Ritual Mandi Pangir di Sumut, Pembuat Banjir Pesanan
sentralberita | Asahan ~ Umat Islam di berbagai daerah, termasuk Sumatera Utara (Sumut), mulai sibuk menyiapkan tradisi menyambut Ramadhan. Salah satunya adalah mandi pangir atau mandi wangi.
Para pembuat ramuan mandi pangir pun mulai kebanjiran pesanan. Salah satu pembuat pangir musiman, Suriani, mengatakan ada seribu ikat atau gulung ramuan yang biasanya dibuat per hari jelang Ramadhan. Dia dan rekan-rekannya mulai bekerja 5 hari sebelum Ramadhan tiba.
“Biasanya, kami sudah membuat pangir ini 5 hari menjelang bulan Ramadhan. Sehari bisa buat seribu gulung, kalau totalnya nanti terjual sehari sebelum puasa bisa 5.000 sampai 7.000 gulung,” kata Suriani di Desa Pondok Bungur, Kecamatan Rawang, Asahan, dikutip Sabtu (10/4).
Pangir sendiri merupakan tujuh jenis dedaunan beraroma khas dan diikat menjadi satu. Ramuan itu terdiri dari daun pandan, akar kausar, serai wangi, daun nilam, batang embelu, daun jeruk, dan bunga pinang. Pangir kemudian direbus dalam satu wadah air mendidih hingga warna air berubah menjadi kecokelatan.
Setelah mendidih, aroma wangi akan tercium menyengat. Nah, air rebusan itu dicampurkan dengan air dingin untuk mandi. Mandi pangir biasanya dilakukan sore hari menjelang ibadah salat tarawih pertama Ramadhan.
“Biasa sudah datang agen langganan setiap tahun ke sini. Nanti mereka jual lagi ke pedagang bahkan dari sini sampai ke Medan,” kata Suriani.
Warga desa, biasanya menanam sendiri tujuh jenis dedaunan pangir menjelang puasa di ladang mereka masing-masing. Satu ikat pangir dijual ke agen seharga Rp 1.000.
“Kalau mandi pangir ini sudah lama jadi tradisi. Bisa dimaknai dengan pembersihan diri jasmani dan rohani menyambut Ramadhan,” kata dia.(dtc)