Rayakan Pentakosta dan HUT 100 Tahun KWI, 80 Anak Terima Komuni Pertama di Gereja Katolik Parapat

sentralberita | Parapat ~ Perayaan Hari Pentakosta dan 100 Tahun Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), sebanyak 80 orang anak anak Katolik dari Gereja Katolik Paroki St Fidelis Sigmaringen Parapat menerima Komuni Pertama pada Minggu (19/5/2024) pagi.

Ibadah perayaan komuni atau sambut pertama anak katolik dalam perayaan ekaristi di awali dengan pembacaan injil oleh RP. Fransiskus Manullang OFM.Cap dengan mengutip ayat Alkitab dari Yohanes tentang perayaan hari Pentakosta atau hari tercurahnya Roh kudus bagi orang yang percaya.

“Secara literer kata “Pentakosta” artinya adalah “kelimapuluh”, adalah pesta yang dirayakan oleh orang Yahudi pada hari ke-50 setelah Pesta Paskah Yahudi dan pesta yang dirayakan orang Kristen pada hari ke-50 setelah hari raya kebangkitan Kristus,” ungkap Pastor Frans.

Pentakosta Yahudi awalnya adalah pesta syukur atas hasil panen dan dipersembahkan buah pertama kepada Allah sebagai ucapan syukur, kemudian orang Yahudi mengikutsertakan kenangan atas Perjanjian Allah dengan Nuh yang terjadi pada hari ke-50 setelah peristiwa Air Bah. Belakangan ditambahkan juga kenangan atas Perjanjian Allah dengan Musa di gunung Sinai yang terjadi pada hari ke-50 setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir (eksodus).

Sedangkan Pentakosta Kristen adalah pesta syukur atas pemenuhan janji Kristus yang bangkit kepada para murid, yakni turunnya Roh Penolong (Parakletos) yang akan menyertai, menghibur, dan mengajari mereka akan kebenaran.

“Dengan demikian, turunnya Roh Kudus bisa dianggap sebagai kiriman perdana dari Tuhan yang telah naik ke Surga. Sehingga Hari Raya Pentakosta adalah saat kelahiran Gereja sebagai buah perdana karya Roh Kudus di dunia ini,” tambah Pastor Paroki.

Baca Juga :  Peresmian Gereja Katolik Santo Andreas Rasul Sigaol-Gaol: Kebahagiaan dan Semangat Umat di Tepi Danau Toba

Hari Pentakosta adalah saat di mana Roh Kudus membimbing dunia dan manusia memasuki zaman terakhir, yakni zaman Gereja.

“Tujuan dan misi Roh Kudus, seperti dinyanyikan dalam Mazmur tanggapan, adalah mengubah dan membaharui seluruh muka bumi. Pembaruan dan transformasi inilah juga tugas Gereja yang sedang berziarah di dunia ini,” lanjut Pastor.

Selain itu, di uraikan Pastor Fransiskus Manullang bahwa momen hari minggu ini juga merupakan perayaan hari berdirinya Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI).

Paus Fransiskus mengundang para Uskup untuk mengadakan Sinode Para Uskup 2021-2024. Untuk persiapan sinode ini, untuk mendengarkan dan melibatkan seluruh Umat Allah – teristimewa yang “dipinggirkan” atau “meminggirkan diri”.

“Setiap orang harus didengarkan dengan hati, dan kepada setiap orang harus diberikan kesempatan, dan diusahakan supaya membuat suaranya didengarkan. Sebab dengan cara inilah dapat dipahami bagaimana dan ke mana Roh Kudus ingin memimpin Gereja, dan dengan cara ini pula diwujudkan pertobatan pastoral Gereja yang sebenarnya,” ujarnya.

Sinode Para Uskup masih sedang berlangsung, baik dalam Gereja Universal maupun dalam Gereja Lokal. Untuk tingkat Gereja Universal, sinode sedang dalam “tahap kedua”.

Apakah kita masih ikut berjalan bersama, atau kita sudah berhenti di “perhentian” sebelumnya?

Untuk Keuskupan Agung Medan, kita sedang melaksanakan Fokus Pastoral tentang Partisipasi. Apakah kita ikut berpartisipasi atau tidak? Sejauh mana keikutsertaan kita dalam proses pewujudan Gereja Partisipatif tersebut? Gereja KAM telah berusaha mendengarkan Umatnya.

Apakah kita berusaha supaya suara kita didengar? Sintesis dari “proses mendengar” ini telah diedarkan. Apakah kita membacanya dan berusaha untuk mewujudkan harapan-harapan yang tertulis di sana sehingga Gereja kita semakin sinodal?

Baca Juga :  Sat Lantas Polres Tanjung Balai Urai Arus Lalu Lintas Kendaraan di Jalan Depan Gereja

Menurut jargon abadi umat Katolik Indonesia, yang diungkapkan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ, Yaitu 100% Katolik, 100% Indonesia.

“Kita tidak boleh memisahkan dan menimbulkan ketegangan, tetapi harus terus menjaga keharmonisan dan keseimbangan status kita sebagai warga Gereja dan warga negara Republik Indonesia,” Katanya.

Untuk mewujudkan keharmonian status ini, beribu tahun yang lalu Yesus telah memberikan norma abadi, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Oleh karena itu, kriteria untuk menilai apakah kita adalah warga Gereja dan warga negara yang baik tergantung pada keharmonian status dan pewujudan norma abadi yang disebutkan di atas.

Dengan cara inilah Allah membimbing kita melalui Roh-Nya untuk berjalan bersama membangun Gereja dan Negara.

Selanjutnya, penekanan makna Komuni disampaikan Pastor Fransiskus kepada 80 anak anak penerima komuni pertama yang didampingi para orang tua. Komuni merupakan ajaran Tuhan Yesus Kristus bagi umat Gereja Katolik, dimana anak yang telah dibaptis secara Katolik pertama kalinya menerima hosti saat sakramen Ekaristi dalam bentuk rupa anggur dan roti yang melambangkan Darah dan Tubuh Yesus Kristus.

“Melalui Komuni, Yesus Kristus menjelma merendahkan diri dan hadir di altar agar umatnya bisa menerima dan masuk ke dalam tubuh semua orang yang percaya dan hadir dalam perayaan ekaristi,” kata Pastor.

Mengakhiri perayaan Ekaristi saat sambut komuni pertama, anak anak bersama orang tua melakukan foto bersama dengan Pastor.(01/red)

-->