Suara Milenial di Kahmi Medan: Tergerus atau Hanyut?

sentralberita|Medan~ Pemilihan calon ketua Kahmi Medan akan segera dilaksanakan. Berdasarkan pengumuman panitia pembukaan akan dilaksanakan pada Jumat, 9 April 2021 di Asrama Haji, Medan, Sumatera Utara.
Ada lima calon kandidat yang resmi mendaftarkan diri yakni Delyuzar (53) alumni HMI Komisariat FK USU, Mardana Nainggolan (50), alumni Komisariat FMipa Unimed , Laksamana Putra Siregar (46), Furqon alumni Komisariat FMIPA USU dan Mahful Taufik, alumni Komisariat FE USU.
Pertarungan ide dan gagasan untuk membangun Kahmi Medan terus bergulir bahkan sudah memasuki body shaming. Tak jarang saling sindir di grub-grub whaataps bahkan intimidasi ala aktifis HMI dan hanya berlaku di HMI.
Alumni milinial dalam kisaran angkatan 2000 an hingga saat ini, hanya mampu mengikuti gerbong senior atau alumni tua. Berbagai alasan diantaranya karena alasan figur yang mengajak, senior tua yang dianggap mapan dan yang terakhir tidak percaya diri.
Bila dibandingkan, dari semangat, waktu, kemapanan bahkan kekompakan, alumni milenial sangat potensial membentuk gerbong baru dan bergaining untuk mengambil posisi tawar yang tinggi dibandingkan jadi lembu yang dicucuk hidungnya.
Posisi Tawar
Alumni milenial harus mampu menduduki posisi strategis kedepannya terkhusus di struktur Kahmi Medan. Dari jabatan sekretaris hingga wakil ketua. Kenapa begitu?
Beberapa alasan yang bisa diungkap yakni :
- Dari segi waktu, alumni milenial lebih mempunyai waktu luang untuk bertemu dan berkumpul, apalagi buat menyalurkan hak suara. Bagi generasi milinial, bukan siapa ketuanya tapi siapa yang mengajak. Kedekatan emosional untuk merangkul sangat diperhitungkan.
- Suara milenial menetukan siapa ketua Kahmi Medan kedepannya. Kenapa? Alumni tua bisa dihitung waktu untuk berkumpul. Selain mereka sudah profesional, bisnis atau pendapatan lebih didahulukan dari pada ngumpul ngalur ngidul buang waktu.
Sedangkan milenial, faktor memperlihatkan jadi diri dan independensi sangat mempengaruhi.
Bisa apa Alumni Tua?
Riset dan pengamatan dari berbagai kepengurusan periodesasi di Kahmi Medan. Untuk tempat berkumpul atau sekretariat saja, selalu menggunakan kantor atau rumah ketua terpilih.
Kegiatan rutinitas yang dilaksanakan hanya pelantikan, buka puasa bersama, halal bil halal dan ditutup dengan musyawarah pemilihan kembali.
Ini disebabkan alumni tua sangat sedikit memiliki waktu luang. Aktifitas pekerjaan dan pencarian materi untuk pendapatan membuat alumni tua terbelenggu.
Namun semangat untuk selalu dianggap ‘tokoh’ dalam setiap kontetasi HMI maupun Kahmi selalu ada. Tapi itu sangat bertolakbelakang dengan semangat generasi muda. Milenial harus kompak dan didepan menjadi tokoh perubahan.
Saran saya, Milenial harus menentukan pilihan siapa ketua Kahmi Medan kedepan yang bisa memberikan porsi lebih dalam setiap struktur dan kegiatan di luar KAHMI. (Penulis Irwansyah Putra Nasution SH
Kabid Hukum dan Ham Periode 2008-2009).