Ustad Dr. H. Sori Monang, M.Th di UISU:  Era Digital Ancam Keyakinan Tauhid

sentralberita | Medan ~ Ustad, Dr. H. Sori Monang, M.Th berpendapat, era digital society 5.0 bukan hanya berdampak positif bagi umat Islam tetapi juga tidak sedikit munculnya dampak negative yakni adanya penyimpangan keyakinan, perpecahan komunitas, serta kerusakan akhlak. Karena itu setiap umat Islam harus memperkokoh ketauhidannya.
Dr. H. Sori Monang mengemukakan itu di hadapan para dosen, pegawai, serta pengurus Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara. Hadir juga Wakil Rektor I Prof. Dr. Marzuki,SH, para dekan se UISU, Sabtu (21/10) di Masjid kampus Jalan SM Raja Medan.
Pada kesempatan itu dijelaskan, istilah tauhid itu sendiri berasal dari bahasa Arab. Artinya mengesakan Allah. Umat Islam harus mempunyai keyakinan yang jelas yakni mengakui keesaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, meminta pertolongan, dan mengakui sebagai Tuhan menciptakan alam semesta ini.
“Bila kita mengakui akan Allah sebagai tuhan, tetapi kita juga mengakui kekuatan lain untuk disembah, atau meminta pertolongan selain Allah maka dapat dikatakan telah terjadi penyimpangan ketaudidan kita. Allah Swt dalam firman : Sembahlah Allah dan janganlah kamu kamu mempersektukan sesuatu apapun,” ucap mantan WD 1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sumatera Utara ini.
Menurut Sori Monang, pada era sociaty ini telah banyak yang bertuhan kepada teknologi digital. Ini sebagai bentuk penyimpangan tauhid.
Dijelaskannya, ciri-ciri era society 5.0 menempatkan manusia sebagai pusat inovasi dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup dan memenuhi tanggungjawab social.
Manusia berusaha memecahkan masalah social dengan dengan menggabungkan ruang fisik dan vitual, kata Sori Monang.
Menurut Sori Monang, konsep tauhid yang mengemukakan keyakinan akan keesaanAllah, memainkan peran penting dalam menghadapi era digital yang terus berkembang. Dalam dunia yang semakin terhubung dan berdampak teknologi ini, tauhid memberikan landasan etis dan spiritual yag kuat.
Pemahaman akan keesaan Allah membimbing individu dan berinteraksi dengan media social dan teknologi secara bijak, mengingat bahwa Tuhan selalu hadir dan akhirnya mendorong pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai etika dan moral dalam konteks digital, ujarnya alumni Aligarh, India ini.

Baca Juga :  Kapolrestabes Medan KBP Gidion Arif Setyawan  Kunjungan Silaturahmi ke NU dan Muhammadiyah

Dikatakan, kiat-kiat untuk menjaga kemurnian tauhid tidak lin harus memahami ajaran tauhid dengan mendalam dan memperoleh ilmu pengetahuan yang benar. Berpikir kritis dalam bermedia social, memilih konten yang mendukung niai-nilai tauhid, dan membangun komunitas online yang mempromosikan tauhid yang murni.

 

 

 

 

 

 

-->