Gubsu Puji Bobby soal Isolasi Lingkungan Medan
sentralberita | Medan ~ Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi memuji langkah Wali Kota Medan Bobby Nasution melaksanakan isolasi lingkungan yang tinggi kasus Corona. Dia menilai hal itu menunjukkan kinerja wali kota.
Isolasi dilakukan dua lingkungan di Medan dilakukan karena kasus positif Corona yang dianggap tinggi. Isolasi dilakukan setiap malam hari selama 7 hari sejak Jumat (28/5/2021).
Bobby juga sempat mengecek pos PPKM Mikro di Lingkungan VII, Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor. Dia juga berkoordinasi dengan perangkat pemerintahan setempat mulai dari camat, lurah, hingga kepala lingkungan.
“Kita harus sungguh-sungguh, tegas dan berkoordinasi dengan baik untuk memberikan pengertian kepada masyarakat,” ujar Bobby.
Ada 14 warga dari 6 KK yang menjalani isolasi mandiri di Lingkungan VII, Gedung Johor, tersebut. Pemko Medan bakal memberi bantuan kepada warga yang menjalani isolasi mandiri.
Selain di Medan Johor, lingkungan lain yang diisolasi adalah Lingkungan X, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang. Ada 12 warga positif Corona di wilayah ini. Sembilan warga menjalani isolasi mandiri dan tiga warga lainnya dirawat di RS.
Dipuji Edy
Edy memuji isolasi yang dilakukan karena tingginya kasus virus Corona di dua lingkungan di Medan. Edy menyebut itulah gunanya wali kota.
“Sangat bagus, itulah gunanya Wali Kota dan Bupati bekerja,” ucap Edy dikutip Selasa (1/6).
Hal itu disampaikan Edy usai membuka lagi RS Martha Friska, Medan, sebagai RS rujukan pasien Corona setelah sempat ditutup karena habis kontrak dengan Satgas COVID-19 Sumut. Edy mengatakan isolasi lingkungan di Medan sebagai salah satu cara menangani virus Corona. Meski demikian, dia penanganan virus Corona harus dilakukan semua pihak.
“Secara teknis itu di bawah bupati dan wali kota. Pemprov hanya melihat, itu ada yang kesulitan bupati dan wali kota, pemprov turun di situ. Seperti Deli Serdang, itu sedang kesulitan, Pemprov turun di situ ikut serta bersama-sama men-support kabupaten,” ucapnya.
Edy meminta sosialisasi mematuhi protokol kesehatan ke warga terus dilakukan. Dia kemudian bercerita suasana saat dirinya melihat banyak warga datang takziah tanpa menggunakan masker.
“Saya baru pulang dari tempat orang meninggal, saya takziah di situ, orang tak mau pakai masker, tak mau mengatur jarak, kalau caranya begini apa pun kita siapkan itu nanti tak terpenuhi,” jelasnya.
Isolasi Cuma Malam Hari Dikritik Pakar
Meski dipuji oleh Edy, kebijakan isolasi yang dilakukan hanya pada malam hari dikritik oleh pakar kesehatan masyarakat. Kebijakan itu dikhawatirkan malah membuat warga menganggap Corona hanya rekayasa belaka.
“Yaitu dikategorikan kebijakan semu, yaitu kebijakan yang prematur sehingga dikhawatirkan masyarakat tidak terbangun keseriusan atau ketangguhannya dan juga makin menguatkan pandangan mereka bahwa COVID-19 ini adalah sesuatu yang direkayasa. Ini tidak boleh terjadi, harus benar-benar total di mana kewibawaan dan kepemimpinan kepala daerah dan perangkatnya sedang diuji kembali. Kegiatan seperti ini kan menggunakan anggaran pemerintah yang tentunya menyebabkan dipotongnya anggaran untuk kegiatan lainnya sehingga terkesan terjadi penggunaan anggaran yang tidak efisien,” ujar Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Sumut, Destanul Aulia, PhD.
Dia menilai isolasi yang hanya dilakukan cuma malam hari dan tanpa menutup semua akses masuk ke wilayah isolasi tak akan efektif. Dia meminta kebijakan tersebut dievaluasi.
“Kalau hanya pada waktu tertentu dan pada kelompok tertentu yang dikawal, maka ini tidak menjadi efektif dan terkesan hanya menjadi kebijakan semu,” sebut Aulia.
Alasan Isolasi Hanya Malam Hari
Camat Medan Johor, Zulfakhri Ahmadi, menjelaskan bagaimana pengawasan di lokasi isolasi Lingkungan VII, Kelurahan Gedung Johor. Dia menyebut pemantauan ketat dilakukan malam hari.
Sementara pada siang hari, kepala lingkungan (kepling) ditugaskan memantau orang-orang yang positif virus Corona. Dia menyebut kepling diminta memastikan warga yang positif Corona tidak ke luar rumah.
“Masih tetap kita awasi di mana lokasi tempat tinggal yang terpapar COVID-19 Jadi kita pantau mulai dari jam 19.00 WIB hingga jam 06.00 WIB. Tapi kalau untuk siangnya, keplingnya memantau pastikan bahwa yang terpapar tidak keluar dari rumah. Untuk kebutuhan makanan, semuanya kan dibantu oleh Pemko melalui Dinsos. Obat-obatan dari Puskesmas,” ujar Zulfakhri.
Dia juga menjelaskan alasan pihaknya tidak menutup seluruh akses jalan menuju wilayah yang diisolasi, yakni Gang Eka Mulia, Lingkungan VII. Dia menyebut hal itu tidak dilakukan lantaran ada sejumlah warga yang keberatan.
“Karena begini, makanya evaluasi hari kedua. Hari pertama kan kita tutup (Jalan) Eka Rasmi. Cuma kan banyak yang keberatan, karena sesuai dengan peraturan, yang diisolasi adalah lingkungan. Lingkungan VII itu kan terlalu luas. Beda sama di Jawa. Di Jawa itu satu RW mungkin satu gang. Bisalah di isolasi penuh,” sebut Zulfakhri.(dtc)