Matahari Belajar Itu Terbit dari Ruang Kepala MAN Sibolga, Nurul Oktaviana Mekawati: “Motivasi Terbesar Saya Sabda Rasulullah”

sentralberita|Sibolga~ Di tengah dinamika pendidikan madrasah yang terus berkembang, di balik pintu kantor Kepala Madrasah Aliyah Negeri Sibolga, terdapat sosok perempuan yang senyumnya ramah, tutur katanya hangat, namun tekad dan semangat belajarnya tak mudah ditandingi. Ia adalah Nurul Oktaviana Mekawati, Kepala MAN Sibolga, yang baru saja dikukuhkan sebagai doktor dalam bidang Manajemen Pendidikan Islam pada 21 Mei 2025.

Lahir di Kediri, Jawa Timur, 3 Oktober 1976, Nurul adalah potret nyata dari semboyan “belajar sepanjang hayat.” Dalam usianya yang telah melintasi setengah abad, semangatnya menuntut ilmu tak luntur oleh waktu, apalagi oleh jabatan. Justru dari tanggung jawab sebagai pemimpin di madrasah, ia merasa panggilan untuk terus belajar semakin kuat.

“Menjadi kepala madrasah bukan hanya soal administrasi atau mengelola guru dan siswa. Ini amanah besar dari Kementerian Agama, yang harus saya jawab dengan kompetensi dan pembaruan diri terus-menerus,” ujarnya sambil menghela napas pelan, menandakan betapa berat namun indah perjalanan yang dilaluinya.

Dalam pandangannya, jabatan kepala madrasah bukan sekadar jabatan administratif, melainkan pemimpin pendidikan yang harus mampu membawa visi Kementerian Agama dalam memajukan mutu pendidikan Islam. Oleh karena itu, ia tidak pernah berhenti belajar baik melalui diklat, forum sharing antar kepala madrasah, hingga tekad besar untuk menempuh pendidikan doktoral meski usia telah menginjak hampir lima puluh tahun.

“Motivasi terbesar saya adalah sabda Rasulullah: ‘Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat.” Itu bukan sekadar slogan, tapi kompas dalam hidup saya,” ujarnya.

Tak hanya itu, Nurul juga merasa perlu memberikan contoh nyata kepada guru dan siswa-siswinya bahwa belajar tidak mengenal usia. Ia berharap semangatnya dapat menjadi inspirasi bagi tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan seluruh siswa yang dipimpinnya. “Kalau saya yang sudah kepala madrasah, usia hampir lima puluh, masih punya semangat untuk sekolah, saya ingin itu bisa memacu semangat belajar di lingkungan madrasah,” katanya.

Pendidikan dasarnya ia tempuh di tanah kelahiran, Kediri, dari SD hingga SMA. Setelah itu, ia merantau ke Malang dan menyelesaikan S1 di bidang Bahasa dan Sastra Inggris di Universitas Gajayana tahun 1999. Tidak berhenti di sana, ia melanjutkan program Akta IV Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan dan memperoleh gelar Magister Manajemen Pendidikan dari STIE Indonesia Malang melalui program kerja sama Pemerintah Kota Sibolga.

Baca Juga :  Ketua DPRD Sumut Erni Aryanti Apresiasi Jihan Ikuti Program YSEALI di New York dan Berpesan Semoga  Bisa Diterapkan  di Tengah Masyarakat

Tetapi mimpi akademiknya belum selesai. Pada 2021, dengan tekad yang bulat dan semangat luar biasa, ia mendaftar dan diterima sebagai mahasiswa program doktor di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Dalam kurun waktu tujuh semester, ia menyelesaikan seluruh tahapan studi, termasuk penelitian disertasinya yang berjudul: “Peningkatan Profesionalitas Guru melalui Continuing Professional Development pada Madrasah Aliyah Negeri dan Madrasah Aliyah Swasta di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah.”

Disertasi ini dibimbing oleh dua tokoh akademik terkemuka, Prof. Candra Wijaya dan Prof. Masganti Sit. Ia berhasil mempertahankannya dalam sidang terbuka yang dilaksanakan pada 27 Februari 2025 di hadapan rektor, dekan, dan para guru besar. Puncaknya adalah saat ia dikukuhkan sebagai Doktor dalam Sidang Senat Terbuka pada 21 Mei 2025, dengan IPK 3,88 dan predikat yudisium pujian. Sebuah pencapaian luar biasa untuk sosok yang sehari-hari disibukkan oleh tugas mengelola madrasah.

Baginya, gelar doktor bukan sekadar simbol prestise. Melainkan modal untuk menguatkan pelayanan pendidikan yang ia pimpin. “Saya ingin tunjangan profesi yang saya terima benar-benar berbuah. Saya merasa itu harus kembali dalam bentuk peningkatan profesionalitas, baik secara personal maupun untuk institusi,” kata Nurul.

