Indonesia Darurat Ideologi Transnasional
sentralberita | Medan ~ Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI dari Fraksi Partai Gerindra H.Raden Muhammad Syafi’i, SH, MHum mengatakan Indonesia saat ini sedang mengalami darurat ideologi transnasional. Yakni baik dari ideologi liberalisme Barat yang membawa gaya hidup hedonisme, LGBT, narkoba maupun ideologi berbasis ekstremisme agama yang telah menyerbu dari berbagai penjuru lewat globalisasi.
“Kenyataan ini semakin mengkhawatirkan bagi saya, karena sangat berhubungan erat dengan ancaman masa depan anak cucu
kita. Apalagi saya yang pernah menjadi penatar P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila) dan pernah menjadi Guru Mata Pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila)
sekarang disebut Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) selama 18 tahun,”kata Raden Muhammad Syafi’i akrab disapa Romo kepada wartawan di Medan, Minggu (4/4/2021).
Kekhawatiran Romo ini juga disampaikannya pada kegiatan sosialisasi ke daerah pemilihan sebagai Anggota MPR RI kepada ratusan peserta tergabung dalam Komunitas Kajian Sosial dan Bernegara (KSB) Kota Medan pada 20 Maret 2021. Dikatakan Romo, pada era Orde Baru Negara menyebarluaskan P4 sebagai bahan ajar di sekolah dan juga
melalui Penataran P4, merasakan telah terjadi perubahan orientasi, cara pandang
dan pemahaman generasi yang sekarang disebut Generasi Milenial terhadap nilai-nilai
luhur Bangsa Indonesia.
“Dimana mnculnya budaya Individual, Materialism, dan Budaya Instan
yang lebih berorientasi kepada hasil dari pada berorientasi proses. Sehingga ancaman di depan mata kita adalah derasnya pengaruh teknologi
Informatika dengan Gadget dan Internet yang membuat terasing (Teralienasi) dalam kehidupan kita
dan anak cucu kita dari hubungan emosional dan spiritual yang sesungguhnya tidak
dapat diwakilkan atau digantikan secara utuh oleh kehadiran teknologi,”jelas Anggota DPR/MPR RI dari daerah pemilihan Sumut 1 meliputi Kota Medan, Tebingtinggi, Kabupaten Deliserdang dan Sergai ini.
Misalnya, lanjut Romo, Sila Pertama dari Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, takkan pernah dapat
diwakilkan apalagi digantikan dengan kehadiran kecanggihan IT, Gadget, Internet, dan
GoogleKarena nilai-nilai ketuhanan tersebut sesuatu hal yang compatible dan melekat dalam diri manusia dan merupakan sesuatu yang menentukan keberadaan (Eksistensi
Manusia) sebagai makhluk yang Berakal). “Sehingga bila fundamental pemahaman tentang nilai-nilai keagamaan/ Ketuhanan Indonesia tidak mengakar secara kuat
menghunjat dalan kesadaran kita dan anak cucu kita, maka kemungkinan yang terjadi tercerabutnya akar (Disrupsi) kesadaran berideologi Pancasila, cara pandang kita sebagai
bangsa Indonesia,”bebernya.
Bahkan kemungkinan terburuk Pancasila hanya tinggal sebutan dan nama
saja tidak lagi sebagai pandangan hidup dan perilaku pengejawantahan dari nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia telah digantikan oleh nilai-nilai Bangsa Lain atau Ideologi Transnasional.
Salah satu yang membuat dominasi ideologi trans nasional tersebut instan, Cepat, dan
mampu memberi pengaruh karena penguasaan dan adaptasi terhadap IT dan Digital
yang memiliki kecerdasan tiruan yang mengharuskan pola komunikasi berubah yang jauh makin dekat dunia semakin terbuka dan terkesan sempit serta mengharuskan
kolaborasi. (01/red)