Workshop HIV: Jauhi Penyakitnya Bukan Orangnya
![](http://sentralberita.com/wp-content/uploads/2020/01/jauhi.jpeg)
sentralberita|Medan~ Pandangan orang terkait dengan HIV/Aids-PDAH adalah penyakit sosial yang memalukan dan kotor. Juga Misterius yakni mematikan tidak bisa disembuhkan.
Menurut Lely Zailani, dari HAPSARI ( Himpunan Serikat Perempuan Indonesia ), HIV adalah pintu gerbang infeksi dan masuknya penyakit dalam tubuh.
HIV ( Human Immunode Ficiency, kata Lely, adalah virus yang terdapat di dalam tubuh manusia dan menyebabkan turunnya system kekebalan tubuh. Sehingga tubuh gagal melawan infeksi.
Menurut Lely, “pentingnya informasi tentang HIV/AIDS, dengan cara mengenali, mewaspadai dan menghadapinya,” kata Lely pada Workshop setengah hari tentang “Pemberitaan Perempuan & HIV” yang merupakan Program Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara ( PPMA ), Citra Daya Nita 2019 yang bertema Leadership Fellows for Female Journalist yang bekerjasama antara FJPI & XL Axiata di Graha XL Centre, Jl Diponegoro, kemarin.
Perempuan, kata Lely, dengan menyandang HIV/AIDS mendapat stigma lebih berat dibanding laki-laki sebagai ‘pembawa aid’ dan pendosa.
” Stigma ini memunculkan praktik-praktik diskriminasi, mulai dari penolakan, pengucilan dari masyarakat dan harga diri/rendah persepsi yang negatif pelecehan verbal dan ketakutan.”
” Akibat diskriminasi itu menjauhkan mereka dari layanan yang dibutuhkan dan kerentanan terhadap mereka yang berpotensi mengidap HIV,” aku Lely lagi.
Menurut Lely, anggapan bahwa HIV/AIDS dialami oleh perempuan pekerja seks ternyata tidak benar. ” Karena banyak perempuan yang justru terinfeksi dari pasangan tetap ( suami ) yang sering berganti pasangan.”
” Tidak hanya kurang informasi, ketidak pahaman tentang pencegahan infeksi HIV sering kali karena masih kuatnya ketimpangan gender dalam relasi suami istri di masyarakat. Sehingga perempuan tidak mempunyai posisi tawar untuk melindungi diri dan tidak memiliki keberanian dan kemampuan untuk mengambil keputusan,” ujar aktivis dari Himpunan Serikat Perempuan Indonesia ( Hapsari ) ini.
” Nah..
Sekarang sudah jelas kan. Yang perlu dijauhi itu penyakitnya bukan orangnya. Di dalam kehidupan bermasyarakat HIV itu lebih dikenal sebagai penyakit sosial.
” Yang terjadi hanyalan hinaan dan cacian terhadap penderita HIV. Padahal bagi penderita HIV tidak tahu dan tidak.paham kenapa korban bisa terkenah HIV,” ucap Lely.
Selanjutnya nara sumber yang lain dari Dinas Kesehatan Sumut, Yulia Maryani mengatakan ada orang yang tidak tahu dengan HIV tapi banyak.juga yang paham apa itu HIV/Aids.
” Bagi yang sudah tahu dan paham apa itu HIV/AIDS timbul stigma negatif bahwa korban harus dijauhi
Padahal bukan begitu maksodnya. Bagi yang sudah paham apa itu HIV harus menjelaskan secara detail apa penyakit itu,” ujar wanita ini blak-blakan.
Menurut Sekjen FJPI, Khairiah Lubis, memaparkan secara blak-blakan mengajak semua para Jurnalis agar lebih berempati dalam setiap pemberitaan tentang HIV terhadap perempuan.
” Dibanyakin tentang pengetahuan seputar penularan HIV terhadap perempuan dan ibu-ibu rumah tangga. Bagaimana cara penularan sekaligus pencegahannya serta pengobatannya,” ulas Awie demikian.panggilan wanita ini sehari-hari.
Dalam sambutannya, Ketua FJPI Sumut, Lia Anggia Nasution, mengatakan akibat tidak paham dan tidak tahu kita tentang masalah HIV. Kita sering menjauhi para penderita HIV. Untuk itu dituntut bagi seorang Reporter harus bisa menuliskan masalah HIV ini secara benar kepada masyarakat,” ujar Anggi antusias.
Head of Sales Greater XL Axiata Medan, Horas Lubis, sangat menyambut baik diadakan workshop di kantor XL.
” Saya berharap para Jurnalis di media masing-masing bisa memberikan edukasi yang baik pada masyarakat sehingga para penderita HIV tidak dikucilkan.lagi ditengah-tengah masyarakat,” ujar Horas.( Debbi Safinaz )