Di tengah jadwal padat sebagai kepala madrasah, ia menjalani kuliah, ujian komprehensif, TOEFL, menulis jurnal ilmiah, hingga menyusun buku berjudul “Profesionalitas Guru Melalui Continuing Profesional Development” yang kini telah memiliki sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Ia mengaku sering begadang menyelesaikan naskah disertasinya setelah kegiatan madrasah selesai.

“Saya tidak ingin guru-guru merasa bahwa belajar itu milik anak muda saja. Saya ingin jadi contoh bahwa semangat belajar tak mengenal umur, tak mengenal jabatan,” ucapnya.

Perjalanan panjangnya dimulai sebagai guru tidak tetap (GTT) di MAN Sibolga dan MTsN Sibolga sejak 1999 hingga 2005. Ia kemudian diangkat menjadi PNS dan ditugaskan di MTsN sampai akhir 2018. Pada 2 Januari 2019, ia dipercaya memimpin MAN Sibolga sebagai kepala madrasah.

Di bawah kepemimpinannya, MAN Sibolga berkembang pesat, baik dari sisi manajemen, akademik, maupun pembiasaan karakter. Ia mendorong transformasi digital, pembelajaran berbasis moderasi beragama, penguatan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, penggunaan aplikasi Madaris untuk ujian digital, hingga pelatihan guru berbasis kebutuhan kompetensi abad 21, dan masih banyak hal lainnya.

Baca Juga :  Ketum PB PGRI Unifah : Gedung Guru/Kantor PGRI Pusat dibangun saat Presiden Soeharto

Tak hanya itu, dalam rekam jejaknya, Nurul pernah menjadi fasilitator program pengajaran Bahasa Inggris dalam kerjasama antara USAID dan Kementerian Agama (DBE 2) sejak tahun 2009 hingga 2014. Ia juga menyabet Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Kota Sibolga tahun 2014, dan meraih Juara 3 Guru Berprestasi tingkat Provinsi Sumatera Utara. Di tingkat manajerial, ia dinobatkan sebagai Juara Harapan 3 Kepala Madrasah terbaik tingkat MAN se-Sumatera Utara.

“Bu Nurul adalah sosok pemimpin yang tidak hanya bijak secara manajerial, tetapi juga menjadi teladan nyata dalam semangat belajar,” kata Azwan Amin WKM Akademik MAN Sibolga. “Beliau tidak pernah meminta guru melakukan sesuatu tanpa ia lakukan terlebih dahulu. Beliau belajar, beliau membimbing, dan beliau terjun langsung,” tambahnya.

“Bu Nurul bukan hanya pemimpin administratif. Ia juga pembelajar sejati. Kami para guru sering terinspirasi dari langkahnya. Beliau ajak kami berdiskusi, refleksi, bahkan ikut pelatihan bersama,” ujar Fedirman Lase, salah satu guru di MAN Sibolga.

Di balik ketegasan dan profesionalismenya, Nurul adalah ibu dari dua anak perempuan. Putri sulungnya, Salwa Ghaitsa Maylavia, telah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Teknologi Pendidikan dari Universitas Negeri Malang. Sementara anak keduanya, Nayla Azzahra Felavia, kini masih aktif sebagai siswi di MAN 1 Kota Kediri. Ia juga didampingi oleh sang suami, Subowo Lesmono, yang selalu memberikan dukungan penuh dalam setiap langkahnya.

“Kadang saya harus bolak-balik Sibolga ke Medan untuk sidang disertasi, meninggalkan keluarga untuk sementara. Tapi saya percaya, pengorbanan itu sebanding dengan manfaat besar yang bisa saya bawa ke madrasah dan masyarakat,” katanya.

Kini setelah resmi menyandang gelar doktor, Nurul Oktaviana Mekawati menatap langkah berikutnya membawa MAN Sibolga menjadi madrasah unggulan yang melahirkan siswa berkarakter, cakap teknologi, dan berlandaskan nilai-nilai keislaman. Ia juga aktif membimbing guru-guru dalam pengembangan profesional berkelanjutan, selaras dengan tema besar disertasinya.

“Gelar ini bukan akhir, tapi awal dari tanggung jawab yang lebih besar. Saya ingin apa yang saya pelajari bisa mengalir dan berdampak. Untuk madrasah, untuk guru, dan untuk siswa-siswi kita,” tutupnya dengan mata berbinar.

Dengan selesainya seluruh pendidikan formal yang telah dijalani, maka kini tinggal menyalurkan bagaimana pembelajaran itu baik ke guru maupun ke siswa-siswinya. Kini Nurul berfokus pada pengembangan madrasah sampai MAN Sibolga menjadi madrasah unggulan. (SB/01/IMS)

-->