Pertumbuhan Perbankan Syariah Sumut Tinggi
sentralberita | Medan ~ Di tengah pandemi saat ini, sektor perbankan Syariah di Sumatera Utara tetap mampu tumbuh cukup tinggi.
"Perbankan Syariah Sumatera Utara tumbuh double digit di tengah pandemi. Kontribusi semua sektor, termasuk ekonomi dan keuangan Syariah sangat diperlukan dalam percepatan pemulihan ekonomi secara nasional maupun Sumatera Utara secara khusus," kata Andi Muhammad Yusuf,
Deputi Direktur Manajemen Strategis, Edukasi dan Perlindungan Konsumen, dan Kemitraan Pemerintahan Daerah Kantor OJK Regional
5 Sumatera Bagian Utara dalam acara Press Conference Bank Syariah Indonesia (BSI) Senin (7/6/2021) di Hotel JW Marriot Medan.
Pertemuan itu membahas Migrasi Rekening nasabah BNI Syariah dan BRI Syariah jadi satu operasional ke BSI yang baru terbentuk pada 1 Pebruari 2021. Sedangkan nasabah Bank Syariah Mandiri (BSM) tidak perlu migrasi karena BSI menggunakan sistem BSM. Disana hadir Wisnu Sunandar, Regional CEO Region 2 Medan Bank Syariah Indonesia (BSI).
Andi mengatakan BSI bisa tumbuh menjadi katalisator dan lead industri perbankan syariah di Indonesia.
Per April 2021, jelas Andi, aset perbankan Syariah yang terdiri dari 8 Bank Umum Syariah dan 8 Unit Usaha Syariah mencapai Rp17,12 triliun dengan pertumbuhan 13,69 persen secara year on year (y-o-y). Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan yang Disalurkan (PYD) juga mencatatkan pertumbuhan y-o-y positif double digit yang melebihi pertumbuhan
perbankan syariah nasional.
DPK tercatat tumbuh 14,92 persen (nasional 14,16 persen) menjadi Rp16,48 triliun dan PYD tumbuh 10,77 persen (nasional 7,85 persen) menjadi Rp13,28 triliun. Sementara itu, jumlah rekening DPK mencapai 1.545.645 dan
rekening PYD mencapai 292.052.
“Jumlah rekening DPK dan PYD mengalami peningkatan yang stabil selama 4 tahun terakhir,” kata Andi.
Market share aset syariah mencapai sebesar 5,98 persen dari total aset bank umum di Sumatera Utara, sementara share DPK sebesar 6,13 persen dan PYD sebesar 6,15 persen. Berbeda dengan aset dan DPK, market share PYD justru menunjukkan peningkatan dibanding Desember 2020 yang tercatat sebesar 5,92 persen dan stabil meningkat selama 4 tahun terakhir.
“Fungsi intermediasi perbankan syariah juga menunjukkan peningkatan,” ungkap Andi.
Hal itu tercermin dari financing to deposit ratio (FDR) yang meningkat dari 77,90 persen pada Desember 2020 menjadi 80,60 persen pada April 2021. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) tercatat sebesar sebesar 80,01 persen di April 2021, membaik dibanding Desember 2020 sebesar 95,69 persen.
“Hal ini menunjukkan bahwa kinerja operasional perbankan umum Syariah semakin efisien,” jelasnya.
Dia menambahkan pertumbuhan konsisten perbankan syariah di Sumatera Utara baik dari sisi aset, DPK, dan PYD sejalan dengan visi dalam Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia yaitu Mewujudkan perbankan syariah yang resilient, berdaya saing tinggi dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan pembangunan sosial.
Regional CEO Region 2 Medan Bank Syariah Indonesia (BSI) Wisnu Sunandar menyebut setelah BSI berdiri pada 1 Pebruari 2021 yang merupakan merger Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah (BNIS) dan BRI Syariah (BRIS) maka secara bertahap dilakukan penyatuan sistem operasional yang ditargetkan selesai 31 Oktober 2021 untuk Region 2 Medan (Sumut, Riau Dan Kepri).
“Pada 1 Nopember 2021 diharapkan sistem operasional secara keseluruhan sudah selesai yaitu menjadi sistem Bank Syariah Indonesia,” tegas Wisnu.
Penyatuan sistem layanan di Wilayah Sumatera Utara, Riau Dan Kepri mulai 14 Juni 2021 sampai 30 Juni 2021. Penyatuan layanan tersebut meliputi migrasi rekening nasabah, kartu ATM hingga mobile dan internet banking. "Dalam migrasi ini dijamin 100 persen uang nasabah aman," tegasnya. (wie/red)