Petani Tapsel Berjuang

Oleh : Suheri Harahap|sentralberita~Tapanuli Selatan sebagai daerah agraris, mayoritas penduduk adalah petani, tentu harus terus berbenah ditengah perubahan zaman akibat kemajuan teknologi.

Sejak zaman pra sejarah berbagai suku bangsa di Nusantara menghormati roh alam dan kekuatan bumi khususnya marga Harahap keturunan Ompu Sarudak penerus leluhur marga Harahap yang hidup zaman ber zaman.

Jejak sejarah menelusuri/melanjutkan warisan yang ada di tanah (tano hatubuan), telah terjadi pergeseran arus globalisasi/modernisasi/industrialisasi negara-negara maju kepada negara dunia ketiga Indonesia sampai ke Tapsel yang mengubah arti dan manfaat tanah dengan sistem pertanian tradisional ke pertanian modern, terutama ancaman masuknya pemodal besar (perusahaan pemilik kapital) mengambil lahan masyarakat adat.

Petani sebagai anak kandung ibu pertiwi kini mulai berbenah diri Bapak Presiden Jokowi menyebut ‘tidak ada anak tiri semua anak kandung, artinya sebagai anak bangsa yang hidup di era digital/teknologi informasi/kebangkitan revolusi 4.0.

Tentu akan berbeda dengan zaman dimana belum ada teknologi hidup bersama alam, (natural), “kelolalah alam ini dengan baik supaya anak cucu kita bisa menikmati’.

Terjadi pergeseran pola hidup dan prilaku manusia dalam memanfaatkan alam (tanah). Dalam beberapa kasus tanah ulayat yang dalam istilah Batak Angkola ulos na sora ni buruk (boru tulang) sudah ditinggalkan/bahkan kurang diakui dan saat ini sering menghadapi konflik dengan perusahaan. Butuh energi baru pemberdayaan masyarakat adat di Tapsel yang bisa beradaptasi dgn birokrasi pemerintahan.

Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan sejak masa Bapsk Syahrul M. Pasaribu, tetap melakukan integrasi dan sinergi pola pembangunan antara tetap membuka ruang bagi investor dalam penggunaan lahan tanah adat untuk pembukaan lapangan kerja/mengatasi kemiskinan dan pengangguran, akan tetapi juga memperkuat masyarakat adat baik secara organisasi, memberikan bantuan, melibatkan dalam aktifitas pemerintahan bahkan mendorong eksistensi di bumi dalihan na tolu. Lembaga adat bermitrat dengan pemerintah Tapsel.

Baca Juga :  Kepala Dinas Kominfo Sumut Lantik Dua Orang PPPK

Terkait kehidupan masyarakat adat yang sehari-hari adalah petani. Sejak dulu padi melimpah berkah ibu pertiwi : “Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati, Air matanya berlinang, mas intannya terkenang. Hutan gunung sawah lautan simpanan kekayaan. Kini ibu pertiwi sedang susah, merintih dan berdoa”.

Pemkab Tapsel dibawah kepemimpinan Dolly Putra Parlindungan Pasaribu terus berbenah melanjutkan apa yang telah dibuat oleh Pak Syahrul ‘beliau mengajak masyarakat Tapsel untuk lebih giat brrcocok tanam berbagai budidaya dengan pemanfaatan lahan/pekarangan yang ada dengan menanam sayur, buah-buahan untuk menutupi kebutuhan sendiri dan keluarga bahkan mendorong anak muda, sarjana untuk menggeluti pertanian berwirausaha (enterprenuer) yang aktif di desa dan menggerakkan petani, sarjana penggerak desa, melibatkan pemuda (naposo/nauli bulung pagar ni huta).

Berbagai program pemerintah dalam pengawasan anggaran oleh legislatif Tapsel, pengawalan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dalam pencapaian swadembada pangan yang berkelanjutan berbasis potensi wilayah dan upaya khusus peningkatan produksi komoditas strategis serta mendukung program nasional, terlihat adanya kemajuan Tapsel dalam mencapai target produksi padi, jagung kedelai (pajale).

Melalui Dinas Pertanian, tentu dalam RPJM 2021 ini harus kita dorong keterlibatan masyarakat adat, sebab masih banyak kendala dan persoalan yang harus ditata kelola terutama penguatan organisasi kelompok tani di desa (Gapoktan), pola penyaluran pupuk subsidi, penggunaan kompos, kunjungan penyuluh (PPL) tingkat desa dan kecamatan dalam menggiatkan petani, cara mendapatkan permodalan, manajemen usaha dll, termasuk masih ada kelompok tani ‘sesaat/kop surat, stempel”, hadir saat ada bantuan, tak jelas pengurus dan kantor, bahkan bukan petani dan tinggal di desa wilayah Tapsel.

Baca Juga :  Dewan Pers ingatkan Media Netral Beritakan Peliputan Pilkada 2024 di Sumut

Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin dan cara baru dalam bidang pertanian seperti inovasi teknologi sensor dan otomasi terutama tanaman holtikuktura, kita dorong kedepan kelompok tani bidang holtikultura ini tumbuh dan bisa bergerak agar pembentukan kelompok tani ini ikut mendukung ketahanan pangan, kita masih punya lahan-lahan kosong, jangan dikonversi atau dibiarkan begitu saja ‘tanah tak bertuan” apalagi diambil oleh saudara kita pendatang ke Tapsel.

Petani harus dilatih dalam penggunaan layanan informasi berbasis mobile untuk informasi pertanian yang cepat, pertanian berbasis teknologi harus kita optimalkan agar database petani Tapsel terukur. Untuk itu, kami Lembaga Adat Harahap Ompu Sarudak akan ikut serta memberi pencerahan saudara-saudara kami di tiga kecamatan yaitu Angkola Barat, Selatan dan Sangkunur termasuk membentuk kelompok tani, usaha sentra pertanian (Toko Pangan Kita), menyediakan pupuk bagi petani yang selama ini kurang diperhatikan dan belum adanya organisasi yang memberi pelatihan.

Terbukanya akses jalan oleh pemerintah untuk mempermudah jalur pengangkutan hasil-hasil pertanian, dibangunnya irigasi sentra pertanian akan tetapi faktor budaya mengubah sistem pertanian tak produktif, peralihan pekerjaan/meninggalkan lahan.

Munculnya ‘petani penggarap’ yang masuk ke Tapsel menjadi tantangan bagi masa depan petani Tapsel. Mentalitas petani Tapsel dengan kerja keras, belajar keras, jauh dari rentenir ‘ bisa memperkuat menuju pertanian sebagai ujung tombak dan katup pengaman ekonomi.Tapsel Petani Bangkit. Wassalam, horas !!!

-->