Rekonstruksi Pembunuhan Hakim, Masyarakat Soraki Tersangka

sentralberita|Medan~Rekonstruksi kasus pembunuhan terhadap hakim PN Medan Jamaluddin dengan tersangka Zuraidah Hanum, dan dua orang suruhannya Jefri Pratama dan Reza Pahlevi digelar Polda Sumut, Kamis (16/1/2020) dikediamanya Perumahan Royal Johor Jalan Aswad Medan. Konstruksi yang disaksikan ratusan masyarakat itu menyoraki tersangka berulang kali.

Kontruksi yang langsung diikuti Kapoldasu Irjen Pol Martuani Sormin dan Kabid Humas Poldasu Tatan DA itu sangat menaruh perhatian massa. Sejak pagi sudah ada yang berdatangan. Begitu mobil yang ditumpangi tersangka tiba, setelah pagi harinya melakukan konstruksi di Graha Johor Jalan Karya wisata Medan, masyarakat menyoraki ketika mobil tersangka tiba dan saat ke luar dari dalam mobil serta pada setiap sekenario konstruksi yang dilaksanakan dikediaman tersebut.

Baca Juga :  Hadiri Malam Pisah Sambut Kapolda Sumut

“Pada rekonstruksi kedua ini, akan ada 77 adegan yang diperagakan para tersangka.jumlah adegan di rumah ini 54. Dan nanti juga dilengkapi dengan pembuangan jasad korban. Jadi 77 adegan,” kata Kapolda Sumut Irjen Martuani Sormin.

Zuraida Hanum, istri Jamaluddin, sebelumnya menjemput kedua eksekutor Jefri Pratama dan Reza Fahlevi dari Graha Johor. Jefri dan Reza menyiapkan diri menjelang membunuh hakim Jamaluddin.

Mereka memakai sarung tangan dan masker. Rencana awal, para pelaku hendak membuat skenario seolah-olah hakim Jamaluddin mengalami serangan jantung.

“Skenario pertama adalah korban diskenariokan mati karena mengalami serangan jantung. Makanya mereka tidak menggunakan benda kekerasan, tapi hanya menggunakan bantal dan bed cover,” ujar Martuani.

Baca Juga :  Unit Reskrim Polsek Medan Tuntungan Berhasil Meringkus Pelaku Pembunuhan

Skenario itu gagal karena ada luka lebam di muka hakim Jamaluddin setelah tewas dibekap bantal dan bed cover. Para pelaku sempat berdebat hingga memutuskan membuat skenario hakim Jamaluddin tewas akibat mengalami kecelakaan.

“Di sinilah para tersangka ada perdebatan sehingga diputuskan membuang jasad korban jam 4, menjelang terang. Kenapa diputuskan di Desa Kutalimbaru, karena tak ada tempat lagi, sudah berkejaran dengan waktu, hari sudah mau terang. Orang sudah mulai keluar rumah, maka diputuskan tempat yang paling dekat, perkebunan itu. Dan mereka cek mobil bisa dimasukkan ke dalam jurang, seolah-olah laka lantas,” ujar Martuani.(SB/01)

-->