Kepala BNPB: Hingga 31 Juli Luas Lahan Terbakar di Indonesia 135 Ribu Hektare

sentralberita|Medan~Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana(BNPB), Letjen (TNI) Doni Monardo mengungkapkan hingga 31 Juli 2019 luas lahan yang terbakar di Indonesia mencapai 135 ribu haktare. Kebakaran lahan ini mengalami peningkatan di lima provinsi .

BNPB mengaku kesulitan memadamkan api di kawasan lahan gambut, karenanya segera menerjunkan helikopter untuk memadamkan kebakaran di Aceh Barat dan di Gunung Ceremai.

“Di akhir Juli  2019, kebakaran lahan sudah mencapai tiga puluh ribu hektar dari 27 ribu hektar di akhir Mei. Peningkatan kebakaran lahan  di Provinsi Riau, Jambi,  Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Di Riau  3000 H dalam dua bulan terakhir,”ujar  Doni Monardo

Hal itu dikatakan kepala BNPB dalam konprensi pers usai Rapat Kordinasi Penanggulangan Bencana di aula Raja Inal Siregar  Gubernur sumatera Utara, Kamis (8/8/2019). Dihadiri Gubsu Edy Rahmayadi, Wagubsu Musa Rajekshah dengan dipandu Fitriyus.

Baca Juga :  Car Free Day Cooling System Pilkada Damai, Polda Sumut Hadirkan Kegembiraan  Warga Medan

Guna memadamkan api,  BNPB  bersama tim gabungan sudah mengerahkan sejumlah helicopter untuk melakukan pengeboman air.  Helikopter juga akan dikirim ke Aceh dan Jawa Barat untuk memadamkan kebakaran lahan di sana.

 “Sampai dengan tanggal 31 Juli 2019, luas lahan yang terbakar mencapai 135.000 hektare, ini data satelit sipongi miliknya LHK dan presentase terbesar itu ada di NTT, tapi ketika kita konfirmasi di  lapangan ternyata NTT kebakarannya tidak sebesar itu, mungkin teknologi satelit sangat sensitive, sehingga begitu  temperature panas ditangkaplah ada hot spot dengan luasan cakupan yang sangat luas

Solusinya  menurut Kepala BNPB ini semua penduduk yang terlibat pembakaran yang pertama,  adalah  membuka lahan. Kita harus memikirkan daerah dengan dibantu Kementrian Pertanian, tentu harus memikirkan solusi untuk jangka panjang.

Baca Juga :  Berantas Perjudian Dalam Kurun 2024, Polda Sumut Ungkap 541 Perkara dengan 702 Tersangka

“Saya mengatakan ini ancaman permanen solusinya pun harus permanen, enggak bisa sektoral harus semuanya. kemudian juga memilih jenis vegetasi tertentu untuk tanaman masyarakat yang punya nilai ekonomi dan fungsi ekologis, contoh pada tahun 2014-2015 sebuah nama desa Sungai Tohor, kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kepulauan Meranti .

Kemudian di Aceh Barat , mudah mudahan hari ini helicopter bisa tiba di Naganraga karena apinya belum padam dan itu ternyata juga lahan gambut.

Kemudian ada kebakaran di Gunung Cermai di kawasan hutan lindung kita lagi menyiapkan helicopter, mudah mudahan dalam waktu yang tidak lama helicopter dapat diterjunkan ke lapangan.”ujarnya.(SB/01).

-->