Tidak Ada Plank Peringatan, Namun Korban Telah Diingatkan

sentralberita|Medan~Edison, kakak ipar Anto mengatakan, Danau Linting memang indah. Airnya hangat dan panas, sebagaimana halnya danau air belerang. Menurutnya, belum ada yang mengetahui kedalaman danau yang diapit Desa Sibungabunga hilir, di bagian selatan, Desa Durian Empat Mbelang, di bagian utara dan Desa Gunung Manumpak A, di bagian timur itu.
Dikatakannya, seharusnya pihak pengelola memasang papan peringatan kepada pengunjung agar tidak masuk ke danau atau pada titik-titik tertentu dikarenakan faktor kedalaman atau bahaya lainnya. “Kita lihat lah, ini di pinggir ada yang masih bertanah, habis itu langsung tampak kedalamannya, tapi tak semua tahu itu,” katanya.
Kepala Desa Durian Empat Mbelang, Saksi Ginting mengatakan, danau ini berada di 3 desa, yakni Desa Sibungabunga Hilir di bagian selatan, Desa Durian Empat Mbelang, di sebelah utara dan Desa Gunung Manumpak A, sebelah timur.
“Di sini memang ada beberapa kali kejadian. Dua tahun lalu, anak kecil. Jadi saat itu, pamannya beli sabun ke kedai, dua ponakannya main ayunan satu orang jatuh,” katanya.
Dijelaskannya, di lokasi memang tidak ada papan peringatan. Namun setiap pengunjung, dari pengurus Danau Linting selalu memperingatkan supaya tidak masuk ke dalam apalagi mandi di dalam.
“Cuman namanya manusia, sudah diperingatkan jangan masuk, jangan mandi. Satu contoh, yang tenggelam ini (Anto) sudah 4 kali ke sini sudah diperingatkan dan tetap mandi-mandi. Sudah diperingatkan tapi tetap dilakukan, ya gimana lagi ya kan,” katanya.
Korban Sudah Diperingatkan
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Darwis) Danau Linting, Sabar Barus mengatakan, pengelolaan di Danau Linting sudah dimulai sejak 7 tahun yang lalu dengan keluarnya SK Kelompok Darwis. Sebelumnya, sebenarnya sudah ada papan peringatan di 5 titik agar tidak mandi-mandi.
“Karena kedalaman danau belum diketahui. ke depannya akan ada pagar pembatas agar pengunjung tidak lagi masuk ke dalam. Sudah diprogramkan katanya oleh dinas pariwisata,” katanya.
Terkait korban, kata dia, pengurus sudah memberitahukan berkali-kali agar tidak mandi-mandi. Namun tidak dihiraukan dengan alasan sudah sering.
“Si korban ini sebenarnya korban ke lima. Yang ketiga sebelumnya sempat diselamatkan,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, Malem Pagi Tarigan, seorang warga sekitar mengatakan, pertama kali terjadi seorang pria asal Medan Amplas yang baru belajar berenang. Dia menggunakan celana jeans dan berkali-kali memanggil kawan-kawannya untuk ikut berenang. Namun, kata dia, diperkirakan karena celananya semakin berat karena air, akhirnya dia tenggelam.
“Warga lah ikut dalam pencarian. Yang jago-jago menyelam, turun lah ke sini semua. Tapi tak dapat. Tiga hari baru muncul,” katanya.
Kejadian kedua, seorang mahasiswa yang mandi-mandi di pinggir danau kemudian terpeleset. Warga dan pengunjung yang menyaksikannya terjatuh ke danau langsung ramai dan berusaha menyelamatkan namun gagal. “Dalam dua hari, jasadnya timbul sendiri. Padahal kami nyari semua di sini,” katanya.
Kejadian ketiga terjadi pada 2017. Seorang anak laki-laki jatuh dan tenggelam saat bermain ayunan di pohon di pinggir danau. Tenggelamnya anak itu diketahui setelah beberapa saat kemudian.
Sementara itu, sampai saat ini, tim SAR gabungan masih melakukan pencarian dengan penyelaman di beberapa titik di kedalaman 8-10 meter belum membuahkan hasil. Kendala yang dirasakan oleh tim adalah semakin ke dalam kondisi airnya semakin panas.
“Tadi dari alat deteksi, 30 derajat panasnya di dalam,” ujar M. Rizal Rangkuti, salah satu tim rescuer yang melakukan penyelaman. (SB/01)