Ekonomi RI Masih Lesu

sentralberita | Jakarta ~ Tidak seperti yang diharapkan, ekonomi Indonesia ternyata belum sepenuhnya pulih di awal 2021 ini. Terbukti dari data inflasi tahun ini yang cenderung melambat karena masih lemahnya daya beli.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Inflasi pada Januari 2021 mencapai 0,26%, inflasi tahun ke tahun sebesar 1,55% dan inflasi inti 1,56%.

Laju inflasi month to month (mtm) itu melambat jika dibandingkan inflasi pada Desember 2020 0,45%, inflasi secara year on year (yoy) juga melambat dari sebelumnya 1,68%.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan melambatnya inflasi menunjukkan permintaan masih sangat lemah. Menurutnya hal itu karena pandemi COVID-19 yang hingga kini masih menghantui perekonomian Indonesia.

Baca Juga :  Pastikan BBM Subsidi Tepat Sasaran, Pemprov Sumut dan BPH Migas Teken Kerja Sama Pengendalian dan Pengawasan Solar dan Pertalite

“Kita bisa melihat bahwa inflasi di berbagai negara mengalami perlambatan yang sangat signifikan. Bahkan banyak negara mengalami deflasi yang menunjukkan bahwa dari sisi permintaan masih sangat lemah. Sehingga berpengaruh kepada konsumsi rumah tangga,” ucapnya Selasa (2/2).

Suhariyanto mengatakan, sejumlah komoditas yang mengalami inflasi antara lain makanan minuman dan tembakau seperti cabe rawit, tahu dan tempe. Sementara komoditas seperti bawang merah, telur ayam ras mengalami deflasi.

“Kelompok selanjutnya pakaian alas kaki perumahan dsb andilnya hanya 0,01% masing-masing,” tambahnya.

Dari semua kelompok, hanya sektor transportasi yang mengalami deflasi 0,30% dan memberikan andil 0,04%.

Meski begitu diharapkan pandemi COVID-19 bisa berakhir dengan adanya vaksin. Dengan begitu ekonomi bisa pulih seiring meningkatnya daya beli masyarakat.

Baca Juga :  Dorong Kewirausahaan Baru dan Peningkatan Level UMKM, Gubsu Bobby Nasution Akselerasi 1.700 UMKM

“Kita harapkan dengan adanya vaksinasi dan dibarengi kepatuhan kita semua, mudah-mudahan pemulihan ekonomi ini berlangsung cepat. Tapi tanpa peran serta masyarakat yang patuh terhadap protokol kesehatan ini sulit terjadi,” tutupnya. (dtf/ras)

-->