Operasional TPL Terjadi Banjir di Kota Prapat, Tidak Benar, Ini Penjelasannya

Direktur TPL, Jandres Halomoan Silalahi pada Silaturahmi berbuka bersama PT TPL dan insan media sekaligus bersama anak-anak yatim , Rabu, 20 April 2022. (F0t-Husni)

sentralberita| Medan~Di awal Ketika menerima izin pemenerimaan pengelolaan hutan tanaman industri tahun 1992, luas operasi TPL269.60 hektar.Terjadi beberapa kali perubahan, sehingga berdasarkan Surat Keputusan (SK) terakhir tahun 2020 lalu SK 307, luas areal menjadi 167.912 hektar dengan pembagian, PT TPL harus menjaga kesinambangan operasional dan 42.522 hekter diperuntukkan kawasan lindung melindungi sebagian tanaman hutan industri diserahkan untuk dioperasikan.

Kemudian, luas 70.78.000 hektar merupakan tanaman pokok yang diperbolehkan untuk menanan eucalyptus. PT.TPL satu-satunya perusahaan yang memproduksi bubur ketas pulp dengan tanaman baku eucalyptus. Kemudia seluas 55.315.000 hekter diperuntukkan sebagai tanaman kehidupan yang dimitrakan kepada masyarakat.

Hal ini disampaikan Direktur TPL, Jandres Halomoan Silalahi dalam sambutannya pada Silaturahmi kegiatan berbuka bersama PT TPL dan insan media sekaligus bersama anak-anak yatim piatu, Rabu, 20 April 2022.

Turut hadir Manager Corporate Communication, Norma Hutajulu, Ketua PWI Sumut, Farianda Putra Sinik, dan para senior jurnalis di Kota Medan, Sumatera Utara, selanjtnya, Jandres Halomoan Silalahi menyampaikan,ingga saat ini sudah selama 30 tahun PT.TPL beroperasi, namun masih mengoperasikan 49 ribu hektar dan dari 167 ribu hekter.

Dari luas itu,kata Silalahi, Sekitar 3.100 hektar lahandikelola bersama masyarakat ditanami Eucalyptus dengan sistem bagi hasil.

“Jika ada isu kita merusak lingkungan,merusak hutan, faktanya di lapangan selama 30 tahun beropreasi hanya mengerjakan 49 ribu hektar,”ungkapnya.

Artinya, PT TPL benar-benar konsen terhadap sitem yang dimiiliki operasional hutannya, jati tak semata melakukan pemanen saja, tapi memanen dan menanam, memanen dan menanam.

Baca Juga :  Dukung Keselamatan Penyelenggaraan F1 Powerboat Di Danau Toba, Basarnas Apresiasi Pertamina

Selama 30 tahun, apakah PT TPL tidak bisa mengoperasikan luasan 167 ribu, sangat mampu tetapi kenapa hanya 49 ribu, itu dikarenakan untuk menjaga areal-areal sebagai kawasan lindung-tanaman-tanaman yang harus dilindungi, kemudian lawasan-kawasan yang telah di diokupasi masyarakat sangat dilindungi.

Operasional TPL di luasan 167 ribu itu terdiri dari 5 manajemen unit atau 5 sektor, yakni di Kabpaten Simalungun, Toba, Taput, Humbahas, Samosir dan Dairi-Pakpak Bharat dan juga Tapsel.

Sekarang memasuki rotasi ke 6, jadi kalau 6 dikali 1 rotasi 5 tahun perawatan sejak tanam sampai pemanenan. maka 5×6 = 30 tahun” ujarnya.

Dijelaskan, di dalam pengelolaan lingkungannya, PT. TPL tetap menggunakan tata kelola yang diperuntukkan masing-masing di kegiatan operasinal dengan tetap konsen terhadap konservasi, kawasan lindung bagi flora dan fauna, demikian juga menjaga bagaimana tidak menimbulkan erosi.

“Kalau di Tahun 2020-2021, ada disampaikan akibat operasional TPL terjadi banjir. contohnya di Kota Prapat, itu sama sekali tidak benar, karena lokasi Prapat itu di ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, sedangan di atasnya sebagai tebing tertinggi 1.600 meter di atas permukaan laut dan wilayah konsesi TPL kalu diambil flat 5,1 meter dari lokasi kejadian. Ketitinggian dikonsesi itu di angka 1.300 meter di atas permukaan laut.

Jadi kalu seandainya kita tidak menjaga operasinal kita dengan baik, maka seharusnya akibat dari operasional di Kabupaten Simalungun yang harus adalah daerah Tanah Jawa dan Perdagangan.

Baca Juga :  Pelanggaran Anggota Polda Sumut Turun Signifikan di 2024, Disiplin Meningkat

Dengan demkian, tidak benar kita merusak ke kota Prapat, karena topokografinya sudah melawan ke angka 1.600 kemudian turun 1000 meter di atas permukaan laut kota Prapat.

Operasil TPL sejak tahun 2017 lalu, kata Jandres Halomoan Silalahi, selalu konsen terhadap peremajaan pabrik sampai tahun 2019, tujuannya bagaimana PT TPL benar-benar konsen terhadap lingkungan, sehingga perusahaan TPL benar-benar bersahabat dengan lingkungan sekitarnya.

Dulunya, TPL dianggap perusahaan terbau, sekarang sudah tidak ada lagi bauk. Akan tetapi, kalau perusahaan sedang proses perbaikan, mesinnya mati ibarat mobil Diesel ketika sekali baru start uap solarnya terasa sekali. Kemudian ada pengupan warna hitam dari knalpot.

Demikian juga pabrik dan operasinal pabrik TPL tidak bisa distel seperti mobil, kalau kecepatannya hari ini 20 Km per jam kemudian 1 jam bisa operasionalkan 120 km per jam, kalau pabrik tidak bisa seperti itu.

Direktur TPL Jandres Silalahi menerima piagam penghargaan dari Ketua PWI Sumut, Farianda Putra Sinik. Sekaligus juga TPL menyerahkan santunan kepada belasan anak yatim piatu.

“Penghargaan ini sebagai bentuk apresiasi PWI Sumut kepada TPL yang telah berkontribusi banyak bagi masyarakat dan juga insan media,” ungkap Farianda.

Bukti kontribusi nyata TPL dalam momen Ramadan ini adalah dengan mengajak para anak yatim piatu ikutserta berbuka bersama dengan para awak media.

“Ini patut kita apresiasikan. Dan keberadaan corporasi TPL harus tetap kita suport. Jadikan momen Ramadhan untuk selalu melakukan kebaikan kepada sesama,” ucap Farianda.(SB/01)

-->