Cabor Karate Sempat Terhenti, Salah Satu Atlet Tidak Diperbolehkan Bertanding

sentralberita|Medan~Arena cabang olahraga (cabor) Karate di Gedung Serba Guna Unimed, Selasa (25/6/2019) pagi, mendadak terhenti ketika beberapa pengurus dari Perguruan Inkanas melakukan protes dengan masuk ke arena pertandingan.
Mereka protes karena salah seorang atletnya atas nama Arif Fadhilah yang mewakili Kota Medan tidak diperbolehkan bertanding. Dilarangnya Arif disebutkan karena tidak mengikuti Porwil 2018 karena bertepatan ikut di Kejuaraan SEAKF 2018 di Vietnam. Di sana Arif yang bermain di kelas – 75 Kg kumite ini malah berhasil merebut medali emas.
Sontak saja, official Kota Medan terutama pengurus Perguruan Inkanas tempat Arif Fadhilah berlatih langsung protes keras. Mereka masuk ke matras. Pertandingan di kelas -75 Kg kumite putra pada saat itu pun dihentikan.
“Kami akan tetap di matras ini sampai Arif diperbolehkan bertanding. Kalau memang kalian jago, main lah, kenapa takut? Sportif dong karate itu olahraga sportif.
Main lah main kumite, jangan kalian bunuh karir atlet,” sebut Ibu Oni, wanita berjilbab biru, pengurus dari Perguruan Inkanas itu.
Beberapa panitia pertandingan nampak kewalahan meminta kepada official Kota Medan tadi untuk keluar dari matras. Saat dibujuk oleh perwakilan panitia, Yan Pieter Napitupulu dan beberapa petugas keamanan dari Brimob, akhirnya mereka yang protes mau keluar dari arena.
“Iya kami keluar, tapi kalau dimainkan pertandingan kumite lagi kami akan masuk ke lapangan lagi, sampai malam pun kami tunggu,” tegas mereka yang berdemo tadi.
Tidak diperbolehkannya karateka Kota Medan, Arif Fadhilah, bertanding di arena Porprovsu 2019, memantik kekecewaan besar bagi penggiat karate di Kota Medan.
Salah satunya dari Pembina Perguruan Inkanas, Sensei Hadismar yang sangat tidak terima dengan keputusan tersebut.
“Yang membuat kita sangat kecewa, kenapa satu atlet yang juga sama tidak mengikuti Porwil 2018 lalu malah diperbolehkan bertanding, sementara Arif malah tidak, ini kan jadi pertanyaan kita,” kata Hadismar, di Gedung Serba Guna Unimed, Selasa (25/6/2019) siang.
Apalagi, tambah Hadismar lagi, Arif yang ikut di Kejuaraan SEAKF 2018 di Vietnam lalu itu berhasil merebut medali emas. Bahkan sebelum berangkat, Arif sudah dinyatakan mendapat wild card untuk bertanding di arena Porprovsu 2019.
“Jadi jangan gara-gara kepentingan sepihak malah mengorbankan masa depan atlet,” tegasnya lagi.
Hal senada juga disampaikan pelatih Arif, Jintar Simanjuntak. Mantan atlet nasional ini cukup menyayangkan keputusan oleh pihak panitia.
“Sebelum berangkat ke SEAKF sudah ada keputusan di manager meeting kalau mereka yang berangkat ke kejuaraan tingkat Asia itu akan mendapat wild card di Porprovsu ini, tapi kenapa keputusan ini malah berbuah, lucunya lagi atlet yang sama berangkat ke Vietnam justru ikut bertanding di Porprovsu,” keluh Jintar, yang juga pelatih FORKI Sumut ini.
Diketahui, selain Arif Fadhilah ada satu atlet lainnya yakni Wahyu Rizky yang berangkat ke ajang SEAKF di Vietnam. Namun hanya Arif Fadhilah yang sukses merebut medali emas di ajang ini. Tapi anehnya, Arif Fadhilah tidak diperbolehkan ikut bertanding, sementara nama Wahyu Rizky masuk dalam kelas – 75 Kg kumite putra hingga memantik protes di arena Porprovsu.
“Secara aturan memang itu haknya Ketua umum (Rahmat Shah), tapi ketua umum itu sudah Acc (memberikan wild card), jadi kenapa Arif masih tidak diberi izin bertanding. Kasihan, ini yang menjadi korban adalah atlet, dia masih muda masih berusia 18 tahun cukup potensial merebut mesali emas PON,” beber Jintar lagi.
Arif Fadhilah sendiri saat ditemui di pinggir lapangan pertandingan mengaku sangat kecewa atas keputusan itu. Peraih medali emas Popnas 2017 Semarang, mengaku sangat heran karena rekannya yang ikut bertansing di SEAKF Vietnam malah bisa ikut di Porprovsu 2019.
“Itulah yang saya herankan, kenapa saya tidak boleh main. Padahal saya dapat emas di Vietnam,” kata Arif, peraih medali emas di Kejurnas Inkanas 2019 ini kecewa.
Ketua Panitia cabor karate Porprovsu 2019, Delphinus Rumahorbo saat ditanya terkait hal ini mengaku pihaknya sebagai panitia sudah mengupayakan agar Arif diperbolehkan bertanding.
“Surat wild card itu keluar setelah drawing selesai, kita sudah coba dengan kembali mengumpulkan peserta untuk membicarakan ini. Intinya peserta setuju nama Arif masuk wild card namun tidak setuju kalau dilakukan drawing ulang, paling hanya Medan saja yang setuju dilakukan pengundian ulang,” beber Delphinus.
Saat disinggung perihal kesepakatan pada saat manager meeting yang memberikan wild card kepada atlet yang tidak mengikuti Porwil 2018, Delphinus mengaku keputusan itu mutlak pada Ketua Umum Pengprov FORKI Sumut, Rahmat Shah.
“Kalau itu hak sepenuhnya dari ketua yang menentukan perihal wild card itu,” tandas Delphinus.
Sampai berita ini dibuat hingga pukul 12.30 WIB, kelas – 75 Kg kumite putra belum juga dimainkan. Arena bertanding yang sempat dimasuki official Kota Medan tadi sudah digelar pertandingan di kelas lainnya. (SB/01)