BBM Langka, Pasokan Ikan di Kota Medan Terganggu

Ilustrasi

sentralberita | Medan ~ Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) khususnya solar selama beberapa hari terakhir di Sumatera Utara (Sumut) berdampak terhadap pasokan ikan di sejumlah pasar tradisional.

Kondisi disebabkan nelayan gagal melaut karena tidak mendapatkan biosolar. 
Dari informasi yang dihimpun, pasokan ikan laut di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan banyak berasal Belawan, Batubara, Tanjungbalai, Serdangbedagai, dan Asahan.

Di kawasan tersebut, nelayan diketahui kesulitan mendapatkan pasokan solar hingga batal melaut untuk mencari ikan. 

Minimnya pasokan ikan terpantau di Pasar Tradisional Simpang Limun, Medan, Kecamatan Medan Kota. Dari penuturan pedagang ikan, kondisi tersebut sudah berlangsung selama sepakan terakhir. 

“Udah seminggu ini,” kata salah satu pedagang ikan, Jonter Simanjutak, dikutip Minggu (17/10).

Ridwan menyebut meski suplai sedikit terganggu kendati untuk harga ikan sendiri di Pasar Tradisional Simpang Limun masih terbilang stabil.

Baca Juga :  Polres Tanjung Balai Melaksanakan Upacara Kehormatan dan Renungan Suci Pada Peringatan HUT Ke - 79

“Tidak terjadi kenaikan tidak juga anjlok. Stabil aja, tapi suplainya aja sejak minggu ini agak minim,” ujarnya.

Sebelumnya, ratusan nelayan di Desa Silo Baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, melakukan aksi mengibarkan bendera putih setelah gagal melaut. Mereka gagal melaut setelah bahan bakar solar langka. 
 
“Kami sudah merasa jenuh karena kelangkaan BBM ini. Banyak dari kami yang terpaksa libur melaut karena BBM langka. Makanya kami mengibarkan bendera putih ini. Kami ingin sampaikan bahwa kami jemu dengan keadaan ini,” ujar Awalludin Samosir.

Awal bersama nelayan lainnya berharap, situasi kelangkaam BBM ini kembali normal. Sehingga mereka mudah mendapatkan BBM untuk melaut. 

Baca Juga :  Bobby Nasution Hadiri Silaturahmi Forkopimda se-Sumut

“Kalau BBM ini tidak susah, kami bisa melaut seperti biasa dan pulang hari. Tapi saat ini kami kesulitan mendapatkan BBM. Kadang dua hari baru ada,” ucapnya. 

Kalau pun BBM tersedia, nelayan harus mengeluar biaya yang lebih besa karena harganya naik. Hal tersebut karena pembelian dengan jerigen di SPBU dibatasi oleh Pertamina. 

“Terlalu mahal harganya, dikarenakan mereka itu along-along itu cukup sulit disana. Ada pengawalan, ada hal lain. Sehingga kesulitan mereka mendapatkan minyak itu. Jarak SPBU dari sini jauh, sekitar 20 km. Jadi kami selalu beli minyak dari along-along. Sementara mereka terkendala mendapatkan minyak karena razia,” ucapnya.(in)

-->