BI: Cabai Tetap Pemicu Inflasi
![](http://sentralberita.com/wp-content/uploads/2019/09/cabai1.jpg)
sentralberita|Karo~Di Sumatera Utara umumnya dan Medan khususnya, komoditi cabai-cabaian, seluruh jenis merupakan pemicu terjadinya inflasi karena tanduknya yang cukup besar dalam membentuk inflasi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat Kamis (26/9) mengatakan kontribusi cabai memberikan andil terbesar terhadap inflasi Sumatera Utara yang memencapai 4,1 persen, padahal inflasi 4,5 persen.
“Marilah kita mengurangi makan cabai danmerah beralih ke yang manis,” ungkap Wiwiek berseloroh.
Menurutnya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terus melakukan pemantauan efektif di pasar. Minggu lalu, ada pertemuan TPID Se Sumatera dari 10 provinsi di Medan yang membahas inflasi di daerah masing-masing seperti peningkatan harga pangan dan tiket pesawat.
Menurutnya, peningkatan harga komoditas bumbu-bumbuan, khususnya cabai merah dengan seiringnya produksi yang belum optimal. Sehingga di tengah permintaan yang tinggi menjadi penyebab utama tingginya inflasi.
Dikatakannya, bahwa Inflasi 2018 1,23 persen (yoy), dan Inflasi 2019 sebesar 5,29 persen – 5,79 persen (yoy). Dimana Wiwiek menyebutkan penyebab utama tingginya inflasi karena peningkatan permintaan secara umum seiring dengan penyelenggaraan event besar seperti Pemilu dan beberapa program pariwisata daerah.
“Kemudian tendensi peningkatan harga emas di pasar global juga akan turut mendorong kenaikan harga komoditas emas perhiasan,” katanya.
Sehingga dikatakannya, dalam menekan inflasi di Sumut maka pihaknya melakukan rencana pelaksanaan KPSH (Ketersediaan Pasokan Stabilisasi Harga) oleh BULOG sepanjang tahun, Pasar Murah oleh TPID di bulan Ramadhan.
“Penetapan HET pada komoditas tertentu seperti gula pasir untuk njaga kestabilan harga. Kemudian tarif cukai rokok, tarif listrik dan tarif angkutan kota, harga BBK/BBM yang stabil di tahun 2019 sehingga dapat mendorong ekspektasi harga semakin terkendali,” ujarnya.
Dikatakannya, inflasi juga disebabkan fluktuasi harga pangan, khususnya hortikultura yang rentan terhadap kondisi cuaca dengan proses distribusi yang belum optimal. Kemudian harga tiket pesawat berisiko dalam tren yang kembali meningkat. terutama memasuki periode akhir tahun (peak season).
“Selain itu kita juga akan memperhatikan terkait perbaikan harga minyak dunia yang perlu diwaspadai karena akan memengaruhi penyesuaian harga bahan bakar domestik,” pungkasnya. (SB/wie)