Meistro, Penyuluh Agama Kristen dan Tukang Antar Paket Kini Jadi PPPK
sentralberita|Sibolga ~Di balik wajah lelah dan senyum penuh syukur itu, tersimpan kisah panjang tentang harapan, pengorbanan, dan iman yang tak pernah pudar.
Namanya Meistro Untung Parlindungan Lumbantobing, 31 tahun. Ia bukan hanya seorang penyuluh agama Kristen non-PNS yang setia membina umat di sudut-sudut Kota Sibolga. Ia juga tulang punggung keluarga yang selama bertahun-tahun menyambi sebagai tukang antar paket demi menyambung hidup.
Hari ini, Meistro tak lagi mengandalkan gas motor untuk mencari nafkah. Ia resmi dilantik sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sebagai Arsiparis di Kantor Kementerian Agama Kota Sibolga. Sebuah capaian yang tak hanya mengubah nasibnya, tapi juga menjadi simbol harapan bagi ribuan tenaga honorer yang terus berjuang dalam diam.
Sejak 2021, Meistro menjalani peran sebagai Penyuluh Agama Kristen non-PNS. Dengan semangat pelayanan, ia rutin mendatangi jemaat di pelosok Sibolga, menyampaikan pesan moral dan membina kehidupan beragama di masyarakat. Tapi hidup tak bisa ditopang hanya dengan semangat. Honor penyuluh yang tidak tetap membuatnya harus mencari cara lain
untuk bertahan hidup. Maka ia memilih pekerjaan yang bisa dijalani fleksibel: tukang antar paket.
“Pagi saya ngantar paket, sore sampai malam saya isi dengan pelayanan rohani. Kadang sambil mikir kotbah minggu depan,” ucapnya, tersenyum kecil mengenang perjuangan itu.
Meistro tidak gengsi. Ia mengenakan rompi kurir dengan bangga, karena baginya bekerja adalah bentuk syukur. Ia membawa paket dengan teliti, sesuatu yang ia lakukan spontan, tapi ternyata menyentuh hati banyak orang.
Tak jarang ia harus mengenakan jaket lusuh di pagi hari untuk mengantar paket ke berbagai penjuru Kota Sibolga, lalu berganti pakaian pelayanan sore harinya untuk pelayanan rohani. Ia hafal betul setiap gang sempit dan tanjakan curam di Sibolga.
“Kadang ngantar paket sambil bawa buku renungan,” kenangnya, tertawa kecil.
Bekerja dua profesi bukan perkara mudah. Banyak malam yang ia habiskan dalam kelelahan, tapi tak pernah ia lewatkan tanpa membuka buku catatan kecilnya—berisi materi administrasi, pelayanan publik, dan nilai-nilai dasar ASN. Semua ia pelajari sendiri.
“Waktu dengar ada formasi PPPK di Kementerian Agama, saya tahu ini kesempatan. Tapi saya juga tahu, saya harus kerja ekstra keras,” katanya.
Ia belajar sendirian, dari HP yang sering panas saat dipakai membuka materi daring. Ia mengisi formulir dengan hati-hati di laptop, menabung untuk biaya legalisir, bahkan sempat meminjam motor karena motornya rusak sehari sebelum ujian.
Tanggal pengumuman kelulusan PPPK jadi hari yang tidak akan dilupakan Meistro. Ia duduk sendiri di kamar kontrakan sederhana, membuka laptop pinjaman dari teman, dan menatap layar dengan jantung berdegup kencang.
“Nama saya ada di sana. Saya diam lama. Saya tidak tahu harus bilang apa. Tapi saya tahu, ini bukan hasil kerja saya sendiri. Ini doa orang tua saya. Ini buah dari air mata yang tidak dilihat siapa-siapa,” ujarnya.
Kini Meistro bersiap menjalankan tugas barunya di Kantor Kementerian Agama Kota Sibolga. Ia bukan lagi hanya penyuluh dan kurir. Ia adalah pelayan masyarakat dalam arti yang baru.
“Dulu saya antar firman dan paket. Sekarang saya terima arsip. Tapi saya percaya, maknanya tetap sama: membawa kebaikan.”
Ia tetap tinggal sendiri, masih mengendarai motor tuanya, tapi sekarang setiap pagi ia mengenakan kemeja rapi, dengan pin Korpri dan name tag yang terpasang di dada. Ia tidak lupa dari mana ia berasal.
“Saya tidak pernah malu jadi tukang paket. Itu bagian dari perjalanan saya. Itu yang mengajarkan saya menghargai orang dari semua latar belakang.”
Meistro adalah simbol dari perjuangan yang senyap namun penuh daya. Seorang muda, sederhana, tapi punya hati yang tak kenal menyerah.
“Pelan tapi pasti, Tuhan jawab doa saya,” katanya pelan. “Mungkin bukan secepat yang saya mau, tapi selalu tepat waktu,” tambahnya.
Meistro berharap kisahnya bisa menjadi semangat bagi banyak orang di luar sana yang sedang berjuang.
“Jangan malu dengan pekerjaanmu sekarang. Selama kamu jujur dan terus belajar, tidak ada usaha yang sia-sia. Saya juga banyak belajar dari koordinator humas Kankemenag Kota Sibolga. Bang A. R. Atmaja selalu memberi arahan, saran dan petunjuk saat saya perlukan. Semoga tuhan yang balas kebaikan beliau,” pungkasnya. (ARA)