Muhammad Nuh: PERSIS Hadir Untuk Umat dan Bangsa

sentralberita | Medan ~ Ketua Persatuan Islam (Persis) Sumatera Utara, KH Muhammad Nuh MSP menghadiri Reuni Akbar Alumni Pesantren Persatuan Islam Bangil, Jawa Timur, yang digelar di Aula A Hassan, Pesantren Persis Bangil mulai Jumat (20/12/2024) hingga Minggu (22/2024).

Banyak tokoh penting yang hadir pada acara ini. Di antaranya Al-Ustadz Dr KH Jeje Zainuddin MAg (Ketua Umum PP Persis), Prof Atip Latiful Hayah (Waketum PP Persis yang juga Wakil Menteri Dikdasmen).

Ada juga Prof Lavi Rizki Zuhal (Ketua Pembina Yayasan Pesantren Persis, Bangil), Prof Syafiq A. Mughni (PP Muhammadiyah), Prof Sudarnoto (Ketua MUI Hubungan Luar Negeri), Al-Ustadz KH Hefzie Ghazie Abdul Qadir Hassan (Mudier Pesantren Persis Bangil), dan ratusan alumni dan guru pesantren lainnya.

 

Wakil Menteri Dikdasmen Prof Atip menyampaikan sambutan pada acara Reuni Akbar Alumni Pesantren Persatuan Islam Bangil, Jawa Timur, yang digelar di Aula A Hassan, Pesantren Persis Bangil mulai Jumat.
Pada sambutannya, KH Dr Jeje Zainuddin mengapresiasi peran Pesantren Persis Bangil dalam mengembangkan dakwah dan pendidikan di indonesia. Adalah Dr Muhammad Natsir rahimahullah sebagai murid A Hassan yang sebelum Indonesia merdeka telah merintis lembaga pendidikan bernama Pendis. Nilai nilai pendidikan yang ditanamkan di lembaga pendidikan amat mendasar, diantaranya masaalah pentingnya pendidikan karakter.

Baca Juga :  Kakanwil Kemenagsu Lepas Keberangkatan JCH Kloter 25 Ke Tanah Suci

Sedangkan Prof Atip Latiful Hayah dalam orasi ilmiahnya menyampaikan, dirinya pernah mengikuti pertemuan. Saat itu, cucu presiden pertama Republik Indonesia Soekarno, Puan Maharani menyebutkan, ada tiga tokoh Islam yang memberikan pengaruh kepada Bung Karno. Ketiga tokoh itu adalah KH Ahmad Dahlan, Syeikh Ahmad Surkati, dan A Hassan.

Ketua Persis Sumut, Muhammad Nuh yang saat ini juga diamanahi sebagai Anggota DPD RI dari Sumatera Utara mengungkapkan, Pesantren Persatuan Islam sudah berdiri sejak tahun 1936 di Bandung dengan guru utamanya A Hassan. “Lalu pada masa Jepang, pesantren ini mengikuti A Hassan yang pindah ke Bangil. Dan sampai sekarang Pesantren Persis Bangil terus berkiprah,” kata M Nuh.

Baca Juga :  Layanan Haji Sangat Baik Oleh PPIH "Dirusak" Buruknya Maskapai Garuda, Layak Diberi Gelar ‘King of Delay Haji 2024’

“Para alumninya menyebar ke seluruh Nusantara, bahkan ada yang mengelola lembaga pendidikan di Malaysia,” imbuhnya.

M Nuh yang juga alumni Pesantren Persis Bangil tahun 1983-1986 ini melanjutkan, pendidikan memang amat penting, menyiapkan generasi pejuang untuk kebaikan umat dan bangsa. “Saya teringat dengan satu perbincangan dengan Al-Ustadz Hud Abdullah Musa rahimahullah, beliau menceritakan pertemuan antara Al-Ustadz Abdul Qadir Hassan dengan Prawoto Mangkusasmito (Ketua Partai Islam Masyumi terakhir).

Pak Prawoto mengatakan kepada Ustadz Abdul Qadir Hassan: “Ustadz berhasil, kami gagal”. Ungkapan itu tentu bukan dimaksudkan untuk mengesampingkan pentingnya gerakan politik Islam tetapi ukuran berhasil tidaknya kegiatan politik adalah kekuasaan. Sementara pendidikan meski perlahan tetapi dirasakan manfaatnya, insya Allah,” pungkasnya. (Diurnawan)(01/red)

-->