Sekam Padi Jadi Solusi Limbah: Peneliti Perempuan UPER Masuk Daftar Top 2% Ilmuwan Dunia

sentralberita | Jakarta~  Pencemaran air akibat limbah industri dan pertanian kian menjadi perhatian dunia. Menurut Bank Dunia (2020), sekitar 80 persen air limbah global masih dibuang langsung ke lingkungan tanpa pengolahan memadai. Akibatnya, logam berat dan zat warna berbahaya menumpuk di sungai dan danau, merusak ekosistem, mengancam kesehatan manusia, dan mengganggu rantai makanan. Laporan Kementerian Lingkungan Hidup (2025) bahkan mencatat 70,70 persen kualitas air sungai di Indonesia masuk kategori tercemar sedang hingga berat, terutama oleh limbah domestik dan industri.

Mencari solusi yang efektif, murah, dan ramah lingkungan menjadi tantangan besar bagi para ilmuwan. Salah satu terobosan datang dari Universitas Pertamina (UPER) melalui penelitian yang dipimpin oleh Dr. Nonni Soraya Sambudi, dosen Prodi Teknik Kimia sekaligus peneliti perempuan. Dr. Nonni baru saja masuk daftar Top 2% Scientists Worldwide versi Stanford University, menempati peringkat 181.869 dari 210.000 ilmuwan dunia.

Dalam riset terbarunya, Dr. Nonni memanfaatkan sekam padi, limbah pertanian yang produksinya mencapai 156 juta ton per tahun secara global, untuk dibuat menjadi carbon quantum dots (CQDs) — partikel karbon berukuran nano yang bisa berpendar di bawah cahaya tertentu. Material ini kemudian diuji untuk menguraikan zat warna berbahaya seperti methylene blue dan menyerap ion logam tembaga (Cu²⁺) dari air. Dengan menggunakan metode hidrotermal yang hemat energi, tim peneliti menemukan bahwa CQDs yang ditambahkan nitrogen (N) dan bismuth (Bi) bekerja lebih efektif, sehingga proses pemurnian air berlangsung lebih cepat dan efisien.

Baca Juga :  Prof Harris Arthur Sebut Progam Sekolah Rakyat Putus Mata Rantai Kemiskinan

“Penelitian ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular. Kami berusaha mengubah limbah yang awalnya tidak bernilai menjadi material yang bisa membantu memecahkan masalah pencemaran air bahkan 60% efektif menghilangkan logam berat serta 70% dalam kemampuan degradasi dari zat warna,” ujar Dr. Nonni.

Rektor Universitas Pertamina, Prof. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir, M.S., IPU., turut memberikan apresiasi atas capaian tersebut. “Prestasi Dr. Nonni menunjukkan bahwa riset dari kampus Indonesia dapat berkontribusi nyata bagi dunia. Temuan ini sejalan dengan misi UPER untuk menghadirkan solusi berbasis sains dan teknologi bagi tantangan keberlanjutan, sekaligus menginspirasi generasi muda dan perempuan untuk terus aktif melakukan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.

Selain dikenal melalui prestasi publikasi internasional, Dr. Nonni memiliki rekam jejak penelitian yang kuat. Minat risetnya mencakup sintesis carbon quantum dots untuk drug delivery, polimer komposit, adsorpsi, dan proses fotokatalitik. Dr. Nonni telah mendapatkan berbagai hibah penelitian terkait pemanfaatan CQDs untuk menghilangkan polutan organik secara fotokatalitik, mendeteksi dan menyerap logam berat dalam lingkungan perairan, serta memulihkan logam melalui teknologi membran. Perhatian khusus diberikan pada modifikasi CQDs melalui doping dan fungsionalisasi untuk meningkatkan performa fotokatalitik.

Baca Juga :  Kampus Harus Netral

Pencapaian ini semakin mengukuhkan posisi Dr. Nonni di kancah akademik internasional. Berdasarkan data Scopus 2025 — salah satu basis data ilmiah terbesar di dunia yang mencatat publikasi, sitasi, dan dampak penelitian dari berbagai universitas dan lembaga riset — Dr. Nonni telah menerbitkan 109 publikasi ilmiah yang dikutip sebanyak 2.889 kali oleh peneliti lain.

“Riset bukan sekadar angka publikasi, melainkan jalan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan menjawab permasalahan nyata yang kita hadapi. Saya juga selalu melibatkan mahasiswa dalam penelitian, karena saya ingin mereka belajar bahwa riset bisa menjadi sarana kontribusi untuk masyarakat,” tuturnya.

Sebagai salah satu peneliti perempuan Indonesia di bidang teknik kimia, Dr. Nonni diharapkan dapat membuka jalan bagi lebih banyak perempuan untuk berkarya di dunia sains dan teknologi. Keberhasilan penelitian ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan peneliti muda untuk ikut serta dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan. Jika kelak diaplikasikan secara luas, hasil riset ini dapat membantu Indonesia mengurangi pencemar air hingga 30 persen pada 2030.(01/red)

-->