkat hingga 50 persen.

Sejak pandemi dimulai, sejumlah penelitian telah menyebutkan bahwa orang dengan obesitas lebih rentan terhadap Covid-19. Salah satu yang terbesar adalah metanalisis yang diterbitkan dalam jurnal Obesity Reviews pada Agustus lalu.

Peneliti mengumpulkan data dari sejumlah studi terhadap 399 ribu pasien Covid-19. Hasilnya, orang dengan obesitas 113 persen lebih mungkin tertular virus SARS-CoV-2 daripada mereka dengan berat badan normal.

Selain itu, pasien Covid-19 dengan obesitas juga 74 persen lebih mungkin untuk menjalani perawatan intensif di ICU, dengan persentase kematian yang mencapai 48 persen.

Dalam studi Chapel Hill dari Universitas Carolina Utara menemukan bahwa mereka yang dinyatakan obesitas cenderung dirawat di rumah sakit atau dirawat di ICU karena virus corona.

Baca Juga :  Menunggu Kepastian Hukum Peneror Wartawan di Madina

Selain itu, Direktur Bariatric & Metabolic Institute di Cleveland Clinic, Ali Aminian, mengatakan bahwa dalam enam bulan terakhir terlihat bahwa obesitas adalah faktor risiko untuk Covid-19 parah yang bisa membuat pasien masuk ke rumah sakit, lebih membutuhkan perawatan intensif, dukungan ventilator, dan meningkatkan risiko kematian.

Mengapa obesitas mempengaruhi gejala Covid-19?

  1. Imunitas melemah
    Pasien dengan obesitas (dan faktor risiko terkait seperti diabetes) sering menderita pelemahan kekebalan tubuh bawaan dan adaptif, membuat mereka lebih rentan terhadap infeks
  2. Respons imun yang terlalu aktif
    Obesitas adalah keadaan peradangan kronis yang menyebabkan tubuh pasien memproduksi sitokin dalam jumlah berlebihan. Sitokin merupakan molekul yang berkomunikasi dan mengatur sistem kekebalan tubuh. Infeksi Covid-19 juga memicu pelepasan sitokin. Jika digabungkan dengan kondisi obesitas, hal ini dapat menyebabkan jumlah sitokin berlebih dalam tubuh, yang disebut “badai sitokin”. Pada akhirnya kondisi ini menyebabkan kerusakan pada banyak organ tubuh
  3. Risiko kardiovaskular
    Pasien dengan obesitas sering kali memiliki penyakit kardiovaskular dan disertai dengan berbagai risiko terkait, seperti diabetes dan hipertensi. Semua faktor ini dapat berkontribusi pada kondisi keparahan pasien Covid-19
  4. Peningkatan risiko pembekuan darah
    Pasien dengan berat badan berlebih memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami pembekuan darah, sebuah kondisi yang juga dikaitkan dengan Covid-19. Dr. Aminian menjelaskan, Covid-19 merusak lapisan sel pembuluh darah atau endotelium. Otopsi menunjukkan bahwa pembekuan darah dan kerusakan endotel parah yang meluas adalah dua penyebab peningkatan kematian pada banyak pasien yang terinfeksi Covid-19
  5. Kerusakan sistem paru
    Obesitas diketahui memengaruhi mekanisme dinding dada dan diafragma, serta membuat pasien lebih rentan terhadap gangguan paru-paru lain, seperti sleep apnea, asma, dan sindrom hipoventilasi obesitas. Semua masalah ini bisa menjadi lebih rumit karena masalah paru-paru yang diketahui yang datang dengan infeksi Covid-19
  6. Penimbunan lemak
    Penderita obesitas memiliki lemak lebih besar pada permukaan sehingga reseptor menempel virus lebih luas. Dengan kondisi tersebut mereka yang mengalami obesitas lebih mudah kena Covid-19. Selain itu, Lemak tubuh mereka yang mengalami obesitas itu tersebar di mana-mana, jantung banyak lemak, juga perut. Sehingga ketika terinfeksi Covid-19 sulit bernafas akibatnya paru-paru lebih kecil karena jantung tertimbun lemak.
Baca Juga :  Logistik Migas Penuh Rintangan: Mahasiswa UPER Gagas Upaya Peningkatan Keselamatan Kerja Industri Migas

Lalu, bagaimana cara mencegah obesitas?

Beberapa usaha dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya obesitas, tahapan untuk mengatasi seseorang agar obesitas di antaranya adalah:

  1. Mengubah pola makan dan gaya hidup
    Beberapa gaya hidup seperti merokok, konsumsi gula dan garam berlebih, serta kurangnya konsumsi sayur dan buah perlu diubah agar berat badan yang berlebihan bisa berkurang. Konsumsi gula misalnya, dianjurkan konsumsi gula setiap hari maksimal adalah empat sendok makan (50 gram)
  2. Mengukur IMT
    Untuk mengukur seseorang gemuk atau tidak, bisa diketahui dengan jalan menghitung indeks masa tubuh (IMT). Perhitungan IMT bisa dilakukan dengan kalkulator online atau menggunakan rumus berat badan berbanding kuadran tinggi badan. Apabila dirasa rumit, maka bisa diukur dengan lingkar pinggang. Pada perempuan, usahakan agar lingkar pinggang tak lebih dari 81 cm dan laki-laki tak lebih dari 90 cm.
  3. Meningkatkan aktivitas fisik
    Kurangnya aktivitas fisik berisiko pada terjadinya obesitas. Sehingga, melakukan gerakan motorik selama 30 menit setiap hari, bisa membantu seseorang mengurangi berat badannya.
  4. Makan banyak sayur dan buah
    Setiap hari, tubuh tentunya perlu energi untuk beraktivitas, namun umumnya orang lebih sering mengonsumsi makanan berkalori tinggi seperti karbohidrat. Padahal, asupan kalori yang dianjurkan untuk pria adalah 2.500 dan wanita 2.000 setiap harinya. Sementara, sisa kalori atau energi berlebih hanya akan disimpan sebagai lemak. Oleh karena itu, ada baiknya untuk mengisi piring lebih banyak dengan porsi sayur dan buah dibandingkan karbohidrat seperti tepung, nasi, dan lainnya. Sayur dan buah mengandung banyak serat yang baik untuk tubuh serta mengurangi risiko makan berlebihan
  5. Kurangi makanan manis
    Mengonsumsi makanan manis sering sekali meningkatkan risiko terkena obesitas. Pasalnya, makanan olahan yang tinggi lemak, garam, dan gula dapat mendorong hasrat untuk makan berlebih hingga menyebabkan kelebihan berat badan.(Penulis adalah Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh)
-->