Angka Covid-19 di Medan Tertinggi di Sumut, Masih Zona Merah 15 Ribu Kasus
sentralberita | Medan ~ Juru Bicara (Jubir) Satgas Penanganan Covid-19 Provinsi Sumut dr Aris Yudhariansyah menyampaikan, hingga Minggu (18/4/2021) akumulasi kasus konfirmasi di Kota Medan telah mencapai 15.048 orang.
Dikutip Senin (19/4), Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 pusat di Jakarta, saat ini status Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang sebagai daerah dengan risiko tinggi penyebaran Covid-19 atau zona merah.
Menurut Aris, hal ini wajar sebab khususnya untuk Kota Medan, jumlah kasus konfirmasinya menjadi yang paling tinggi dibandingkan dengan 32 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
“Jumlah ini didapatkan, setelah diperolehnya penambahan sebanyak 31 orang,” ungkapnya di Medan.
Sedangkan untuk angka kesembuhan, akumulasinya mencapai sebanyak 13.624 setelah bertambah 37 orang. Kemudian untuk pasien Covid-19 yang meninggal berjumlah 457 orang.
“Sehingga dari data tersebut diketahui jika saat ini terdapat 967 orang pasien Covid-19 yang diwajibkan melakukan isolasi baik mandiri maupun di rumah sakit,” jelasnya.
Aris melanjutkan, untuk di Kabupaten Deliserdang, akumulasi Covid-19 yang tercatat sejauh ini mencapai 4.034 orang setelah bertambah 24 kasus baru.
Kemudian untuk angka kesembuhan 3.235 orang setelah bertambah 19 kasus dan meninggal berjumlah 135 orang setelah bertambah satu orang.
“Untuk di Deliserdang jumlah penderita Covid-19 saat ini ada 664 orang,” ujarnya.
Sementara itu, untuk di Sumut secara keseluruhan, Aris menerangkan saat ini total kasus konfirmasi Covid-19 telah mencapai 28.605 orang usai bertambah 61 kasus.
Berikutnya untuk angka kesembuhan berjumlah 25.386 setelah bertambah 69 orang, dan angka kematian 946 setelah bertambah satu orang.
“Untuk itu saat ini tercatat ada 2.273 orang pasien dengan hasil konfirmasi positif Covid-19 yang ada di Sumut,” pungkasnya.
Seperti diketahui, untuk mencegah penularan Covid-19 di Sumut, Pemprovsu telah kembali memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro hingga 19 April mendatang. Di samping itu, jangkauannya juga diperluas dari enam menjadi delapan kabupaten/kota, yakni Medan, Binjai, Pematang Siantar, Deliserdang, Simalungun, Langkat, Karo dan Dairi.
Namun dari hasil pengamatan yang dilakukan, PPKM ini tidak begitu berjalan efektif.
Karena kerumunan masyarakat masih saja terus terjadi, salah satunya di Kesawan City Walk Medan.
Bahkan pada Sabtu (17/4/2021) malam kemarin, jumlah pengunjung Kesawan City Walk membeludak.
Otomatis penerapan pencegahan Covid-19 untuk menjaga jarak dan tidak berkerumun tidak bisa terhindarkan.
Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Kota Medan dr Mardohar Tambunan enggan memberikan komentar terkait potensi kerumunan ini.
Terpisah, pakar kesehatan yang juga Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumut dr Delyuzar MKed (PA) SpPA mengingatkan, agar dalam pelaksanaan Kesawan City Walk, seluruh standar protokol kesehatan tentunya harus dapat dipenuhi.
Apalagi Kota Medan saat ini masih berstatus sebagai daerah berzona merah.
“Saya mengingatkan saja, kita setuju untuk meningkatkan ekonomi dengan UKM. Tapi harus juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Karena apapun ceritanya jangan sampai menjadi sumber penyebaran Covid-19 baru,” sebutnya.
Artinya, menurut Delyuzar yang juga Ketua Umum Majelis daerah KAHMI Medan ini, seluruh protokol harus benar-benar dijalankan mulai ketika makan agar diatur tidak saling berhadapan dengan yang tidak satu rumah, cuci tangan ketika masuk dan keluar hingga menjaga jarak antara satu meja dengan meja pengunjung lainnya.
