Ini Upaya BI Melakukan Pengendalian Inflasi Dengan 4K

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara/Koordinator BI Sumatera Wiwiek Sisto Widayat.
sentralberita|Medan~Secara historis inflasi Sumatera Utara dan nasional relatif fluktuatif. Perbedaan baru terlihat sejak tahun 2015 dimana inflasi nasional mulai stabil di bawah 4 persen, namun Sumut terus berlanjut pada tren fluktuatifnya. Awal tahun 2019 inflasi tercatat 0,73 persen (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara/Koordinator BI Sumatera Wiwiek Sisto Widayat mengatakan hal itu kepada wartawan Selasa (9/4).
Wiwiek menyebut Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) berupaya untuk terus menjaga inflasi di angka yang diinginkan. ‘Kita sangat konsen kepada inflasi karena inflasi itu jelek. Sebaliknya, Inflasi itu bukan jelek kalau diikuti dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” jelasnya.
Bank Indonesia, katanya, terus berupaya bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi. Sesuai dengan UU nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dimana peran bank sentral bagaimana mencapai kestabilan nilai rupiah yang diketahui dari nilai kurs dan inflasi. Sifat inflasi sendiri ada tiga yakni core (inflasi inti), administrated prices dan volatile foods.
Ia menyebut upaya pengendalian inflasi dengan 4 K yakni Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi dan Komunikasi yang efektif. TPID juga melakukan operasi pasar di daerahnya masing-masing, juga membentuk outlet TPID “Kedai Kita”.
Upaya lain, TPID juga melakukan penguatan sisi penawaran melalui klaster ketahanan pangan dan sidak memastikan ketersediaan stok. Penciptaan Sub Terminal Agribisnis (STA), pengembangan jalan usaha tani, Komunikasi aktif melalui media massa dan koordinasi instansi melalui TPID tingkat pusat dan daerah.
Wiwiek menjelaskan di Sumut pada bulan Maret 2019, tekanan inflasi terkendali di level 0,30 persen (mtm). Angka ini meningkat dibanding bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi -0,33 persen (mtm), 0,19 persen (ytd) dan 1,05 persen (yoy). Sedangkan nasional 0,11 persen (mtm), 0,35 persen (ytd) dan 2,48 persen (yoy).
Secara historis, realisasi inflasi bulan Maret masih lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi Maret selama tiga tahun, 0,40 persen (mtm) serta di atas realisasi inflasi nasional 0,11 persen (mtm).
“Inflasi Maret 2019 didorong oleh meningkatnya harga kelompok bahan makanan sebesar 1,67 persen yang didorong oleh komoditas cabai merah, bawang merah dan lain-lain,” jelas Wiwiek.
Menurutnya, pergerakan inflasi Sumatera Utara masih sesuai dengan target inflasi tahunan meski sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya. (SB/wie)