Geger Pusara Pasien Corona di Asahan Dibiarkan Terbuka

sentralberita | Asahan ~ Geger video viral petugas meninggalkan lokasi pemakaman jenazah COVID yang belum ditutup. Kepala Desa menjelaskan duduk perkaranya.

Kejadian ini bermula dari video viral yang menunjukkan sejumlah orang dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) di pemakaman. Pengunggah menyertakan narasi soal makam pasien COVID-19 yang belum ditutup tanah namun petugas meninggalkan lokasi pemakaman.

Dalam video itu tampak beberapa orang menggunakan APD meratap di pemakaman dengan kondisi lubang makam yang belum ditutup. Salah seorang di antaranya terlihat sedang memasukkan tanah dengan cangkul ke dalam lubang.

“Keluarga dibiarkan menutup sendiri kuburan orang tuanya. Pihak Gugus Tugas meninggalkan keluarga. Inilah keluarga, tidak ada sama sekali petugas,” kata perekam dalam video itu, seperti dilihat Kamis (5/8/2021).

Disebutkan peristiwa itu terjadi pada Senin (2/8) di Desa Serdang, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan.

“Tolong bantu disebarluaskan teman-teman. Ini video pemakaman ibu saya yang kata pihak rumah sakit terpapar COVID-19. Yang di mana pihak pemerintah dan petugas gugus COVID-19 seolah tidak mempedulikan jenazah ibu saya, mulai dari rumah hingga ke tempat pemakaman. Sesampainya di tempat pemakaman, petugas dan pihak Gugus Tugas langsung pulang tanpa menutup liang kubur. Yang di mana hal tersebut salah dalam peraturan Kemenkes RI terbaru dalam tata cara penguburan jenazah COVID,” tulis pemilik akun dalam postingannya.

Baca Juga :  Polda Sumut Siapkan Skema Pengamanan Zona Jelang Debat Ke 3 Cagubsu

Romasta, wanita dalam video itu membenarkan soal makam yang belum ditutup. Orang tua Romasta juga salah satu yang makamnya tidak ditutup.

Romasta mengatakan ibunya sempat dinyatakan COVID-19 dan menjalani isolasi mandiri, lalu meninggal dunia.

“Orang tua kami meninggal terkonfirmasi COVID, tapi tidak ada penanganan dari desa. Kami ingin bertanya kalau ini ada orang meninggal COVID di rumah penanganannya seperti apa, apakah dibiarkan begitu,” ujarnya.

Kepala Desa Serdang, Guntur Gunawan, membeberkan duduk perkaranya. Dia membantah jika disebut tidak ada petugas mendampingi pemakaman.

Gunawan mengatakan dirinya secara sukarela menjadi relawan pemulasaran jenazah COVID-19 tersebut. Dia menyebut proses pemulasaran jenazah turut dibantu petugas dari Puskesmas.

“Kalau tidak didampingi, itu tidak benar. Justru saya yang membantu melakukan pemulasaran almarhumah saat meninggal di rumah, bersama satu orang petugas dari Puskesmas dan beberapa orang keluarga,” kata dia.

Gunawan menyebut Satgas COVID-19 Asahan memiliki kebijakan jika ada warga meninggal karena COVID-19 selain di rumah sakit, maka proses pengurusan jenazah diserahkan kepada keluarga.

Baca Juga :  Darwin Nainggolan Resmi Pimpin SMSI Taput

Dia menyebut pihak Puskesmas atau pemerintahan desa hanya mendampingi dan memfasilitasi alat pelindung diri (APD).

“Jadi sudah kita jelaskan itu keluarga tidak terima. Anak-anaknya tidak berani mengurus jenazah orang tuanya karena sebagian dari mereka sudah ada yang positif. Jadi, sebagai kepala desa, tentu saya merasa ada tanggung jawab, maka saya berinisiatif memasangkan baju, meskipun saya seorang muslim, saya laki-laki, sudah saya tanya ke keluarga mereka mempersilakan. Akhirnya saya anggap itu sebagai orang tua, ibu saya sendiri,” kata Gunawan.

Setelah dipersilakan dia pun bergegas mengenakan APD dan mengurus jenazah. Dia juga mengatakan dirinya ikut mengantar ke pemakaman.

“Proses itu saya lakukan. Saya pasangkan bajunya, dimasukkan ke peti, diantarkan ke kuburan. Setelah saya ikut masukkan jenazah ke kuburan. Namun pada jam yang sama, saya ada acara di kabupaten yang tidak mungkin saya tidak hadir. Saya tinggalkan itu dalam kondisi belum ditutup karena masih ada acara ritual keagamaan. Mungkin di situlah keluarga merasa kecewa,” kata dia.(dtc)

-->