Hilirisasi Kelapa Sawit Tingkatkan Industri Pengolahan

sentralberita | Medan ~ Penerapan program hilirisasi industri kelapa sawit nasional, termasuk program B35 dan B40 yang dijalankan pemerintah, semakin meningkatkan kinerja industri pengolahan di Sumatera Utara.

Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara Khoirul Muttaqien mengatakan hal itu Kamis (18/7/2024).

Berdasarkan sisi lapangan usaha, peningkatan kredit produktif terutama didorong oleh Industri Pengolahan yang bertumbuh cukup tinggi 11,93 persen yoy, menjadikan sektor tersebut sebagai sumber pertumbuhan kredit terbesar pada periode ini.

Pertumbuhan dari sektor tersebut berasal dari peningkatan subsektor pengolahan minyak goreng, yang bertumbuh signifikan sebesar 22,50 persen yoy.

“Peningkatan ini didorong oleh permintaan domestik yang kuat, perbaikan kondisi pandemi, serta penerapan program hilirisasi industri kelapa sawit nasional, termasuk program B35 dan B40 yang dijalankan pemerintah,” tegas Muttaqien.

Ia menjelaskan penyaluran kredit didominasi oleh kredit produktif, yang mencapai Rp186,06 triliun atau 69,76 persen dari total kredit, dengan pertumbuhan sebesar 5,06 persen yoy.

Kredit Modal Kerja

Peningkatan ini menunjukkan pemulihan setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif pada tahun lalu. Peningkatan kredit produktif didorong oleh kredit Modal Kerja dengan porsi 44,49 persen, yang bertumbuh sebesar 7,85 persen yoy, sementara kredit Investasi memiliki porsi 25,27 persen dengan pertumbuhan 0,48 persen yoy.

Diketahui Pemerintah berencana meningkatkan persentase pencampuran Bahan Bakar Nabati (BBN) ke dalam Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis minyak solar dari 30 persen biodiesel (B30) menjadi 35 persen (B35) mulai tanggal 1 Februari 2023.

Persentase pencampuran ini nantinya akan ditingkatkan menjadi 40 persen (B40). Selain mendukung kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional, rencana implementasi B35 dan B40 juga diharapkan dapat memberi pengaruh positif pada ekonomi domestik. (wie)

 

#############

Belum:

Likuiditas Perbankan Sumut Terjaga

Muttaqien menyebut sektor perbankan Sumatera Utara menunjukkan ketahanan dengan peningkatan modal dan ketahanan likuiditas hingga Mei 2024.

Pertumbuhan kredit yang kembali pulih dan semakin solid tercatat sebesar 7,26 persen yoy, menandai peningkatan signifikan dibandingkan pertumbuhan negatif 2,40 persen yoy pada tahun sebelumnya.

Baca Juga :  Sebagai Motor Utama Penggerak Perekonomian Sumut, Pj Gubernur Berharap Penataan Sawit Semakin Baik

“Hal ini mencerminkan kekuatan dan pertumbuhan ekonomi daerah yang terus berlanjut,” ujarnya.

Upaya untuk memperluas akses keuangan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus berlanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Per Mei 2024, penyaluran kredit kepada UMKM di Sumatera Utara mencapai Rp79,72 triliun dengan pertumbuhan sebesar 9,06 persen yoy. Penyaluran kredit UMKM didominasi oleh sektor Perdagangan dengan pangsa 45,41 persen diikuti dengan Pertanian dengan pangsa 26,08 persen yang terdiri dari perkebunan sawit dan pertanian padi.

Pertumbuhan kredit UMKM yang cukup signifikan didorong oleh pertumbuhan kredit segmen usaha mikro yang memiliki share outstanding terhadap kredit UMKM total sebesar 50,51 persen, diikuti oleh segmen kecil 28,02 persen dan menengah 21,47 persen.

“Pola penyaluran kredit mikro mulai mendominasi dibandingkan segmen kredit lainnya sejak akhir 2021, yang sebelumnya didominasi oleh kredit menengah,” jelasnya.

Pergeseran segmen kredit UMKM ini dipengaruhi oleh munculnya beragam jenis usaha perorangan dalam era new normal sehingga kredit yang disalurkan kepada kelompok mikro lebih besar dibandingkan kelompok lainnya.

“Penyaluran kredit konsumtif yang semakin meningkat turut mendorong pemulihan pertumbuhan kredit provinsi secara keseluruhan,” sebut Muttaqien.

Kredit konsumtif secara stabil mengalami pertumbuhan selama setahun terakhir dan pada Mei 2024 mencapai Rp80,66 triliun atau bertumbuh 12,71 persen yoy. Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan kepercayaan konsumen dan akses yang lebih baik ke layanan keuangan.

Pertumbuhan konsumtif utamanya ditopang oleh kredit rumah tangga lainnya dan multiguna yang bertumbuh 12,67 persen yoy, kredit kepemilikan rumah tinggal (KPR) yang mencapai 10,60 persen yoy, dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang mencapai 17,43 persen yoy.

Peningkatan kredit konsumtif turut didorong dengan peningkatan konsumsi pada bulan Ramadan dan peningkatan daya beli masyarakat yang tercermin dari kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 3,67 persen pada tahun 2024.

Kualitas kredit perbankan tetap terjaga pada tingkat yang aman, dengan rasio non performing loan (NPL) net sebesar 1,01 persen (Desember 2023: 0,73 persen) dan NPL gross sebesar 2,05 persen (Desember 2023: 1,81 persen).

Baca Juga :  Pengamat Ekonomi Sumut DR Supriadi : Kabir Bedi Sosok yang Tepat Pimpin Tirtanadi Kembali

Sementara itu, loan at risk (LaR) atau kredit yang berisiko juga berhasil mengalami perbaikan hingga mencapai 7,39 persen (Desember 2023: 7,61 persen), dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah kredit restrukturisasi.

##########

Sempat Stagnan, DPK Perbankan Sumut Kembali Naik Capai Rp317,37 Triliun

MEDAN (Berita): Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sempat stagnan selama 2023 mulai menunjukkan peningkatan. Hingga Mei 2024, total DPK yang dihimpun mencapai Rp317,37 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 5,62 persen yoy.

“Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan simpanan Giro sebesar 13,88 persen yoy dan Deposito sebesar 5,94 persen yoy,” kata Khoirul Muttaqien, Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara Kamis (18/7/2024).

Secara struktur, porsi jenis simpanan terbanyak terdapat dalam bentuk tabungan (43,71 persen), diikuti dengan deposito (39,26 persen), lalu giro (17,03 persen).

“Ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan dengan pusat operasi di Sumatera Utara pada Mei 2024 menunjukkan tingkat likuiditas yang terjaga,” ungkapnya.

Rasio antara Alat Likuid dan Deposito Non-Core (AL/NCD) serta Alat Likuid dan Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat masing-masing sebesar 97,56 persen dan 20,21 persen, masih dalam level yang aman melampaui ambang batas yang kesehatan bank sebesar 50 persen dan 10 persen.

“Hal ini menandakan tingkat kesiapan yang sangat baik untuk mengatasi kebutuhan transaksi masyarakat di Sumatera Utara,” ungkapnya.

Ketahanan modal juga tetap solid, terlihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang semakin kuat menjadi 29,87 persen (Desember 2023: 28,22 persen).

Menurutnya, situasi ini mengindikasikan bahwa jumlah modal perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial.

“Ke depan, OJK dan industri perbankan akan terus memantau risiko pasar dan dampaknya pada risiko likuiditas terkait sentimen suku bunga global yang masih tetap tinggi,” kata Muttaqien. (wie)

-->