Romo: Wacana Pilpres Kembali ke MPR Menguat

sentralberita|Medan~Anggota DPR-RI dari Fraksi Partai Gerindra, Romo H. R. Muhammad Syafi’i, S.H., M.Hum mengungkapkan, sistem pemilu mengamanatkan pemilihan presiden langsung oleh rakyat dengan one man one vote (satu orang satu suara), telah memicu potensi perpecahan bangsa Indonesia.
Sehingga adanya wacana pemilihan presiden kembali kepada MPR nampaknya makin menguat untuk dipertimbangkan oleh DPR/MPR, karena melihat potensi perpecahan dan mengancam keutuhan NKRI.
Hal itu disampaikan Romo dalam siaran persnya, Senin (2/12/2019). Romo menjelaskan itu menjawab pertanyaan warga disela-sela pelaksanaan dan pertemuan Sosialisasi 4 Pilar kepada ratusan peserta tergabung dalam Forum Silaturrahmi Emak-Emak Muslimah Indonesia di Medan, kemarin.
Pada sosialisasi tersebut, Romo didampingi Ketua Rumah Aspirasi Romo Center Ir. Tosim Gurnig
mengatakan, sejak awal kemerdakaan sampai runtuhnya orde baru sistem yang dianut adalah demokrasi yang mengamanatkan kepada MPR untuk mengangkat dan memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden serta Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam sidangumum MPR yang dilakukan setiap 5 tahun sekali.
“Bahwa ada wacana agar kembali kepada MPR nampaknya makin menguat untuk dipertimbangkan oleh DPR/MPR melihat potensi perpecahan dan mengancam keutuhan NKRI yang dapat mendapat Indonesia bubar seperti Uni Soviet dan Negara-negara disemenanjung Balkan seperti Yugoslavia terpecah menjadi Bosnia,Slovenia,Herzegovina,Serbia dan lainnya,”papar wakil rakyat asal pemilihan Sumut 1 meliputi Medan, Deliserdang, Sergai dan Tebingtinggi.
Dikatakan, kekhawatiran ancaman perpecahan oleh sistem pemilihan presiden secara langsung juga ditambah dengan mahalnya biaya pemilu yang menyerap APBN.Sementara keuangan Negara ditopang oleh ketergantungan kepada hutang luar negeri yang terus membengkak membuat kedaulatan Negara dan bangsa menjadi lemah, dan membuat posisi tawar pemerintah sangat mengikuti keinginan dan kepentingan Negara donor (penjajahan di era modern sedang berlangsung.
Selain membahas soal pilpres langsung, Romo juga menjawab pertanyaan warga yang beranggapan bahaa Agama Islam dan Pancasila terus menerus selalu dibenturkan. Begitu juga soal isu radikalisme secara spesifik diarahkan untuk menyudutkan umat Islam di Indonesia
.
“Sesungguhnya bila kita membuka diri dan membuka cara pikir terbuka, maka kita akan bisa menempatkan radikalisme dari prespektif yang menawarkan wacana alternatif bagi kehidupan beragama Islam dan rasa kebangsaan (Nasionalisme), dimana cinta tanah air menjadi salah satu yang saling menguatkan. Karena radikalisme bila kita kembalikan ke asal kata Radic (akar), maka pemahaman yang utuh itu haruslah mengakar, sehingga rasa rasionalisme dan cinta tanah air akan begitu kuat menghunjam disanubari kesadaran rasional setiap anak bangsa,”bebernya.
Begitu juga bila umat melakukan upaya menggali pemahaman tentang kesadaran sejarah hadirnya kemerdekaan Indonesia sangat besar kontribusi para Ulama,Syuhada dan tokoh-tokoh umat Islam.
“Belum lagi mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Sehingga dalam perspektif potensi dan asas demokrasi hal ini menjadi pilar penyokong yang kuat menjaga keutuhan NKRI,”katanya.(SB/01/mal)