Penyuluh Agama, Oase Kehidupan Warga Binaan Menuju Pertobatan

sentralberita | Sidikalang ~ Di balik tembok tinggi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sidikalang, harapan akan perubahan dan perbaikan diri tetap menyala. Kantor Urusan Agama (KUA) Sidikalang melalui Penyuluh Agama Islam (PAI) mengambil peran mulia dalam menjaga nyala harapan itu. Pada Selasa (14/10), dua sosok PAI hadir bukan sekadar untuk formalitas, melainkan untuk sebuah misi kemanusiaan, memanusiakan manusia warga binaan.

Kegiatan yang rutin dilakukan ini berfokus pada bimbingan ibadah dan penyuluhan agama yang menyentuh hati. PAI KUA Sidikalang Husni Thamrin Rambe dan Sawal Dabutar memilih metode pendekatan yang jauh dari kesan menggurui. Layanan yang ditujukan langsung kepada mereka yang paling membutuhkan sentuhan spiritual dan bimbingan moral.

Kunci dari keberhasilan mereka adalah metode pendekatan humanis. Bagi Husni Thamrin Rambe dan Sawal Dabutar, warga binaan bukanlah sekadar narapidana dengan nomor registrasi, melainkan manusia yang pernah khilaf dan kini tengah menempuh perjalanan pertobatan. Mereka menyadari, penyampaian materi agama harus dilakukan dari hati ke hati, menempatkan diri sebagai teman seperjalanan dalam mencari hidayah.

Suasana kebersamaan tercipta dalam sesi bimbingan tersebut. Tidak ada jarak, tidak ada penghakiman. Mereka mendengarkan kisah, keluh kesah, dan penyesalan warga binaan dengan penuh empati. Mereka membimbing ibadah, mulai dari tata cara salat yang benar hingga pemahaman mendalam tentang makna puasa dan zakat, memastikan setiap ajaran diterima dengan lapang dada.

Baca Juga :  Kloter 6 Asal Langkat Dilepas dengan Jemaah Termuda 18 Tahun, Ahmad Qosbi: Wukuf di Arafah Penentu Kesempurnaan Ibadah Haji

Pentingnya Penyuluhan Dari hati ke Hati

“Tujuan kami sederhana, memastikan bahwa setiap kata penyuluhan yang kami sampaikan dapat sampai dan mengendap di hati masing-masing warga binaan,” ujar Sawal Dabutar. Pendekatan ini diyakini lebih efektif daripada sekadar ceramah kering. Dengan hati yang terbuka, ajaran agama akan menjadi penuntun internal bagi mereka untuk menjalani sisa masa hukuman dengan lebih bermakna.

Bimbingan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali fitrah kemanusiaan yang mungkin sempat terkubur oleh kesalahan masa lalu. Husni Thamrin menekankan bahwa Lapas adalah tempat untuk bertobat dan mempersiapkan diri, bukan tempat untuk menyerah pada keadaan. Melalui ibadah, mereka diajak kembali terhubung dengan Sang Pencipta dan menyadari nilai-nilai luhur yang seharusnya dimiliki setiap insan.

 

Harapan besar disematkan pada setiap sesi bimbingan ini. PAI KUA Sidikalang berharap, setelah para warga binaan kembali ke masyarakat, akan terjadi perubahan nyata dalam perilaku dan cara pandang mereka. Bimbingan ibadah dari hati ke hati ini diharapkan menjadi bekal spiritual terkuat saat mereka harus beradaptasi kembali dengan lingkungan sosial.

Baca Juga :  Polres Tanjungbalai Gelar Binrohtal, Tingkatkan Iman dan Taqwa Personel Demi Wujudkan Polri Presisi

Husni Thamrin menyampaikan, dalam konteks Lapas, peran PAI menjadi sangat krusial sebagai jembatan rohani. Mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi motivator dan penguat mental. Kehadiran mereka seolah menjadi oase spiritual di tengah rutinitas Lapas, mengingatkan bahwa pengampunan dan kesempatan kedua selalu ada bagi mereka yang sungguh-sungguh ingin berubah.

“Komitmen KUA Sidikalang melalui PAI untuk terus melayani warga binaan Lapas adalah wujud nyata dari layanan keagamaan yang inklusif dan transformatif. Mereka membuktikan bahwa pelayanan agama harus menjangkau semua lapisan, termasuk mereka yang berada dalam keterbatasan dan membutuhkan dukungan moral paling besar,” ungkapnya.

Apa yang dilakukan oleh Husni Thamrin dan Sawal Dabutar adalah pelajaran berharga tentang makna memanusiakan manusia. Di Lapas Sidikalang, mereka menanam benih-benih kebaikan dan pertobatan, berharap suatu saat nanti benih itu akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat, sejalan dengan cita-cita agama dan negara. (01/red)

-->