Banjir Meluas di Sergai, 18.331 Rumah Terendam Akibat Curah Hujan Tinggi dan Jebolnya Tanggul
sentralberita | Serdang Bedagai ~ Banjir besar kembali melanda Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, setelah hujan deras berintensitas tinggi mengguyur wilayah tersebut sejak beberapa hari terakhir. Jebolnya tanggul Sungai Jatayu dan Sei Beliau turut memperparah kondisi hingga menyebabkan air meluap ke permukiman warga. Akibatnya, sebanyak 18.331 rumah di 11 kecamatan kini terendam banjir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sergai merilis data terbaru terkait persebaran warga terdampak. Berikut rincian jumlah kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir di setiap kecamatan: Sipispis 83 KK, Tebing Syahbandar 452 KK, Dolok Masihul 819 KK, Perbaungan 1.586 KK, Teluk Mengkudu 535 KK, Pantai Cermin 137 KK, Sei Rampah 4.804 KK, Tebing Tinggi 266 KK, Tanjung Beringin 6.585 KK, Bandar Khalipah 1.841 KK, dan Sei Bamban 1.223 KK.
Kepala Pelaksana BPBD Sergai, Abdul Rahman Purba, menyampaikan bahwa banjir masih merendam ribuan rumah warga hingga Senin (1/12/2025). Menurutnya, Kecamatan Tanjung Beringin menjadi wilayah yang paling parah terdampak.
“Laporan sementara ada 18.331 KK terdampak banjir di 11 kecamatan. Saat ini wilayah yang paling terdampak yakni Kecamatan Tanjung Beringin,” ujarnya.
Untuk mempercepat proses evakuasi, BPBD Sergai telah mengerahkan 27 unit perahu LCR yang disebar di berbagai titik banjir. Perahu tersebut digunakan untuk mengevakuasi warga yang masih bertahan di rumah akibat tingginya genangan air.
“Total ada 27 perahu LCR di lokasi banjir untuk membantu evakuasi warga atau mereka yang membutuhkan bantuan segera,” jelas Rahman.
Di lapangan, warga mengaku sangat terbantu dengan keberadaan perahu karet yang disediakan BPBD. Gareng, warga Dusun 3 Pematang Canjang, Desa Sei Rampah, mengatakan evakuasi kini lebih mudah dilakukan meski banyak warga masih memilih bertahan.
“Terbantu sekali bisa evakuasi, karena masih banyak warga yang bertahan di lokasi banjir, terutama di kampung Mandailing,” ujarnya.
Namun kondisi terbatasnya akses transportasi membuat sebagian warga berinisiatif membuat perahu darurat dari batang pisang dan ban mobil untuk kebutuhan sehari-hari.
“Itu dibuat warga untuk aktivitas pribadi, karena perahu karet diprioritaskan untuk evakuasi masyarakat,” katanya.
Hingga berita ini dimuat, ketinggian air di sejumlah titik masih cukup tinggi. Petugas BPBD bersama unsur pemerintah daerah terus melakukan pemantauan dan penanganan darurat guna memastikan keselamatan warga serta mencegah risiko tambahan di lokasi banjir. (SB/ARD)(
