Dorong Anak Muda Berwirausaha Melalui Platform Digital, Naslindo Sirait Sampaikan Gubsu Tekankan Koperasi Tidak Hanya di atas Kertas

sentralberita|Medan~ Dalam Konferensi Pers yang dimotori Dinas Kominfo Sumut, Selasa (23/9/2025) di Kantor Gubernur Sumut dengan Dinas Koperasi dan UKM Sumut, Kadis Naslindo Sirait, menjelaskan bahwa Gubernur Sumut menekankan pentingnya koperasi tidak hanya sekadar ada di atas kertas. Koperasi harus aktif, berjalan dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat desa.

Sejalan dengan arahan Gubernur, Pemprov Sumut juga katanya, mengembangkan program Fast Track Young Pioneer (FYP) untuk mendorong anak muda berwirausaha melalui platform digital terutama dalam pemasaran produk.

Dipandu Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Diskominfo Sumut, Harvina Zuhra, Naslindo mengungkapkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) menaruh harapan besar pada Koperasi Merah Putih (KMP) yang merupakan bagian dari Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden RI adalah pilar kebangkitan ekonomi desa. Hingga kini, tercatat sudah ada 6.100 unit koperasi terbentuk di 33 kabupaten/kota se-Sumut.

Namun, dari jumlah tersebut, baru 163 koperasi yang benar-benar aktif. Bahkan, hanya 88 koperasi yang telah mampu menjalin kerja sama strategis dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Bulog dan Pertamina.

Baca Juga :  Buka Paritrana Award Sumut, Sekdaprov Pastikan Komitmen Pemprov Sumut Dukung Program BPJS Ketenagakerjaan

Sambil menyebut salah satu Asta Cita pemerintah terserbut, Membangun dari Desa dan dari Bawah untuk Pemerataan Ekonomi dan Pemberantasan Kemiskinan , “ada empat tujuan utama yang kita dorong melalui KMP. Pertama, koperasi sebagai penggerak ekonomi desa. Kedua, memutus rantai pasok yang selama ini panjang dan dikuasai rentenir maupun pinjol. Ketiga, menciptakan lapangan kerja baru. Keempat, koperasi tak hanya menampung hasil pertanian, tapi juga bergerak pada hilirisasi untuk menambah nilai produk sekaligus menekan inflasi,” jelas Naslindo

Melalui KMP, pemerintah ingin menghadirkan gerai sembako di desa, menyalurkan pupuk bersubsidi dan LPG 3 kg, serta menampung hasil pertanian masyarakat. Dengan jalur distribusi yang lebih efisien dari kota ke desa, lalu dari desa ke pasar perkotaan, harga diharapkan lebih stabil.

“Padi, jagung, ubi, cabai bisa diolah menjadi produk bernilai tambah, seperti beras, tepung, hingga aneka olahan. Koperasi menjadi kunci agar harga terkendali dan inflasi terjaga,” tambah Naslindo.

Naslindo mengakui, permodalan masih menjadi tantangan besar. Saat ini, Pemprov Sumut baru menyiapkan dana Rp 3 miliar bagi pelaku usaha, namun belum bisa direalisasikan.

Baca Juga :  Rico Waas Tegaskan Pengaktifan Poskamling Efektif Jaga Ketertiban dan Keamanan

Untuk mengatasi hal itu, Pemprov tengah menyiapkan proposal bisnis yang ditargetkan selesai awal Oktober. Minggu kedua Oktober, rencana tersebut akan dibahas dalam musyawarah desa sebelum diajukan ke bank Himbara seperti Mandiri dan BRI.

“Target kami, menjelang November sudah ada 886 koperasi potensial yang bisa mendapatkan pembiayaan,” katanya.

Selain dukungan modal, pemerintah juga menyiapkan 121 angkatan pengurus koperasi untuk mengikuti pelatihan manajemen dan prinsip koperasi.

Hingga kini, sebanyak 1.700 pelaku usaha telah mendapat pelatihan—30 persen di antaranya pemula dan 70 persen sudah mapan. Dari jumlah itu, 950 usaha difasilitasi pembiayaan dan legalitas, lalu disaring menjadi 50 terbaik yang masuk ke inkubator bisnis.

Dengan kombinasi pembiayaan, pelatihan, serta integrasi digital, Pemprov Sumut optimistis KMP bisa menjadi tulang punggung ekonomi desa, solusi pengangguran, sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat pada rentenir dan pinjol.

“Kalau koperasi tumbuh sehat, bukan hanya desa yang sejahtera, tapi juga perekonomian Sumatera Utara akan bergerak lebih cepat,” pungkas Naslindo.(SB/Husni)

-->