“Karena, kita kan juga sudah masuk pada adaptasi kebiasaan baru. Jadi yang terpenting agar jangan sampai menjadi klaster baru saja,” tandasnya.
Pantauan wartawan, warga dari berbagai kalangan datang ke lokasi yang baru diresmikan ini.
Tampak para warga tidak mematuhi protokol kesehatan karena terjadi kerumunan dan berdesakan. Terlihat beberapa orang tidak menggunakan masker.
Terlihat beberapa petugas Satgas Covid-19 lalu lalang untuk mengingatkan pengunjung memakai masker dan menjaga jarak.
Terpantau, badan Jalan Ahmad Yani ditutup dari lalu lintas dan dipakai untuk menempatkan meja dan kursi sebagai tempat para pengunjung untuk menikmati makanan.
Permata Lubis (27), seorang pengunjung mengatakan baru dua kali berkunjung ke kawasan The Kitchen of Asia ini. Ia mengaku terkejut melihat ramainya pengunjung yang datang.
“Baru dua kali datang kemari. Tapi baru malam ini ramai pengunjung, mungkin karena malam minggu,” ungkapnya.
Tanggapan IDI
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan, dr Wijaya Juwarna, Sp THT-KL mengatakan ada banyak faktor (multifaktor) yang menyebabkan Kota Medan tak kunjung keluar dari zona merah.
“Ya multifaktor, ada banyak faktor yang mempengaruhi, pertama kesadaran tentang pandemi ini bahwa pandemi ini belum berakhir,”
“Bahkan saya nilai ini cenderung gelombang kedua, karena tenaga kesehatan ini makin banyak yang dirawat,” ungkap Wijaya saat dihubungi.
Menurutnya, jumlah tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 juga masih banyak.
Artinya, kata dia, hal ini menjadi peringatan dini bagi masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.
“Tingkat tenaga kesehatan yang artinya kesadarannya tinggi saja bisa terkena, apalagi yang kesadarannya kurang. Itulah multifaktor, masalah kesadaran,” ujarnya.
Wijaya juga mengatakan, jika pengawalan regulasi mengenai pembatasan kegiatan masyarakat juga harus dilakukan dengan ketat.
Ia juga menyoroti mengenai siklus perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit yang masih bercampur dengan non Covid-19.
“Kemudian pengawalan regulasi yang ada. Mungkin di rumah sakit, apalagi rumah sakit rata-rata bangunan bertingkat yang merawat pasien Covid dan non Covid,”
“Sementara lalu lintas yang digunakan kan sama, jalan yang bersilangan, itukan sering bertemu di situ, artinya kalau tidak diawasi dengan baik di jalur-jalur lalu lintas rumah sakit tentunya rentan terhadap virus tersebut. Artinya viral load (beban virus) nya itu makin tinggi,” katanya.
Lantas apakah Kota Medan masih memungkinkan untuk keluar dari zona hijau? Wijaya mengatakan semua kembali kepada kesadaran masyarakat terhadap pandemi Covid-19.
“Yang paling penting bagaimana kita menyadari bahwa kita datang dan kembali kepada Allah. Saya yakin itu. Kita yakinkan diri kita, bahwa kita datang dan kembali kepada pencipta kita,”
“Di samping itu secara keilmuan ya proteksi lah diri, waspada,”
“Protokol kesehatan, karena ada juga yang kecemasan terhadap kematian terlalu tinggi jadi begitu dia kena Covid ditambah kecemasan yang meningkat imunnya malah makin rendah. Artinya kadar keimanan dan usaha kita itu harus sejalan,” terangnya.
Menurut dokter spesialis THT ini, yang paling penting agar Kota Medan bisa bebas dari zona merah adalah kesadaran bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir.
“Kesadaran baik di masayarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah, dan juga unsur terkait. Artinya pribadi-pribadi harus menyadari bahwa pandemi ini belum berakhir bahkan cenderung gelombang kedua,”
“Jangan merasa sangat sempurna dengan misalnya telah mendapat vaksin sehingga mengabaikan protokol kesehatan. Karena vaksin tidak bisa menghindari kematian, jangan berpikir dengan vaksin bisa menghindari kematian akibat Covid-19,” pungkasnya.
(Tc)